Part 2

1.5K 76 0
                                    

Sore hari merupakan waktu bersantai untuk kakak-beradik ini, Husna dan Apdhal. Mereka memanfaatkan waktu bersantai mereka dengan membicarakan banyak hal di teras belakang rumah mereka yang sudah dijadikan sebuah taman kecil.

"Kak Apdhal, tadi kak Arda nanyain kakak lohh" cerita Ana kepada Kakaknya yang sedang fokus dengan buku yang di bacanya.

"Ohh ya? Dia apa kabar An? Kakak udah jarang banget ke sekolah jadi udah lama nggak ketemu sama dia. Dia junior kakak, kami juga satu organisasi saat itu" mendengar tanggapan kakaknya, Ana semakin bersemangat menceritakan pertemuannya dengan Arda.

"Kak Arda kelihatan sehat kok Kak, dia baik yahh kak, cantik, anggun lagi, kalau liat dia itu bawaaannya adem gitu" balas Ana dengan senyuman manis yang tak hilang dari wajah cantiknya.

"Kamu juga belajar anggun dong An, masa kakak punya adek yang nggak ada anggun-anggunnya kayak kamu" ledek Apdhal

"Ahh kakak mah rese, masa bilang Ana nggak ada anggun-anggunnya sihh. Udah cantik, manis, anggun kayak gini juga" balasnya sebal. Apdhal tertawa mendengar ucapan adiknya itu.

"Kamu ini An, yang nilai kamu itu bukan diri kamu sendiri, itu sih kamunya aja yang kepedean." Anna semendengus sebal

"Kamu tau nggak An, apa rahasia seorang muslimah agar terlihat anggun?" Tanya Apdhal sambil menaik-turunkan alisnya kemudian kembali tertawa saat melihat Ana yang mengangguk-anggukan kepalanya semangat.

"Rahasianya itu dengan menutup semua aurat kamu An, yakin deh orang lain pasti adem tiap lihat kamu"

"Tapi kan Ana dari dulu udah nutup aurat Ana kak, dari SMP Ana juga udah pake kerudung" Apdhal tersenyum mendengar sanggahan adiknya itu.

"Emang kamu udah yakin gitu pakaian yang sekarang kamu sering pakai sudah sesuai dengan apa yang Allah perintahkan?"

Ana mencoba mencerna setiap ucapan kakaknya. Timbul kekhawatiran dalam hatinya, apakah pakaian yang dipakainya sekarang sudah sesuai dengan perintahNya atau belum?

"Bagaimana kita mengukur pakaian kita sudah syar'i atau belum kak?" Tanyanya penasaran membuat Apdhal semakin melebarkan senyum manisnya.

"Ini nihh pertanyaan yang kakak tunggu dari tadi. Pakaian yang syar'i itu pakaian yang sah apabila dipakai sholat An, tanpa memakai mukena pun dengan pakaian itu sholat kamu tetap sah, karena pakaian itu sudah menutup auratmu dengan sempurna." Jelas Apdhal

"Kamu bisa membedakan pakaian syar'i dengan yang tidak itu dengan beberapa syarat An, pertama pasti harus menutup auratmu yaitu semua bagian tubuh kamu kecuali wajah dan telapak tangan."

"Terus harus pakai kaos kaki dong kak, kan kaki juga ternasuk Aurat?" Tanyanya dengan ekspersi bingung.

"Iya An, kebanyakan dari muslimah sering menyepelekan kakinya yang tak dilindungi, padahal kaki untuk muslimah aurat juga loh. Nah syarat yang kedua itu tidak membentuk lekuk tubuh An, karena pakaian syar'i itu menutup bukan sekedar membungkus saja, yang ketiga itu tidak transparan dan yang terakhir itu tidak menyamai lawan jenis" lanjutnya dengan penjelasan yang membuat Ana mengangguk mengerti.

"Terus bagaimana hukumnya seorang muslimah pakai celana panjang kak, kan celana itu banyak dipakai oleh pria." Apdhal senang karena Ana semakin tertarik membahas masalah ini dengannya.

"Kakak nggak bisa memberikan fatwa tentang suatu hal, karena hal itu tergantung keyakinan masing-masing. Kalau menurut kakak kamu sebaiknya menghindari pemakaian celana, kamu bisa ganti celana itu dengan rok An, Dan kamu bisa terlihat lebih anggun dan dewasa dengan memakai rok" Mendengar pendapat kakaknya Ana tersenyum

"InsyaAllah Ana akan Belajar kak. kakak bantu Ana yah, kakak tegur Ana kalau Ana salah, karena Ana butuh bimbingan dari kakak." Pintanya pada Apdhal

"Iya InsyaAllah An, kakak pasti selalu dukung kamu untuk menjadi muslimah yang lebih baik lagi" do'a afdhal yang langsung diaamiini oleh Ana.

"Ehh ngomong-ngomong sekarang kamu udah punya pilihan organisasi yang akan kamu masuki belum? Kakak saranin masuk organisasi Rohis aja An"

"Belum sihh Kak, oalah kakak malah promisi" balasnya sambil tertawa.

"Kakak cuma nyaranin aja An, organisasi itu udah kaya rumah kedua bagi kakak, disana kakak bukan cuma punya banyak teman tapi juga punya banyak keluarga. Kakak harap juga kamu bisa menemukan keluarga baru disana An. Apalagi sekarang ketua Rohisnya Faiz, kakak kagum dari dulu sama dia. Dia itu inspirator buat banyak orang jadi kakak yakin dia itu mampu buat organisasi itu semakin maju" penjelasan kakaknya membuat Ana menaikan sebelah alisnya heran.

"Kakak itu mau promosi organisasinya apa mau promosiin ketua rohisnya sih?" Apdhal tertawa mendengar pertanyaan adiknya itu

"Kamu itu An, kayaknya anti banget sama pembahasan tentang ikhwan"

"Aku bukannya anti kak, aku cuma waspada aja tau sendiri laki-laki itu sama aja, suka buat perempuan sakit hati. Buktinya sekarang Diba aja disakiti sama Kak Rian. Tuhh kan itu tandanya laki-laki itu nggak ada yang bener kak" Sanggahnya kekeh

"Astagfirullah An, kakak juga laki-laki loh, Ayah juga laki-laki, bahkan Rosulullah saw. juga laki-laki. Kamu itu nggak boleh melabeli laki-laki itu semua sama. Kamu itu punya pemikiran yang seperti itu karena kamu liat kebanyakan laki-laki yang menyakiti perempuan karena status pacaran. Ya jelas lah kamu menganggap laki-laki seperti itu, wong kamu liat contohnya salah, kalau kamu nyari orang sholeh diantara orang yang pacaran, kakak jamin kamu nggak akan pernah menemukan orang itu. Karena orang yang sholeh itu pasti nggak akan mau menjalani status pacaran An." Ana terdiam mendengar penjelasan kakaknya itu, ia merasa sudah kalah telak karena ucapan kakaknya. Apdhal tersenyum melihat Ana yang terdiam.

"Contohnya Faiz tuh An, dia itu calon imam yang baik lohh" goda Apdhal sambil menaik turunkan alisnya.

"Apaan sihh kak, kok bawa-bawa kak Faiz" balasnya sebal.

"Kamu kenal Faiz An? Sampaikan salam kakak untuk dia yah An"

"Iya kak, dikenalin kak Arda tadi pagi. Apaan sih kak, mana berani aku, kayak nggak tau aku aja. Wong cuma ketemu laki-laki aja nggak berani apalagi harus ngomong" tolaknya

"Hehe iya deh kakak tau kok siapa adik kakak ini" ucapnya sambil mengacak rambut Ana yang tak tertutupi khimar.

"Gimana jadi masuk organisasi Rohis nggak, sayang lohh An kalau nggak masuk. Disana itu kita bisa banyak belajar dari orang lain tentang makna kehidupan dan bekal kita buat nanti menghadap Allah. Kakak yakin kamu pasti akan betah di sana."

"InsyaAllah Ana masuk kak, mudah-mudahan ini awal dari jalan hijrah Ana"

"Aamiin, kakak pasti berdo'a yang terbaik untuk kamu An."

---

Alhamdulillah udah bisa update lagi, semoga tidak terlalu mengecewakan yah :)

Saya lagi semangat menulis akhir-akhir ini, karena memang lagi libur jadi dari pada menghuleng(?) Akhirnya saya rajin update deh.

@almeera10

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang