Part 1

3.7K 87 2
                                    

Udara dingin tak mampu memberikan kesejukan pada gadis ini, padahal pagi ini cukup membuat orang-orang menggigil karenanya. Berbeda dengan gadis ini, bukannya menggigil karena kedinginan, gadis ini malah tak mampu menahan tangannya yang terus saja mengusap keringat di dahinya. Gadis ini berlari tanpa memperhatikan seragam dan khimarnya yang sudah tak bisa lagi dibilang rapi.

Gadis ini terus berlari dengan nafas yang memburu, Ia tak henti-hentinya menggerutu mengingat kecerobohannya, dan pagi inilah salah satu dari banyak kecerobohan yang dilakukannya, kecerobohannya ini membuat petaka, hingga ia terlambat di hari pertama masuk sebagai siswa resmi SMA Bakti Pertiwi, setelah satu pekan di habiskannya dengan mengikuti kegiatan MOPD.

Setelah melihat Mang Asep, satpam sekolah yang sudah bersiap akan menutup gerbang, gadis itu semakin mempercepat pergerakannya agar bisa segera sampai. Dengan nafas yang memburu gadis itu langsung masuk ke gerbang sekolahnya

"Pagi Mang Asep, Ana nggak telat kan?" Tanyanya pada Mang Asep, penjaga sekolah yang umurnya sudah lebih dari 70 tahun, namun gadis itu kagum dengan semangat pria tua itu yang masih bersemangat mencari nafkah untuk keluarganya.

"Pagi Neng, harusnya sihh masuk dari 10 menit yang lalu, tapi berhubung sekarang hari bebas, jadi masuknya agak siang" jawab Mang Asep yang membuat gadis itu menghela nafas lega.

"Yaudah Ana sekarang masuk yah Mang" pamitnya kemudian kembali berlari untuk segera masuk ke kelasnya.

"Ini nih apesnya punya sekolah luas kayak gini, setiap hari harus mandi keringat terus" gerutu gadis itu masih dengan langkah lebarnya untuk segera sampai ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, Ana melihat semua siswa kelas X Mipa 2 sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Memang benar apa yang di katakan Mang Asep, sekarang adalah hari pertama masuk setelah kelas 10 mengikuti kegiatan MOPD kemudian dilanjut dengan tour camp.

Ana langsung duduk di bangkunya, gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas dan mendapati kedua sahabatnya yang sedang duduk di belakangnya.

"Ana kamu baru datang? Emang dibolehin masuk gitu, kan udah telat" tanya salah satu sahabatnya, Diba.

"Hehe iya Dib, syukurnya sekarang hari bebas jdi gerbangnya masih di buka" balas Ana lengkap dengan cengirannya.

"Kebiasaan kamu Na pasti pagi tadi nyari sesuatu dulu jdi kesiangan gini" Ana nyengir mendengar tebakan sahabatnya Layya yang seratus persen benar

"Aku udah bisa nebak gimana kelakuan kamu An" ucapnya lagi.

"Ohh iya, tadi aku disuruh nyamperin Kak Rian. Layy anterin aku yuk, Ana mah mana mau di ajak ke kelas kakak tingkat" ajak Diba pada Layya, Merekapun beranjak meninggalkan kelas.

Sepeninggal Layya dan Diba, Ana mengeluarkan novel yang di bawanya untuk mengusir rasa bosan. Tak lama suara khas sahabat-sahabatnya terdengar, dengan terpaksa ia menghentikan kegiatannya itu.

"Ana kamu harusnya lihat ekspresi Layya tadi saat bertemu Kak adit" ucapan heboh Diba membuat Ana mengerutkan dahinya bingung

"Kak Adit?" Tanyanya bingung
"Itu loh Na ketua 2 osis SMA bakti pertiwi. Masa kamu nggak tau sihh, Layya yang pendiam aja tau bahkan Layya suka sama dia. Masa kamu nggak tau sihh" Ucapan Diba sontak membuat Layya cemberut

"Ohh ayolah Layy, buat Ana tau siapa kak Aditmu itu" goda Diba membuat Layya semakin cemberut

"Bukannya Layya masih suka sama dia?" Layya mengerti siapa dia yang dimaksud Ana. Dia adalah Ilham Nur Ilahi, pria yang disukainya sejak SMP, namun sayang dia tak mengetahui perihal perasaan Layya terhadapnya, dan akhirnya Layya pun harus menerima kenyataan bahwa Ilham sudah memiliki seorang kekasih.

"Sudahlah An, jangan bahas dia lagi, aku yakin kok sekarang dia sedang bahagia dengan pilihannya itu" ucapan Layya membuat Ana dan Diba tersenyum

"Layya kan sekarang udah move on dari Ilham gara-gara Kak Adit An" Ana dan Diba tertawa puas melihat Layya yang semakin cemberut karena ucapan Diba itu

"Udah ahh, aku mau ke toilet dulu" pamit Ana kemudian beranjak pergi untuk ke toilet.

Untuk sampai ke toilet, Ana harus melewati taman terlebih dahulu, sebenarnya Ana malas melewati taman karena biasanya banyak kakak tingkat yang sedang berada di sana. Ana memang agak menghindar dari kakak tingkat, bukan karena ia takut atau sombong, ia hanya segan saja kepada mereka.

Namun ia mencoba memberanikan dirinya untuk melewati taman itu.
Ana berjalan perlahan melewati kakak tingkatnya yang sedang duduk di taman, namun panggilan dari salah satu kakak tingkat membuat Ana menghentikan langkahnya
"Ana.. An.. tunggu sebentar" Ana kemudian mencari sumber suara itu, dan terlihat seorang perempuan tersenyum manis ke arahnya

"Ehh iya kak, kakak manggil saya?" Tanya Ana bingung

"Iya kakak manggil kamu. Kamu Ana kan? Adiknya kak Apdhal?" Pertanyaan perempuan itu di balas Ana dengan anggukan kepala.

"Perkenalkan nama kakak Darda Stina Azalia, kamu bisa manggil kak Arda aja. Kakak adek tingkat Kak Apdhal, kami satu organisasi jdi Kakak kenal baik dengan Kakakmu An" perempuan itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis, membuat Ana terkagum dengan keanggunan perempuan itu.
"Senang bisa kenal kakak" ucap Ana tulus.

"Arda proposal kegiatan Lailatul Ta'aruf sudah beres kan?" Tanya seorang lelaki yang muncul dari arah belakang mereka.

"Udah kok Iz, kamu tenang aja. Ohh iya Iz kenalin ini Husna adik dari kak Apdhal, Ana kenalin ini Faiz Rois lohh di Rohis sekolah ini" ucap Arda memerkenalkan mereka. Ana mengulurkan tangannya namun dibalas Faiz dengan menelungkupkan tanannya di depan dada. Ana terkejut melihat reaksi lelaki itu, namun tak lama ia pun dapat menguasai dirinya kemudian menarik tangannya kembali.
Faiz kemudian pamit meninggalkan kedua perempuan itu.

"Kamu jangan tersinggung yah An sama reaksi Faiz tadi, memang seharusnya kita nggak bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram kita, Islam itu indah lohh An, Islam mengatur pergaulan kita agar kita selalu merasa di hargai." Ucap Arda dengan senyuman manis yang tak pernah lenyap di wajah cantiknya. Ana termenung beberapa saat mencoba mencerna setiap ucapan dari Arda.
"Kak bantu Ana untuk berubah yah, Ana ingin seperti Kakak" Arda tersenyum mendengar permintaan Ana.

"Kamu nggak perlu seperti orang lain An, termasuk menjadi seperti kakak. kamu harus menjadi diri kamu sendiri, diri kamu yang lebih baik dari sebelumnya. InsyaAllah Kakak bantu kamu buat itu" balasnya yang membuat Ana tersenyum lebar

"Makasih banyak Kak"

---
Hehe Alhamdulillah chapter pertama selesai, mudah-mudahan nggak terlalu mengecewakan yah :)

Diatas itu visual casting Rizkia Zubaidi sebagai Darda Stina Azalia. Cantik yah? Pasti dong :D

@almeera10

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang