part 5

983 51 0
                                    

'Dib, ada yang ingin kakak sampaikan sama kamu. Bisa kita ketemu di taman deket kompleks kamu nggak?'

Diba langsung membalas pesan dari Faiq, sahabat Rian yang tak lain adalah mantan kekasihnya dulu saat ia masih di SMP.

'Iya Aku kesana sekarang kak' balasnya. Kemudian Diba bersiap untuk segera ke tempat yang di janjikan.

Tak lama iapun sudah sampai di taman yang Faiq maksudkan. Taman ini terlihat lebih sepi, padahal biasanya hari minggu seperti ini, taman sering ramai dikunjungi oleh banyak orang.

Diba mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman untuk menemukan keberadaan Faiq. Pergerakannya terhenti saat dirasa ada tangan yang menyentuh pundaknya, ia pun menengok ke belakang dan menemukan Faiq disana.

"Maaf Dib, kakak ngagetin kamu yah" ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kebiasaan Faiq saat salah tingkah. Diba tersenyum melihay kebiasaan Faiq yang ternyata tak pernah berubah.

"Yaudah kak kita mau duduk dimana nih?" Tanya Diba

"Di warung es kelapa mang Dedi aja yuk Dib, itung-itung flashback waktu kita SMP" ajaknya yang dibalas anggukan antusias dari Diba. Merekapun duduk dibangku yang tersedia di warung ini, memang dulu saat mereka masih menjalin hubungan, mereka sering menghabiskan waktunya di taman ini, lebih tepatnya di warung es kelapa ini.

"Emmz Dib, sebenarnya kakak ngajak kamu kesini itu mau ngomong sesuatu." Diba yang sedang meminum es kelapanya langsung mendongkak mengarahkan pandangannya ke arah Faiq.

"Kakak mau minta maaf sama kamu Dib, karena sebenarnya kakak udah tau dari awal perihal hubangan Rian dan Rizka." Ucapan Faiq membuat Diba terbelalak tak percaya.

"Kenapa kakak nggak cerita dari dulu kak?" Tanya Diba dengan suara lirih

"Sebenarnya kakak nggak tega nutupin ini dari kamu Dib, tapi kakak takut kamu nggak percaya sama kakak, kakak takut kamu benci sama kakak , kakak takut kamu berpikiran kakak ngomong itu karena kakak ingin merusak hubungan kamu sama Rian, kakak juga nggak enak sama Rian karena kakak sudah berteman dengan dia dari kecil. Dan yang kakak takutkan adalah kakak liat kamu sakit hati karena kakak tau kamu sangat cinta sama Rian" Ana menunduk mendengar ucapan Faiq. Sebenarnya Ia kecewa dengan alasan Faiq, tapi ia mencoba mengerti posisi Faiq sekarang.

"Kak sebenarnya sebelum aku tau kenyataan ini, aku pernah dengar dari kak Alesha kalau sebenarnya kak Rian sama Kak Rizka itu masih punya hubungan, tapi aku nggak percaya karena saat aku tanya kak Rian dia mati-matian menyangkal itu. Aku malah mengira kak Alesha masih punya perasaan ke kak Rian, karena sebelum menjalin hubungan denganku, kak Rian sempat menjalin hubungan dengan Alesha. Aku sangat ngerasa bersalah kak sama kak Alesha, dia itu berniat baik untuk memberitahu aku sedangkan aku malah nyangka dia yang nggak-nggak" ucap Diba sambil menelungkupkan kepalanya ditumpukan tangan, agar dia tak menunjukan raut kecewanya di depan orang lain termasuk Faiq.

"Kakak takut kamu berpikiran sama seperti itu Dib kalau kakak ngasih tau kamu. Maaf kalau kakak bikin kamu kecewa karena kakak egois, cuma karena kakak nggak mau kamu membenci kakak." Ucapnya dengan raut bersalahnya

"Nggak kakak nggak salah. disini yang salah itu aku, aku yang belaga tuli dengan ucapan orang lain tentang kak Rian, semua itu hanya karena perasaan aku ini" ucapnya yang mencoba mendongkak ke arah Faiq. Faiq merasa bersalah saat melihat mata dan hidung Diba yang memerah mungkin selama Diba menelungkupkan kepalanya, Diba terus saja menangis.

"Kamu nggak salah Dib, kamu melakukan itu karena kamu ingin memberi kepercayaan kepada Rian, dan kakak yakin suatu saat dia akan nyesel karena pernah menyia-nyiakan kamu yang udah tulus sayang sama dia. Kamu jangan nangis Dib, kakak nggak tega liat kamu nangis kayak gini. Kakak janji kakak nggak akan biarin air mata kamu menetes walaupun cuma setitik. Kamu pegang janji kakak Ini" Diba tersenyum tulus mendengar tekad Faiq.

"Makasih kak, Aku sayang sama kakak" ucap Diba tulus, karena dia sudah menganggap Faiq sebagai kakaknya, Faiq pun tersenyum

'Kakak juga sayang sama kamu Dib, bahkan kakak cinta sama kamu' ucapnya dalam hati

---

"Layya kamu harus tau, kakak ditembak dia Layy" cerita seorang gadis dengan antusias

"Dia siapa sihh kak?" Tanggap Layya namun pandangannya masih terfokus pada film yang di tontonnya.

"Kamu pasti kenal dia kok Layy, dia itu orang penting juga diosis"
"Iya siapa kak Alesha?" Tanyanya kesal.

"Emzz dia itu ketua 2 osis bakti pertiwi Layy" ucapnya malu-malu sambil menenggelamkan kepalanya di bantal kursi yang dipegangnya.

"Maksud kakak Kak Adit?" Tanyanya dengan ekspresi terkejut.

"Iya Layy dia kak Adit Layy, kak Aditya Naufal Dary Abiyyu" jawabnya dengan semangat

Degghh..

Mendengar nama itu, Layya otomatis mengalihkan pandangannya ke arah Alesha.

"Kak adit kak?" Tanyanya lagi dengan suara parau, menahan tangisnya agar tidak pecah. Namun Alesha terlihat tidak menyadari ada yang aneh dengan suara Layya yang terkesan lirih, mungkin karena ia begitu senang karena ia telah menjadi kekasih orang yang di sukanya sedari dulu.
Layya kembali mengarahkan pandangannya ke arah televisi namun sekarang dengan pandangan datar.

"Gimana kok bisa?" Tanyanya dengan suara datar.

"Yahh nggak gimana-gimana, kita deket, langsung dia nembak dan akhirnya jadian dehh. Simple kan?"

'Nggak sesimple itu kak, bahkan untuk bisa dia liat Aku aja aku harus mati-matian.' Lirih Layya dalam hati

"Semoga kakak selalu bahagia bersama kak Adit kak, Layya pasti berdoa yang terbaik untuk kakak "

'Dan untuk kak Adit' lanjutnya dalam hati.

Alesha langsung mengaamiinkan ucapan Layya, Layya diam mencoba kembali fokus pada film yang di tontonnya. Namun sekarang film yang ditontonnya dirasa tak semenarik tadi.

"Kamu jadi ikut bela diri kan Layy? Kak Adit juga di organisasi itu loh, kakak nitip kak Adit yah,kalau dia nakal langsung bilang sama kakak" ucap Alesha memecahkan keheningan diantara keduanya.
Layya hanya tersenyum getir, dia tidak tau kalau Adit juga ikut organisasi yang sama sepertinya, mungkin jika ia tau itu sebelum Layya ia mengetahui Alesha dan Adit pacaran, dia akan sangat bersyukur. Namun tidak dengan sekarang, ia malah tak berharap hari besok akan tiba, karena besok adalah hari perdana kumpulan organisasi itu, dan otomatis ia akan bertemu dengan Adit. Layya merasa sekarang pikirannya tak menentu, akhirnya dia memutuskan untuk pamit kepada Alesha pergi ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Layya langsung mengunci pintunya kemudian langsung menghamburkan tubuhnya ke tempat tidur dengan wajah yang tertutup bantal, Layya mengeluarkan semua tangis yang sedari tadi dia tahan.

'Sakitt.. sakitt kak.. kenapa harus sesakit ini cinta sama kakak" bisik lirih Layya sambil memegang dadanya yang terasa sesak. Tak lama akhirnya Layya terlelap karena terlalu lelah menangis.

---

Gimana nihh kelanjutan ceritanya? Semakin ngaco kah? Atau semakin nggak jelas?

Tapi saya harap tidak terlalu mengecewakan. Maaf juga kalau nggak ngefeel sama nyeseknya. Saya emang suka gampang nyesek kalau baca cerita nyesek, tapi saya nggak pinter buat orang nyesek karena baca tulisan saya. Tapi? Yasudahlah..

@almeera10

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang