ELB Part 03

71 1 0
                                    

Reza tengai sibuk dengan layar laptop, kertas, dan penanya, banyak kertas-kertas yang berserakan tergeletak mengenaskan dilantai karena Ia menilai hasil karyanya tidak memuaskan. Malam ini Reza sedang mengerjakan sebuah projeck, projeck ini terkait dengan kedatangan Rizal selepas maghrib tadi yang mengaku tertarik dan jatuh cinta kepada hasil karyanya melalui temannya. Entah teman yang mana Ia sendiri tidak tahu, dan yang paling membuatnya terkejut ternyata namanya dikenal sampai sumenep, lama ia mencoba mengeluarkan segenap jiwa artistiknya untuk mendisgn sebuah komplek perumahan bergaya minimalist dan asri, dan rencananya jika project ini berhasil ia dan Rizal akan membangun sebuah hotel, namun yang sekarang ia fikirkan adalah tema apa yang akan ia usung untuk hotelnya.

Jarum jam menunjukan pukul dua malam rasa kantuk mulai menderanya. Beberapa kali ia terkantuk namun baginya pekerjaan adalah rezeki untuk keluarganya dan hal yang paling ia benci adalah membuang-buang waktu dan membuat orang menunggu apalagi ditunngu, itu kenapa jam tangannya ia percepat dua puluh menit lebih awal dari waktu normal. Dalam bekerja ia cukup prefectionis walaupun terkadang juga teledor, apalagi dua tahun ini ia benar-benar disiksa keadaan.Setelah kehilangan kekasihnya Elvira Virala Ibrahim, yang lebih dikenal di keluarga Reza adalah Vira, masa-masa suram itu seperti memberi jarak yang amat sangat jauh dengan kehidupannya yang sekarang, ia hanya berdiam diri dirumah, melamun mengurung diri dikamar bahkan enggan tersentuh dunia luar, dan hanya bisa meratap, menangis sembari memandangi figura Vira, apalagi jika tengah malam tiba. Keluarganya hanya bisa mendengar isak pilu penuh luka dari Reza yang ditinggalkan oleh kekasih hatinya di hari terbahagia sekaligus terberat yang ia rasakan, bahkan tingkah konyol dan keceriaan Ega tidak mampu mengembalikan sosok kakaknya yang amat sangat ia rindukan, penantian Ega, dan keluarga akhirnya terjawab sudah, berkat kasih sayang keluarga khususnya Uminya yang terus menerus mengalir dimasa-masa tersulit Reza akhirnya mulai menunjukan hasil yang sangat membahagiakan. Reza perlahan-lahan mulai berubah kembali meskipun belum sepenuhnya kembali.

Suara decitan pintu terbuka tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat kearahnya, ia mendongkak melihat siapa yang mendekatinya yang ternyata adalah Ega yang masih berbalut mukena.

"Ini A hot choclatnya" Kata Ega sambil meyodorkan cangkir berisikan cokelat panas yang masih mengepulkan asap, Reza tersenyum menerimanya dengan senang hati.

" qiamulail ya neng .?" Tanya Reza lalu menyesap cangkirnya dengan penuh rasa nikmat, Ega yang ditanya hanya menangguk, lalu ikut memperhatikan pekerjaan Reza

"A Ejja tidur atuh ini teh udah malam, malam pisan malah, ini kan masih bisa dilanjut besok pagi " Omel Ega

"Neng tahu kan Aa tidak suka menumpuk-numpuk pekerjaan "

"Iya neng tahu! tapi gak harus mengatmosfir tenaga juga A..." Kata Ega mulai bersungut-sungut karena kesal melihat sifat love hardwork Reza kembali lagi, sementara Reza yang dikomentari hanya terkekeh mendengar ucapan adiknya, seketika itu rasa kantuk menguap entah kemana.

"Ikhh si Aa mah pikasebeleun dikasih tahu malah ketawa ketiwi... "

"Yah kamu atuh neng, lucu! bukan atmosfir tapi memforsir..." Kata Reza disela-sela tawanya

"Beda dikit doang! udah ahh tidur sana! tuh mata Aa udah kayak panda... "

"Iya sebentar lagi neng nanggung nih" Ucap Reza sambil kembali terus fokus menatap layar laptopnya dengan jari-jarinya menari-nari diatas keyboard.

"Ya udah neng tungguin pokonya sepuluh menit A Ejja udah harus selesai!" Pinta Ega, Reza hanya tersenyum sambil mengangguk.

Hampir lima menit mereka diam dalam kebisuan. Ada sebuah ide terlintas dikepala Ega, ia melirik Reza yang masih saja diam menggeluti imajinasinya.

Engkau Laksana BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang