The Place as Home

3.7K 425 135
                                    

Kedua manik merah itu menyambut penglihatanku. Entah sejak kapan benda itu terpampang di depan mataku sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas. Namun kuakui benda merah itu memancarkan sinar tajam yang mengunci mataku.

Hal kedua yang kusadari adalah hembusan hangat yang menerpa wajahku dengan teratur. Hangat dan lembut, mengajakku untuk tanpa sadar mengiramakan nafasku dengannya. Dapat kuhirup aroma teh setiap kali aku menarik nafas.

Ini...... apa?

"Miawww~~" seru sebuah suara kecil di bawahku.

(✌👼)

Bagai mendengar seseorang memanggilku, segera kualihkan pandanganku mahluk kecil yang sejak tadi melingkah di pangkuanku. Tidak lagi tertidur, mahluk itu terduduk menatapku dengan mata bulatnya. Seperti anak kecil yang penasaran, matanya tidak berkedip dan terus manatapku seakan berkata Apa yang sedang kalian lakukan?

Kalian? Yang tadi itu..... Sebastian?

Sadar akan sesuatu, secepat kilat aku kembali menoleh ke arah sebelum aku mengalihkan pandanganku. Tidak lagi ku dapati manik merah yang tadi sempat mengunci pandanganku. Ataupun hembusan hangat yang menerpa wajahku. Hanya sosok Sebastian yang duduk tenang di sampingku seakan tidak terjadi apa-apa.

"Ada apa, (Y/N)?" tanya pelayan serba hitam itu lembut sambil tersenyum ramah.

"Sebastian, tadi....." raguku menghentikan kalimatku.

Apa kau bermaksud menciumku? Lanjutku di dalam hati.

"Udara semakin dingin. Lebih baik kita segera kembali, (Y/N)." ujar Sebastian tenang.

Apa tadi hanya khayalanku saja? Ya ampun. Apa yang sedang kupikirkan sampai berkhayal seperti itu. Aku pasti sudah gila.

Sebastian memalingkan wajahnya lalu berdiri tanpa terlebih dahulu menyingkirkan kucing-kucing yang tertidur di pangkuannya. Alhasil, mahluk malang itu pun terbangun kaget karena terjatuh. Tampak ekspresi menyesal dan meminta maaf dari wajah Sebastian. Aku yang mengingat Sebastian sebagai pencinta kucing merasa aneh dengan sikap Sebastian itu. Aneh jika Sebastian sampai lupa keberadaan hewan kesukaannya itu.

Sigap aku segera menyingkirkan kucing di pangkuanku dan menghampiri kucing yang terjatuh tadi. Ingin memeriksa apa mereka baik-baik saja. Tindakan yang kulakukan bersamaan dengan Sebastian yang menunduk memeriksa kucing-kucing itu juga. Sehingga tanpa sengaja wajah kami menjadi berdekatan. Sedekat khayalanku tadi. Sedekat di mana aku dapat kembali mencium aroma teh dari hangat nafas yang bertiup di wajahku.

Bayangan khayalan tadi menimbulkan panik di dadaku. Kaget bercampur malu membuatku sontak mengambil gerak mundur menjauhkan diri yang akhirnya membuatku terduduk kembali. Dan rasa kagetku bertambah ketika melihat reaksi Sebastian.

Sebastian yang ku kenal selalu tenang dalam segala situasi kini terlihat memiliki reaksi yang sama denganku. Pria itu tiba-tiba menegakkan dirinya dengan wajah kaget dan bahkan mengambil satu langkah mundur. Ia membuang wajah ke sisi kanannya seakan tidak ingin melihat ke arahku. Lebih tepatnya menghindari menatap mataku.

Aku yakin sekali, siapa saja yang melihat sikap Sebastian saat ini pasti tidak akan percaya dengan penglihatan mereka. Ia sungguh tidak seperti dirinya. Siapa pun itu yang sudah melihat sifat sempurnanya pasti akan berpendapat seperti itu. Sayangnya yang menjadi saksi sikap anehnya itu hanya aku dan kucing manis yang kini telah berlari menjauh meski tadi terjatuh dari pangkuan pria iblis itu.

"Maaf. Mari kubantu kau berdiri." tawarnya masih tetap tidak melihat kearahku, tangannya ia sodorkan kepadaku.

Meski masih bingung melihat tingkahnya, aku menyambut uluran tangan Sebastian yang segera menarikku bangkit. Tanpa berkata lagi, Sebastian mengambil langkah kembali ke mansion tanpa melepas tanganku. Pria itu terus diam selama perjalanan, membuatku tidak dapat menghindar untuk merasakan kehangatan di tanganku yang kini ada di genggaman tangan besarnya saat ini. Kehangatan yang memancing memoriku mengenai khayalan yang mendebarkan jantungku layaknya sedang berlari maraton.

My LOVEndon in 2D World (Sebastian X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang