#Part9 Langkah Ana

896 45 0
                                    

Sesampainya Apdhal dan Ana dirumah, Ana langsung turun dan memasuki rumahnya kemudian naik menuju kamarnya. Tak sepatah katapun yang diucapkan Ana pada Kakaknya. Apdhal hanya memperhatikan Ana tanpa mencegah atau berusaha bertanya, ia mencoba memahami adiknya itu. Akhirnya Apdhal pun memasuki rumah dan duduk di ruang keluarga.

---

Ana tau tak seharusnya ia langsung pergi ke kamarnya tanpa pamit atau sekedar berterimakasih kepada kakaknya, tapi rasanya ia sedang tak ingin banyak bicara sekarang, ia hanya ingin memasuki kamarnya dan mengeluarkan semua tangis yang sedari tadi ditahannya.

Ia pun mencoba menenggelamkan wajahnya di tumpukan bantal, ia tak ingin kakaknya mendengar ia menangis, ia tak ingin membuat kakaknya bertambah khawatir dengan keadaannya.

"Kamu nggak boleh gini An, kamu nggak pantes nangis hanya karena hambaNya. Yang pantas kamu tangisin itu dosa kamu sama Dia An, dosa kamu pada Rabbmu. Kamu ngerasa sedih seperti ini karena kamu terlalu memanjakan duka kamu An. Ayo semangat Ana, ada Allah yang selalu ada buat kamu" ucap Ana pada dirinya sendiri. Ia pun menghapus air matanya kemudian beranjak memasuki kamar mandinya untuk sekedar menyegarkan tubuh dan pikirannya.

Setelah keluar dari kamar mandi, wajah Ana terlihat lebih segar pikirannya pun sudah lebih baikan dari sebelumnya. Ia pun turun ke bawah menghampiri kakaknya yang sedang fokus menonton televisi. Ana langsung menghampirinya dan duduk di sambing kakaknya. Ia mencoba fokus pada acara yang di tonton kakaknya itu. Rupanya Apdhal terkejut menyadari Ana yang tiba-tiba duduk disampingnya, ia memperhatikan wajah adiknya itu, ia sedikit lega melihat Ana sekarang lebih baikan dari pada tadi saat ia menjemputnya di sekolah.

"Ann.." panggil Apdhal

"Hemm.." respon Ana yang berpura-pura fokus pada acara yang ditontonnya. Ia tak ingin Apdhal bertanya masalah mengapa ia bersikap seperti tadi.

"Ehhh nggak jadi dehh" putusnya. Bukannya ia tak menyadari Ana yang sedang berpura-pura fokus pada acara yang di tontonnya, ia tau bahkan ia sangat tau bagaimana adiknya itu, namun ia tak ingin adiknya merasa tersudutkan disini, ia tau sekarang adiknya itu tak ingin membicarakan itu. Akhirnya Apdhal mencoba mencari pembicaraan untuk mencairkan suasana.

"Ehhh An, calon imam kamu Faiz mau kuliah di Yogyakarta tuhh, kamu emang rela di tinggalin sama dia?" Tanya Apdhal mencoba menggoda adiknya itu, biasanya kalau ia menggoda Ana dengan Faiz, Ana langsung kesal.

Ana yang sedang tertawa melihat acara di televisi, Mendengar nama Faiz disebut oleh kakaknya langsung menghentikan tawanya. Kemudian terdiam dan seketika ekspresinya berubah menjadi datar.

'Berarti kak Faiz dan kak Arda kuliah bersama di Yogya? Mungkin ini petunjuk yang di berikan Allah untuk menyadarkan aku bahwa kak Faiz itu bukan takdir Aku, tapi takdir kak Arda' pikir Ana mencoba memahami semuanya.

Apdhal menyadari perubahan ekspresi Ana, memang biasanya Ana sering merubah ekspresinya saat ia menggodanya, tapi berubah menjadi ekspresi kesal bukan ekpresi datar seperti ini. Ia yakin ia salah memilih pembahasan kali ini, dan ia heran mengapa saat mendengar nama faiz disebut Ana langsung berubah jadi seperti ini, apa mungkin semua ada kaitannya dengan Faiz? Pikirnya mencoba mengira-ngira.

"Kakak tau kamu lagi ada masalah. Kakak nggak maksa kamu buat cerita kok An, tapi kalau kamu percaya sama kakak kamu boleh cerita kok. Kakak nggak bisa janji sama kamu untuk bantu nenyelesaikan masalah kamu tapi seenggaknya kamu bisa membagi beban kamu sama kakak An agar kamu bisa sedikit lega" Ana mencoba mempertimbangkan ucapan kakaknya. Ia bingung apa ia akan memilih diam atau menceritakannya. Sebenarnya ia paling tak bisa menyembunyikan apapun dari kakaknya, inilah kali pertamanya ia mencoba menutupi sesuatu dari kakaknya. Dan ia yakin kakaknya pasti akan merasa ada hal yang ia sembunyikan karena kakaknya itu paling tau seperti apa dirinya.

"Kak Ana salah kak, Ana salah karena udah punya perasaan ini, sebenarnya Ana nggak mau punya perasaan ini, tapi Ana nggak tau sejak kapan Ana buka hati Ana untuk dia kak" Ucap Ana mencoba memulai ceritanya.

"Maksud kamu rasa cinta?" Tanya Apdhal yang dibalas Ana dengan anggukan.

"Pada siapa An? Faiz?" Tanya Apdhal yang membuat Ana terkejut, mengapa Apdhal tau ia menyimpan rasa untuk Faiz? Dan akhirnya Ana pun menjawab dengan anggukan lagi.

"Sudah kakak duga, tapi kenapa kamu jadi uring-uringan kayak gini An? Kamu punya hak kok untuk mempunyai rasa untuk siapa saja, Allah juga tak melarang itu, tpi Allah cuma memberi batasan untuk kita, da kamu tau kan batasan itu apa? Terus letak kesalahannya dimana An?" Tanya Apdhal tak mengerti.

"Kak Arda juga cinta sama kak Faiz, itu yang jadi masalahnya kak, Ana nggak mungkin nyakitin kak Arda kak, Ana sayang banget sama kak Arda. Tapi Ana juga nggak bisa bohong kalau Ana juga ingin Kak Faiz balas perasaan Ana." Jelas Ana dengan suara paraunya.

"Arda cinta sama Faiz?" Tanya Apdhal terkejut. Ana mengangukkan kepalanya

"Kakak nggak bisa banyak bantu kamu kakak cuma bisa ngingetin kamu, kalau emang dia jodoh kamu, jarak sejauh apapun memisahkan kalian, kalian pasti bertemu dan setidak mungkin apapun kalian untuk bersatu, pasti akan ada jalan dimana kalian disatukan, kamu harus yakin itu. Sekarang kakak ke atas dulu." Apdhal langsung pamit dan dibalas Ana dengan anggukan.

"Buat aku yakin akan langkah ini, Ya Allah" Do'anya dengan suara lirih

---

Semalaman Ana tak bisa memejamkan matanya. Ia bingung apa yang harus ia lakukan, memilih antara orang yang dia sayang dan juga sahabat yang sudah dianggapnya sebagai kakak sangat-sangatlah sulit.

"Apa sebaiknya Ana bicara yang sebenarnya aja yah ke kak Faiz. Ana kan nggak minta dia buat bales perasaan ini tapi setidaknya dia tau tentang perasaan ini. Tapi bagaimana dengan kak Arda? Emzz tapi kan kak Arda nggak mungkin tau Ana ngomong ini ke kak faiz. Yaudah deh besok Ana ngomong aja" putusnya finish. Setelah yakin dengan keputusan akhirnya, Ana mencoba memejamkan matanya dan akhirnya ia berhasil dengan mudah masuk ke alam mimpi.

---

"Bagaimana menurut kalian kalau Ana ngomong yang sebenarnya aja ke kak Faiz?" Tanya Ana kepada kedua sahabatnya.

"Kamu yakin An? Kamu kan tau pacaran itu dilarang? Tapi kenapa kamu mau ngungkapin semuanya An?" Tanya Layya, ia ragu akan keputusan sahabatnya.

"Layy Ana itu nggak akan nembak kak Faiz kok, Aku itu ingin seperti Siti Khadijah istri nabi yang mengungkapkan perasaannya duluan. Lagipula kak Arda belum tentu akan tau masalah ini kan, jadi nggak ada yang perlu dikhawatirin Layy" ucapnya mencoba meyakinkan sahabatnya.

"Tapi entah kami ragu akan keputusan kamu. Tapi semua terserah kamu, kalau kamu yakin silahkan. Kami hanya muslim awam yang tak banyak tau tentang hukum islam" balas Diba dengan wajah ragu.

"Memang kamu yakin Siti Khadijah mengungkapkan perasaannya lebih dulu?" Tanya Layya membuat Ana terlihat berpikir keras.

"Sudahlah sekarang Ana ke kelas Kak Faiz saja, assalamu'alaikum" pamitnya kemudian berlalu setelah mendengar jawaban dari kedua sahabatnya.

"Wa'alaikumsalam"

---

Hohoho update lagi nihh, semoga nggak mengecewakan yahh..

@almeera

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang