#Part12 Dia Telah Kembali

899 57 0
                                    

Aku memang telah berjanji untuk mengikhlaskanmu, namun aku tak berjanji untuk tidak merindukankanmu. Maka izinkan aku menyampaikan rindu ini lewat do'aku. Do'a untukmu, pemeran utama hatiku.

- Al-fiyah Husna Kamila -

Arda membaca kata demi kata yang tertulis rapi di buku kecil milik Ana, bukannya ia berlaku tidak sopan karena lancang membuka buku milik orang lain, namun ia tak sengaja melihat buku ini terbuka di atas tempat tidur milik Ana ini. Dan sebenarnya ia berniat untuk menyimpan buku itu di meja, namun saat tak sengaja membaca tulisan ini, ia semakin tertarik membacanya sampai selesai.

Arda ingin membaca semuanya, namun akan tidak sopan kalau ia membaca buku milik orang lain. Akhirnya ia menyimpan buku itu di meja samping tempat tidur Ana.

Arda memang sedang berada di kamar Ana, ia diajak oleh Ana ke kamarnya untuk sekedar membicarakan kehidupan masing-masing saat keduanya tak bertemu.

Ana sedang mengantar Diba yang tiba-tiba membatalkan rencananya untuk menginap karena mendapat telpon dari ibunya.

"Kak maaf nunggu lama yah" ucap Ana yang mengagetkan Arda yang sedang melihat foto-foto Ana yang menghiasi kamar gadis itu.

"Astagfirullah Ana, kamu ngagetin aja. Nggak lama kok An, santai aja" Arda duduk setelah Ana mempersikahkan Arda untuk duduk di tepi tempat tidurnya.

"Kakak kenapa nggak lanjut S2 di Yogya?" Tanya Ana memulai pembicaraan.

"Emm kesepakatan kakak sama Faiz sihh, sebenarnya kakak punya rencana S2 di Yogya, tapi Faiz ngasih saran untuk lanjut S2 disini aja, yaudah deh jadinya disini" jawab Arda. Ana mencoba tersenyum mendengar jawaban Arda tadi.

"Ahh sebel kenapa alasannya bukan karena ingin deket Ana sihh kak, tadinya kalau kakak jawab gitu Ana mau belaga terharu gitu, ahh jadinya nggak jadi ekting dehh" ucap Ana berlaga kesal. Arda tertawa mendengar ucapan Ana, Ananya tak pernah berubah, masih seperti Ana yang selalu buat orang disekelilingnya tertawa, pikir Arda.

"Kamu itu An, nggak pernah berubah. Emm An, kamu tambah cantik dehh sejak pakai pakaian syar'i, tambah anggun" Ana tersenyum malu mendengar pujian dari Arda itu.

"Pasti dia seneng liat kamu kaya gini" ucap Arda pelan terkesan seperti berbisik. Meskipun pelan, Ana bisa mendengarnya dengan jelas, namun ia ragu akan yang didengarnya itu.

"Apa kak?" Tanya Ana, membuat Arda kembali bertanya.

"Apa apanya?" Ana tersenyum kemudian menggeleng.

"Nggak jadi kak, lupain aja" ucap Ana, membuat Arda tersenyum lega. Bukannya ia tak mengerti akan pertanyaan Ana, malah ia sangat mengerti, namun ia tak ingin Ana mengetahuinya sekarang, akan ada saatnya Ana mengetahui semuanya dari orang bersangkutan.

---

"Kak Apdhal bisa jemput Ana nggak? Dompet Ana ketinggalan di rumah jadi nggak bisa naik angkot atau taksi untuk pulang" ucap Ana pada kakaknya di telpon

"Ohh iya, Ana tunggu di depan gerbang" jawab Ana setelah mendapat jawaban dari kakaknya, Apdhal.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu kedatangan kakaknya, mobil kakaknya sudah berhenti di depan gerbang. Ia pun segera masuk ke mobil kakanya.

"An kamu temenin kakak sebentar yah, kakak mau ketemu temen kakak dulu" ajak Apdhal saat Ana telah duduk di samping kursi pengemudi.

"Dimana kak?" Tanya Ana bingung.

"Di tempat makan kok, jadi bisa sekalian makan siang juga." Jawab Apdhal. Anapun mengangguk.

Mobil Apdhal pun melesat dengan kecepatan sedang, tak butuh waktu lama akhirnya mobil Apdhal pun berhenti di sebuah tempat makan yang terlihat ramai, mungkin karena sekarang sudah masuk waktu makan siang, jadi tempat ini terlihat sangat ramai.

Ana mengikuti langkah Apdhal di depannya yang mulai memasuki tempat makan itu kemudian duduk di salah bangku yang berada di sana.

Ana tak ingin membuat waktunya terbuang percuma, selama ia menunggu teman kakaknya itu, Ana mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya.

"Assalamu'alaikum maaf sampai menunggu lama" ucap seorang pemuda yang baru datang dengan seragam rapinya. Ana membeku mendengar suara pemuda itu, ia mencoba memberanikan diri untuk memastikan siapa pemuda itu. Dan dugaannya benar, suara pemuda itu masih sama seperti dulu, sangat menenangkan menurutnya.

"Wa'alaikumsalam Faiz, santai aja kami juga baru sampai kok" ucap Apdhal, namun pandangannya mengarah pada Ana yang terlihat masih terkejut melihat pemuda itu ada di depannya.

"Bagaimana kabarnya kak Apdhal?" Tanya Faiz ramah.

"Alhamdulillah selalu baik Iz, kamu sendiri?"

"Alhamdulillah saya juga baik Kak, bagaimana dengan kamu Husna?" Tanya Faiz sedikit canggung.

"Alhamdulillah saya juga baik kak" balas Ana tak kalah canggung.

Ana kembali mencoba memfokuskan dirinya pada laptop di depannya, namun ia tak bisa berkonsentrasi mengingat pemuda yang selama ini ia sebut dalam do'anya berada tepat di depannya.

"An nggak ada yang mau kamu sampaikan ke Faiz, kan waktu itu kamu ngomong kalau kamu kangen sama Faiz. Sekarang dia ada di depan kamu lohh, ayo ngomong langsung aja" Ana memutar matanya kesal mendengar ledekan kakaknya itu.

"Kak Apdhal jangan ngarang deh, emang kapan Ana ngomong gitu ke kakak. Kak Apdhal ngajak Ana kesini buat apa sihh? Kalau mau goda Ana mending kakak anterin Ana pulang aja, Ana lagi banyak tugas" ucap Ana dengan suara dinginnya. Apdhal tertawa lepas mendengar ucapan dingin adiknya itu, sedangkan Faiz hanya tersenyum.

"Udah ahh Ana pulang aja" ucapnya kesal sembari bersiap menutup laptopnya.

"Emang kamu mau pulang naik apa? Dompet kamu kan ketinggalan di rumah" ledek Apdhal

"Tinggal jual mobil kakak aja ke tukang barang bekas, nanti juga pasti dapet goceng, cukup lah buat naik angkot sampai ke rumah." Ujar Ana asal. Apdhal semakin tertawa lepas, Faiz pun ikut tertawa mendengar ucapan Ana itu.

"Ihh kenapa pada ketawa sihh, nggak ada yang lucu juga" ujarnya bertambah kesal.

"Udah An, jangan ngambek mulu mending kamu makan aja, kamu kan belum makan" ucap Apdhal setelah tawanya terhenti.

"Ana udah makan kok" balasnya kembali fokus pada laptop di depannya.

"Tadi pagi kan? Itu juga cuma makan roti, di suruh makan nasi goreng kamu nggak mau." Tebak Apdhal

"Tapi kan tetep aja Ana udah makan kak." Ucapnya masih terfokus pada laptopnya.

"Kamu makan siang dulu An, kasihan tubuh kamu, baik memang kalau kamu memikirkan tugas kamu, tapi kamu juga harus memikirkan kesehatan kamu" ucap Faiz yang sedari tadi hanya diam melihat perdebatan kakak beradik itu. Ia mencoba menggapai laptop Ana kemudian memutarnya hingga fokus laptop itu mengarah padanya. Ana dan Faiz memang duduk bersebrangan hingga memudahkan Faiz menggapai laptop Ana.

Ana hanya diam melihat Faiz melakukan itu. Ia berusaha membuat hatinya agar tak berharap lebih mendengar ucapan Faiz yang terkesan memberi perhatian padanya.

"Kalau Faiz yang minta baru kamu nurut, Ana Ana" keluh Apdhal. Faiz tersenyum mendengar ucapan Apdhal. Ana tak menanggapi ucapan Apdhal ia terus saja terdiam.

Tak ada suara yang terdengar diantara mereka. mereka mencoba fokus pada makanan mereka masing-masing.

---

Assalamu'alaikum semua :)
Saya membawa kelanjutan cerita ini, semoga nggak terlalu mengecewakan.

Nggak bosen nihh buat ngucapin makasih untuk semua yang berkenan membaca dan memberi suara untuk cerita ini, maaf kalau cerita ini nggak sesuai sama apa yang kalian harapkan.

@almeera10

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang