#Part8 Pengorbanan

920 51 0
                                    

Sudah lebih dari sembilan bulan Ana menuntut ilmu di sekolah ini, dia banyak disibukan dengan berbagai kegiatan baik itu berhubungan dengan tugas sekolahnya maupun kegiatan organisasi yang diikutinya.

Ana dan Arda juga semakin terlihat dekat dan membuat orang-orang mengira bahwa mereka saudara kandung.

"Kak nggak kerasa yah sekarang kakak udah mau kuliah aja, kakak nggak kepikiran buat kuliah disini gitu? Kan biar kita bisa tetap ketemu. Lagi pula Ana takut kakak kenapa-napa, Ana nggak bisa jaga kakak lagi kalau kakak di Yogya" Ana kesal mengingat Arda berbicara padanya akan melanjutkan pendidikannya di Yogya. Yahh walaupun jarak Bandung dan Yogyakarta tidak terlalu jauh, namun tetap saja Ana tak rela melepas Arda.

"Kamu ini An, kakak masih di Indinesia kok. Lagi pula kakak juga nggak cuma kuliah disana tapi juga untuk nyusul keluarga kakak yang tinggal disana, jadi kamu nggak perlu khawatir An, kamu nggak perlu jadi satpam buat jaga kakak lagi. Kamu kan bisa kapan-kapan ke Yogya untuk ketemu kakak, pintu rumah kakak terbuka kok buat Ana. kakak juga bisa kok ke Bandung kalau kamu kangen sama kakak" Jelas Arda

"Yasudah terserah kakak saja" putusnya dengan suara merajuk

"An jangan ngambek dong, kakak akan hukum diri kakak sendiri kalau kamu marah sama kakak, apalagi kalau buat kamu sedih. Kakak akan melakukan apapun untuk selalu buat kamu bahagia. kalau kamu nggak mau kakak jadi kuliah di Yogya, kakak nggak papa kok buat batalin rencana kakak kesana. Kakak rela kok An, tapi jangan ngambek apalagi sedih karena kakak yahh" ucapan Arda mampu membuat Ana tertegun. Ia sudah sangat egois dalam hal ini, Arda rela melepas cita-citanya untuk berkuliah di Yogya hanya karena Ana. Arda itu sosok kakak yang sangat baik untuk Ana, ia rela melakukan apapun untuk kebahagian Ana. Namun Ana tak akan membiarkan Arda semakin mengorbankan kebahagiaannya untuk Ana, Ana nggak akan lagi membiarkan itu.

"Nggak kak, kak Arda nggak boleh selalu mengorbankan kebahagiaan Kakak cuma buat Ana. Kakak juga berhak bahagia. Maaf Ana selalu memaksakan kehendak Ana ke kakak. Ana sayang kakak" Ana tak mampu lagi menahan air matanya ia langsung memeluk tubuh Arda.

"Nggak An, kakak rela kok melakukan semua untuk kamu, termasuk untuk nggak kuliah di yogya. Karena kebahagiaan kamu itu kebahagiaan kakak juga. Kakak juga sayang banget sama kamu" balas Arda tulus.

"Nggak Ana nggak papa kok kalau kakak kuliah di Yogya, Ana selalu dukung kakak kok. Asal kakak nggak ngelupain Ana aja disana." Ucapnya dengan suara parau karena habis menangis.

"Benar yahh? Jangan bohong, kalau kamu minta kakak terus disini kakak akan tetap disini kok" Ana menggeleng mendengar ucapan Arda

"Iya kak, Ana nggak bohong kok Ana akan selalu dukung kakak. Maaf kak Ana bersikap kekanak-kanakan kayak tadi" ucap Ana menyesal. Arda tersenyum kemudian mengelus kepala Ana yang tertutupi khimar putih yang dipakainya.
Ana balas tersenyum kemudian melepaskan pelukan mereka.

Selanjutnya keheningan menghiasi suasana taman sekolah. Arda terlihat sedang memainkan ponsel miliknya sedangkan Ana sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

'Kak Arda rela melakukan apapun untuk Ana, kalau dia tau Ana punya perasaan pada kak Faiz, pasti ia juga akan merelakan Kak Faiz untuk Ana. Apa Ana akan sejahat itu kepada kak Arda merebut orang yang dicintai kak Arda selama ini? Berarti kalau sampai Ana sejahat itu, Kak Arda rela melakukan apapun untuk kebahagiaan orang yang akan menghancurkannya? Nggak kak Ana janji, sekarang giliran Ana untuk berkorban untuk kebahagiaan kakak, Ana akan melakukan apapun untuk kakak, termasuk membuat kakak bahagia dengan kak Faiz. Ana janji kak' tekadnya dalam hati. Ana memandang Arda dengan pandangan penuh arti. Arda yang menyadari Ana sedang memandangnya, langsung balas memperhatikannya.

"Kamu kebapa An?" Tanya Arda penasaran. Ana hanya menggeleng sambil tersenyum.

"An sekarang udah sore lohh, kamu nggak mau pulang? Nanti kak Apdhal khawatir loh sama kamu karena udah sore belum pulang. Kakak sebenarnya mau nganter kamu tapi motor kakak masih di bengkel"

"Ohh iya Ana suka lupa waktu kalau lagi bareng kakak. Emz kak Ana boleh pinjam ponsel kakak kan? Ana mau sms kak Apdhal buat jemput, ponsel Ana mati kak" balasnya dengan senyumannya, Arda tersenyum kemudia menyerahkan ponselnya kepada Ana.

"Iya nihh pakai aja" balas Arda.

Ana pun menerima ponsel Arda kemudian mencoba membuka ponsel Arda.

Saat ponsel Arda terbuka, Ana tak bisa menahan rasa sakitnya melihat layar depan ponsel Arda. Ia melihat gambar Arda dan Faiz yang sedang berfoto bersama disuatu mobil. Ia mencoba meremas dadanya yang terasa nyeri.

'Apa aku mampu mengorbankan kak Faiz untuk kak Arda? Melihat foto ini saja rasanya aku nggak sanggup' pikirnya dalam hati.

Syukurlah Ana sangat cerdas menutupi semua yang dirasakannya. Ia pun cepat tersadar dan rasa sakitnya tak lagi ia hiraukan. Ia kemudian kembali ke tujuan awalnya untuk memberi pesan kepada kakaknya.

'Kak tolong jemput Ana di sekolah sekarang yahh, Ana tunggu kakak di depan gerbang sekolah.' Jari Ana terlihat lincah mengetik di atas keyboard ponsel Arda.

Tak lama balasan dari Apdhal pun datang.

'Iya An, kamu tunggu kakak, 5 menit lagi kakak sampai' balas Apdhal.

Setelah membaca balasan dari kakaknya Ana langsung menyerahkan ponsel itu pada Arda.

"Makasih kak buat ponselnya, sekarang Ana pergi ke depan gerbang yah kak, Ana mau nunggu kak Apdhal disana. Assalamu'alaikum" pamit Ana

"Iya An, Wa'alaikumsalam. Hati-hati yah An" Ana tersenyum dan mengangguk kemudian meninggalkan Arda

Sesampainya di depan gerbang, Ana sudah melihat kakaknya yang baru datang.

Apdhal merasa ada yang berbeda dengan Ana, ia merasa Ana terlihat tak bersemangat. Ia yakin sekarang Ana sedang punya masalah. Biasanya Ana langsung cerita kepada kakaknya itu tapi sedari tadi Ana hanya diam tak bersuara.

"ada yang ingin kamu ceritain ke kakak?" Apdhal langsung mengajukan pertanyaan untuk Ana. Ana merasa itu bukanlah pertanyaan ia merasa itu sebuah pernyataan dari kakaknya. Ana langsung menggeleng, ia tak ingin menceritakan ini pada kakaknya sekarang. Apdhal pun mendengus, baru kali ini adiknya nencoba menutupi masalahnya dari dirinya. Biasanya ia paling tak bisa menyembunyikan apapun dari kakaknya. Dan ini kali pertamanya Ana seperti itu, ia berpikir masalah ini masalah yang berbeda dan ia yakin Ana pasti membutuhkannya.

"Yasudah ayo kita pulang sekarang saja" Ana mengangguk kemudian menaiki motor kakaknya.

---

Assalamu'alaikum

Hohoho akhirnya cerita gaje ini aku lanjut lagi, sebenarnya lagi sibuk-sibuknya sekolah jadi jarang update deh. Maaf yahh kalau ceritanya nambah nggak jelas :D semoga nggak terlalu mengecewakan yahh

Aku bawa castnya Faiz sama Arda tuh :D

@almeera10

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang