ELB Part 6

75 2 0
                                    

Beberapa Kali Reza menghembuskan nafas beratnya, ia tak menyangka bahwa mereka akan meninggalkannya sendiri, ia mengacak rambutnya frustasi. Beberapa Kali ia mengeluarkan umpatan kecil untuk Ega dan Fahmi, melihat Reza yang sepertinya sedang kesal Fida mencoba memberanikan diri untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya dan perbincangannya tadi dengan Ega.

"A Ejja kenapa.... Apa yang terjadi sama Ega sama Ibunya A Ejja" Tanya Fida pelan dan hati-hati.

Reza yang tesadar bahwa Fida masih bersamanya langsung menoleh kearah Fida. Ia melihat ada bekas merah dikening Fida.

"Neng! Neng Fida tidak apa-apa. Maafkan Aa ya neng, A Ejja lepas kontrol tadi. Aa Ejja tidak sadar kalau ada neng disini, maaf ya Neng, maaf sekali.." Kata Reza penuh penyesalan.

tangannya hendak terulur menyentuh kening Fida yang memerah tapi ia sadar bahwa Fida sangat menjaga jarak antara hubungan laki-laki dan perempuan dengan berat hati ia menarik kembali uluran tanganya, Fida hampir tak bisa berkata apa-apa ketika tangan Reza hampir menyentuh dahinya, tapi satu sisi ia bersyukur kalau Reza tidak sampai menyentuhnya, itu artinya Reza tahu batasan-batasan dirinya sebagai seorang laki-laki yang bukan mahramnya.

"Fida gak apa-apa A. memang apa yang terjadi sama Ega dan ibu Aa" Tanya Fida kembali.

"Itu! mereka akan jalan-jalan ke Bali bersama keluarga sepupu Aa, Fahmi namanya, ternyata berita sakit om Wildan cuma karangan supaya kami kesana, dan Naasnya Aa yang tidak ikut" Kata Reza dengan nada sedih.

sementara Fida hanya terpaku, bukan terpaku pada kesedihan Reza tapi terpaku hanya karena ditinggal liburan mereka hampir kecelakaan karena keterkejutan yang menurutnya kekanak-kanakan.

"Hanya karena A Ejja di tinggal liburan A Ejja sampai terkejut sebegitunya. A Ejja tahu tidak, tindakan A Ejja tadi bisa saja membuat kita celaka..." Kata Fida dengan nada kesal, Kalau Reza terkejut Karena sesuatu terjadi pada Ega atau ibunya ia maklumi dan wajarkan, tapi ini terkejut sampai menyebabkan kepalanya pening hanya Karena di tinggalkan liburan, baginya itu adalah alasan paling konyol dan kekanak-kanakan yang pernah ia dengar.

"Cukup dua Kali aku kehilangan orang yang aku cintai pergi untuk selamanya, dan cukup dua kali saja orang yang aku cintai jauh dari jangkauan mataku " Ujar Reza sambil menutup matanya.

cairan bening itu lolos kembali dari kedua matanya, Reza langsung mengalihkan pandanganya lurus kedepan mengusap air mata yang kini mengalir dikedua pipinya dengan punggung tangannya, tanpa memperhatikan wajah Fida yang tercetak jelas rasa bersalahnya, Ia memang tak tahu segetir apa dan sesakit apa masa lalu laki-laki yang kini dihadapannya tapi yang jelas hatinya terenyuh, hatinya merasakan sakit seperti apa yang Dia rasakan saat ini.

Disepanjang perjalan mereka hanya dicekam kesunyian, larut dalam fikiran masing-masing, mobil hampir sampai di pelataran rumah Kang Kurdi mereka disambut senandung syair syurgawi, Reza dan Fida sampai dirumah Kang Kurdi tepat adzan berkumandang. Namun tidak ada tanda-tanda kalau Fida hendak turun dari mobil, kepalanya tersandar di kaca mobil sembari menatap kosong kearah luar.

"Neng Fida! Neng.." Ucap Reza mencoba memecah lamunan Fida, namun Fida masih tetap tak bergeming. "Tiiiiiidddddddd!!" Reza menekan keras-keras klakson mobilnya yang sontak saja membuat Fida terlonjak kaget. Sembari mengelus dada dan mengucap Istigfar beberapa kali mencoba mengatur degup jantungnya.

"Maaf ya neng Aa kagetkan, habis Neng Aa panggil-panggil diam saja, bangunin pake tangan gak enak" Ucap Reza sambil tersenyum hangat seolah tak terjadi apa-apa.

"Owhhh Fida ngelamun ya A.." Kata Fida setelah Fida berhasil menguasai debaran jatungnya, sementara Reza hanya mengangguk tanda jawaban.

"Terimakasih ya A untuk hari ini, Fida turun..." Ucap Fida lagi kemudian beranjak turun dari Mobil Reza. Lalu berdiri tepat di sisi Reza yang masih duduk dibalik kemudinya.

Engkau Laksana BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang