Part 3

1.2K 60 0
                                    

"Kamu baik-baik aja kan An, kamu sehat kan?" Tanya Layya sambil memegang dahi Ana dengan tangannya, Ana yang baru saja datang heran dengan tingkah ajaib sahabatnya itu. Kemudian Ana melepaskan tangan sahabatnya itu dari dahinya.

"Apaan sihh Layy? Aku sehat kok. Emang aku keliatan sakit gitu" Layya menggeleng polos

"Terus kenapa kamu datang pagi banget kayak gini? Kamu kan paling males kalau harus pergi pagi seperti ini. Jadi aku tarik kesimpulan kamu emang lagi sakit, tepatnya otak kamu yang lagi sakit." Ucapan polos Layya mampu membuat Ana melongo, dia heran dengan pikiran sahabatnya itu, tapi? Yasudahlah..

"Diba belum datang Layy?" Tanya Ana saat menyadari Layya hanya duduk sendiri dibangkunya.

"Iya An, Diba belum datang. Heran sihh karena sebelumnya Diba itu selalu datang paling pagi. Tpi mungkin dia lagi ada perlu jdi datanganya siang" Ana mengangguk mendengar penjelasan Layya. Kemudian Ana duduk di bangku depan Layya dan merekapun sibuk dengan kegiatannya masing masing. Layya sibuk dengan pikirannya sendiri sedangkan Ana dengan novel yang di bawanya dari rumah.

Namun konsentrasi Ana buyar saat ia merasa ada orang yang memeluknya sambil menangis lirih.

"Diba kamu kenapa?" Tanya Layya panik saat melihat sahabatnya Diba yang baru datang langsung memeluk Ana dan menangis lirih

"Udah Layy kamu jangan panik dulu, kita tunggu Diba berhenti nangis dulu, nanti kalau dia udah agak tenang kita tanya dia kenapa" mendengar ucapan Ana, Layya mengangguk patuh.
Ana terus menenangkan Diba dengan terus mengelus punggungnya. Untungnya kelas masih sangat sepi, hanya ada mereka dan 2 tas yang di tinggalkan oleh pemiliknya.

Tak lama tangisan Dibapun terhenti, Diba akhirnya melepaskan pelukannya.

"Kamu sebaiknya duduk dulu Dib" Ana langsung menggeser tubuhnya untuk mempersilahkan Diba duduk di bangku yang didudukinya sedari tadi. Diba pun patuh dan langsung duduk di sebelah Ana. Layya masih berdiri di samping bangku yang di tempati Diba dan Ana. Laya juga sepertinya terlihat masih syok melihat Diba menangis. karena memang ini pertama kalinya Diba menangis di hadapan dia dan Ana.

"Kamu udah siap cerita Dib?" Diba mengangguk sebagai jawaban pertanyaan dari Ana.

"Aku putus sama kak Rian Layy, An. Padahal aku benar-benar sayang sama dia. Tapi di sisi lain aku juga udah capek di bohongin terus sama dia. Saat aku tau ternyata selama ini hubungan aku sama dia itu cuma buat nutupin hubungan dia sama Kak Rizka, aku yakin dengan keputusan yang aku ambil ini. Semua ini dia lakukan karena memang hubungan dia bersama kak Rizka nggak ada izin dari keluarga kak Rian." Cerita Diba mampu membuat Layya dan Ana terkejut. Memang sebelumnya Diba pernah cerita kepada mereka bahwa dia pernah bertemu dengan Rizka sebelumnya, Rizka yang notabenenya adalah mantan dari Rian, bahkan pernah sampai melabrak Diba. Awalnya Diba hanya menganggap Rizka melakukan itu hanya karena dia masih mempunyai perasaan kepada Rian, namun ternyata kenyataan mengejutkan inilah yang Diba dapat dari mulut Rian sendiri. Layya dan Ana terkejut saat tau ternyata hubungan Rian dan Rizka tak pernah berakhir.

"Udahh kamu sabar aja Dib, aku yakin ini adalah proses pendewasaan kamu. Dan kamu sebaiknya jangan membenci kak Rian dan juga kak Rizka, karena mereka itu udah Allah jadikan sebagai pelantara pendewasaan kamu Dib." Ucap Ana sambil tersenyum manis.

"Aku nggak benci sama kak Rian ataupun kak Rizka kok An, aku malah benci sama diri aku sendiri, kenapa aku bisa hadir di hubungan mereka dan menambah rumit hubungan mereka. Aku maklumin sikap kak Rizka waktu itu An, karena aku tau sakitnya dia karena hubungan aku bersama kak Rian."

"Dan emang kamunya yang salah sihh Dib, kenapa kamu mau pacaran?" Ucapan Ana ini mampu membuat Diba merengut kesal.

"Udah dehh mentang-mentang kamu jones jadi marahin aku pacaran. Kalau iri bilang aja kali neng" ucapan kesal Diba mampu membuat Layya dan Ana tersenyum. Mereka tak masalah melihat raut kesal Diba asal jangan melihat raut sedihnya seperti tadi.

"Enak aja aku emang jomblo tapi aku itu bukan jomblo ngenes. Sorry yahh aku ini jomblo bahagia. Jomblo terhormat. Yang ada yang jones itu Layya tuh, galau mulu nunggu kak Adit peka" sanggah Ana

"Nahh lohh kok jadi aku sihh. Kalau jadi jones jangan ngajak berjamaah dong An, kamu aja sendiri." Ucapan Asal Layya mampu membuat Diba tertawa lepas lagi dan Ana pun tersenyum melihat Diba yang mampu melupakan masalahnya walaupun hanya sekejap.

"Udah ahh aku serius sekarang. Sebenarnya aku nggak mau kalau kalian sampai pacaran, karena aku tau kalau pacaran itu dilarang oleh Rabb kita. Aku sayang banget sama kalian, aku ingin kalian itu nanti bahagia di syurgaNya. Dan kalaupun aku masuk neraka karena semua kesalahan aku, kalian bisa jemput aku di neraka dan menarik aku ke syurga bersama kalian" ucapan lirih Ana mampu membuat Layya dan Diba termenung mencoba mencerna ucapan Ana itu. Dan tak lama merekapun langsung memeluk Ana erat.

"Aku bangga punya kamu An" ucap Diba dengan mencoba menahan tangisnya agar tidak pecah. Seperyinya Layya tak bisa mengeluarkan sepatah katapun, dia masih saja menangis dengan suara pelan.

"Udah ahh kenapa jadi mellow gini sihh, nggak enak nanti diliat orang. Nanti kalian diledek kayak anak kecil lagi gara-gara nangis kayak gini" ucap Ana dengan suara paraunya.

"Kamu juga nangis An, malah bilang kita kayak anak kecil. Lah kamu? Kayak anak orok tau" ucap Layya sebal. Ana dan Diba pun tertawa dan melepaskan pelukannya masing-masing.

---

"Kak Islam kan ngelarang pacaran, trus hukumnya kalau kita mencintai seseorang bagaimana? Cinta itu kan fitrah kak tapi kok dilarang?" Arda tersenyum mendengar pertanyaan Ana.

"Islam memang sangat melarang pacaran An, karena pacaran itu salah satu cara amendekati zina. Coba deh kamu renungkan surat cinta dari Allah dalam surat Al-Isra ayat 32 ini. Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
Kakak nggak pernah bosan untuk ngingetin bahwa islam itu indah An, Allah melarang pacaran itu bukan tanpa sebab. Karena memang pacaran itu banyak merugikan An, apalagi untuk orang yang sudah dibutakan dengan cinta An, dia rela memberikan semua untuk orang yang dicintainya, termasuk memberikan kehormatannya. Naudzubillah. Islam itu tak melarang kita untuk tidak mempunyai rasa cinta, termasuk cinta untuk lawan jenis kita, karena cinta itu fitrah An, cinta itu suci, tapi cinta itu tergantung kita sendiri an, kita yang akan tetap menjaganya agar tetap suci atau malah menodainya" Ana terseyum mendengar penjelasan Arda.

"Makasih kak, Ana senang kenal sama kakak. Ana sudah seperti melihat Kak Apdhal dalam diri kakak yang mampu buat Ana tenang dan nyaman." Ucap Ana tulus.

"Kamu bisa kok menganggap kakak kayak kakak kamu. Malah kakak akan sangat bahagi punya adek cantik dan baik kayak kamu" ucap Arda dengan senyuman manisnya.

"Hehe makasih kak, kakak juga cantik, baik lagi. Ana yakin calon suami kakak adalah laki-laki paling beruntung di dunia karena punya bidadari syurga kayak kakak. Dan Ana yakin bidadari syurga pasti cemburu sama keteguhan hati kakak. Allah pasti mencintaimu kak" ucap Ana kemudian langsung memeluk tubuh Arda. Arda membalas pelukan Ana kemudian tersenyum.

---
Assalamu'alaikum semua {}
Saya bawa lagi kelanjutan cerita nggak jelas saya ini, semoga tidak mengecewakan yah.

Mohon saran dan kritiknya juga yah :)

@almeera10

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang