ELB Part 11

70 4 0
                                    

Beberapa saat berlalu, namun periksaan yang dilakukan oleh Fahmi dan Rafa masih belum juga usai, Ega dan Umi Hanin masih setia menunggu di depan pintu. Jam seolah bergerak lambat, sedetik terasa sangat sulit berlalu, menit demi menit seolah mati, begitu banyak waktu yang terlewati hari, namun waktu yang berjalan seolah tak bermentari, tetap diam dalam kelam. Lampu diatas pintu berdenting hijau, yang menandakan pemeriksaan telah usai, wajah Rafa dan Fahmi sedikit tegang sesaat setelah mereka keluar dari ruang pemeriksaan.

"Bagaimana A, bagaimana keadaan A Ejja, dia tidak apa-apa kan"Tanya Ega dengan tak sabaran. Sedang Umi Hanin hanya menunggu jawaban dari anak dan keponakannya.

"Reza.... Dia.... Terkena...." Ucap Fahmi ragu, sekilas menoleh kearah Rafa seolah ia menyuruhnya untuk menjawab pertanyaan Ega. Ega lalu memalingkan wajahnya kearah Rafa yang menarik nafas berat.

"Begini Umi! Ega. A Ejja. Dia terkena Amnesia Anterograde..." Ucap Fahmi sambil menatap wajah Umi dan adiknya, Umi Hanin dan Ega saling berpandangan tak mengerti.

"Amnesia Anterograde..... Penyakit apa itu, Amnesianya Umi tahu tapi Anterogradenya Umi tidak tahu istilah dunia kedokteran..." Ucap Umi Hanin yang diangguki oleh Ega.

"Amnesia Anterograde sering disebut juga Amnesia maju, tipe Amnesia ini penderitanya tidak sepenuhnya kehilangan ingatannya dimasa lalu, tetapi lebih kepada hilangngnya untuk menciptakan memori dimasa setelah terjadinya peristiwa kecelakaan atau penyakit tertentu..." Ucap Rafa, Ia berhenti sejenak melihat Umi dan Ega yang masih menunggu keterangannya mengenai penyakit Reza. Rafa kembali menarik nafas sejenak lalu melanjutkan kalimatnya kembali.

"Sebagai contoh, misalkan mas Fahmi nadzubillah mindzalik mengalami kecelakaan yang menyebabkan cedera otak hmmmm, Misalkan semingu yang lalu, Mas Fahmi masih sangat mampu mengingat kita sebagai keluarganya, rekan- rekan dokternya dulu bahkan teman masa kecilnya yang dikenalnya sebelum peristiwa kecelakaan itu terjadi, tapi sebaliknya Mas Fahmi akan sangat kesulitan mengingat nama-nama orang yang baru-baru ini dijumpainya setelah kecelakaan itu bahkan walau pun mereka sudah berkali-kali sudah bertemu... Setelah Aa dan Mas Fahmi melakukan CT scan tidak ada masalah dengan Kepala A Ejja" Terang Rafa menutup kalimatnya.

"Kalau Kepala A Ejja baik-baik saja, lantas kenapa A Ejja tidak bisa mengingat teh Fida..." Seregah Ega tak sabar

"Besar kemungkinan kenapa A Ejja tidak bisa mengingat teh Fida Karena penyakit, Karena kita semua tahu bahwa A Ejja punya Trauma yang sangat dalam akan kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya, dan dunia A Ejja sekarang adalah waktu dimana kejadian sebelum kecelakaan Ka Vira dan meninggalnya Abi...."

"Apa kakamu bisa bisa sembuh nak..... " Ucap Umi Hanin dengan Mata berkaca-kaca, ia faham sekali bagaimana perasaan Fida saat ini.

"Tentu saja bisa...!" Kata Rafa ia disambut nafas lega oleh Umi dan Ega.

"Tapi mungkin akan butuh waktu yang cukup lama, tergantung seberapa besar usaha kita menghilangkan Trauma yang dialami oleh A Ejja, tapi untuk sementara ini kita biarkan dulu A Ejja, biarkan kondisinya membaik baru kita beritahu dia perlahan-lahan, kalau sampai A Ejja kita paksa berfikir terlalu keras Rafa takut amnesianya semakin memburuk" Terang Rafa lagi, semua hanya menanggapi dengan anggukan, Ega teringat akan sesuatu dengan tergesa-gesa ia meninggalkan Umi Hanin, Rafa dan Fahmi.

"Ga kamu mau kemana..." Seru Umi Hanin ketika menyadari bahwa Ega sudah menjauh dari mereka.

"Teh Fida Umi, Ega harus mencari teh Fida..."seru Ega sambil terus melangkah, ketiga orang itu hanya menangguk lalu melihat Reza yang keluar dari ruang pemeriksaan dibawa oleh petugas Rafa dan Fahmi.

...... Engkau Laksana Bulan.....

Langit jingga itu merona, awan-awan yang mulai mengemas melukis bentuk-bentuk aneh, tatapan gadis itu kosong, wajahnya yang lusuh menyiratkan betapa jiwanya terguncang, air matanya hampir kering karena sedari tadi menangis, angin senja seakan membawanya kedalam ruang kelelahan yang amat dalam, dia hanya diam tak bergeming, tatapannya masih lurus kearah langit jingga yang tertutup gedung-gedung tinggi, mencoba melukis nama Reza lewat gumpalan awan yang seolah kini menemani kesedihannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Engkau Laksana BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang