Part 6

915 51 0
                                    

"Kak Apdhal anterin Ana ke sekolah yuk!ayah kan ke luar kota kak, mau dong ya? Masa nggak mau sihh? Ahh pasti mau lahh" setiap pagi Apdhal sudah biasa mendengar ocehan adiknya itu, namun seperti biasa Apdhal tak menanggapinya, dia hanya diam dan sibuk dengan sarapannya.

"Ahh kakak ayo dong, Ana malas kalau harus naik angkot, nanti telat lagi kaya dulu" lanjutnya dengan wajah memelasnya.

"Kamu suruh Faiz jemput kamu aja An" ucap Apdhal yang berniat menggoda adiknya itu.

"Ahh kak Apdhal mah rese, jangan bawa-bawa kak Faiz dong. kan kata artikel yang Ana baca, laki-laki sama perempuan itu nggak boleh berduaan nanti yang ketiganya syetan. Emang kakak mau adiknya ini ditemenin sama syetan? Nggak kan?" Apdhal tertawa mendengar ucapan Ana.

"Iya dehh sekarang adik kakak udah kaya penceramah yah"

"Ohh iya dong Ana gitu lohh" ujarnya bangga.

"Udah kan sarapannya? ayo kakak anter sekarang aja, kakak takut telat soalnya ada jam kuliah pagi" ajak Apdhal, Ana pun mengangguk. kemudian merekapun meninggalkan rumah.

---

"Tumben kamu datang pagi An, biasanya mepet mau masuk baru dateng" ucap Diba saat melihat Ana yang baru datang.

"Aku heran deh sama kalian, nggak Layya nggak kamu sama aja bikin aku kesel. Kalian nggak senang aku berubah? Hah?" Diba tertawa melihat Ana yang terlihat sebal

"Nggak kok An, kan kita belum terbiasa aja liat Ratu ngaret udah tobat dan datang pagi banget" Goda Diba membuat Ana semakin cemberut.

"Udahh ahh jangan cemberut, kamu sok imut banget pake acara cemberut-cemberut segala" ucapan Diba mampu membuat Ana ingin melempar Diba dari lantai tujuh. Tapi sebelum membalas ucapan Diba, seorang gadis langsung duduk di samping Diba. Diba dan Ana heran melihat Layya yang terlihat murung.

Ana dan Diba diam dan terus memperhatikan Layya yang terus menunduk. Mereka tak akan bertanya, mereka akan menunggu Layya menceritakan sendiri masalahnya. Karena memang mereka bertiga tidak pernah menyembunyikan apapun dari sahabat-sahabatnya, jadi mereka yakin Layya pasti akan menceritakan masalahnya sebentar lagi

"Kak Adit juga anggota bela diri An, Dib" suara Layya terdengar parau seperti habis menangis.

"Terus kenapa kamu murung gini Layy, bukannya ini bagus? Kamu kan bisa bareng dia." Balas Diba yang terlihat heran

"Bukan itu masalahnya Dib, masalahnya Kak Alesha sama kak Adit baru aja jadian. Mungkin kalau mereka nggak jadian aku akan bersyukur karena bisa satu organisasi sama dia, tapi aku malah denger berita ini dari kak Alesha Dib. Coba kamu pikir gimana perasaan kamu saat tau ternyata orang yang kamu sayang itu ternyata pacar dari kakak sepupu kamu?" Layya tak tak mampu lagi menahan tangisnya. Tangisnya pecah saat tangan Ana mulai memeluknya.Ana dan Diba kembali diam saat mendengar tangisan Layya.

---

'Kak aku jenuh terus dikelas, Diba sama Layya udah pergi ke kantin. Kita ketemu yuk kak' Ana mengirim pesan itu kepada Arda. Ana memang merasa jenuh karena ditinggal kedua sahabatnya ke kantin. Bukannya ia tak ingin ke kantin, namun niat Ana untuk berubah sudah bulat, ia ingin memperbaiki dirinya dan salah satu bentuk perubahannya itu terbukti dengan dia belajar melaksanakan puasa sunah senin kamis.

'Iya An, kakak sekarang ada di taman, kamu kesini aja' melihat balasan Arda, Ana langsung pergi ke taman saat pertama kali mereka bertemu.

Sesampainya di taman, Ana terkejut ternyata Arda tidak sendiri. Ana termenung saat menyadari Arda sedang duduk bersama Faiz. Dan mereka terlihat sedang bercanda sambil sesekali tertawa bersama.

'Ya Allah kenapa hati ini terasa sesak sekali' bisinya dalam hati

Sebenarnya Ana berniat akan meninggalkan taman, namun panggilan dari Arda mampu membatalkan niatannya.

"Ehh An, kamu udah sampai. Sini duduk" ucap Arda sambil menepuk bangku di sebelahnya yang tadi ditempati Faiz. Memang setelah mendengar Arda memanggil Ana, Faiz langsung berdiri dan mempersilahkan tempat yang tadi di dudukinya untuk diduduki oleh Ana.

"Ehh iya kak" jawabnya kikuk. Kemudian duduk di samping Arda. Ana tersenyum sopan ke arah Faiz seolah mengucapkan terimakasih. Faiz yang mengerti arti senyuman Ana hanya mengangguk kemudian tersenyum manis ke arah Ana. Melihat Faiz tersenyum, Ana termenung beberapa saat, namun ia cepat sadar saat suara Faiz terdengar. Faiz pamit untuk meninggalkan kedua gadis itu.

'Dia tadi senyum? Senyum ke arah Aku? Ya Allah..' ucapnya girang dalam hati.

"Aduh kak maaf yah tadi Ana malah ganggu kalian" ucap Ana menyesal. Ana mencoba bersikap normal, mencoba menahan rasa sakit dalam hatinya. Sebenarnya ia masih heran mengapa ia bisa merasa hatinya sakit sekali saat melihat Arda dan Faiz bercanda seperti tadi.

"Apaan sihh An, nggak ganggu kok. tadi kakak sama kak Faiz cuma ngobrol biasa aja."

"Ehh An, kakak permisi sebentar yah, mama kakak nelpon nih" pamit Arda, setelah melihat Ana mengangguk Arda kemudian beranjak meninggalkan Ana. Namun saat dia beranjak dari bangku taman yang di dudukinya, ia tak sengaja menjatuhkan sebuah buku. Arda yang terburu-buru karena akan mengangkat telpob dari mamanya tidak menghiraukannya.

Ana mencoba mengambil buku yang jatuh tadi, buku itu jatuh dalam keadaan terbuka, dan memperlihatkan sebuah halaman. Ana tetkejut saat melihat halaman dari buku itu. Terlihat jelas Nama Faiz dan Arda tertulis rapi disana dengan gambar hati yang memisahkan nama mereka.

'Kak Arda suka sama kak Faiz? Mungkin buku itu buku diary kak Arda. Kejutan apa lagi ini Ya Allah?' Ucapnya lirih. Ia kemudian mengambil buku itu kemudian menutupnya dan di simpanlah buku itu ditempatnya.

Tak lama bel pun berbunyi,tanda istirahat telah berakhir. Ana tak langsung pergi ke kelas, ia harus pamit kepada Arda terlebih dahulu. Akhirnya Ardapun datang dengan ekspresi bersalahnya.

"Aduh Ana, maaf yah kakak tadi nelpon nya lama jdi keburu masuk deh. Padahal kamu langsung ke kelas aja An, nggak perlu nunggu kakak selesai telpon, nanti keburu ada guru loh yang masuk kelas kamu"

"Nggak kak, Ana mau pamit sama kakak dulu sebelum ke kelas. Kalau gitu Ana ke kelas sekarang yah kak Assalamu'alaikum" pamit Ana

"Iya An wa'alaikumsalam warahmatullah" balas Arda.

Anapun beranjak meninggalkan taman dan berjalan perlahan menuju kelasnya. Ana tak menyangka ia akan dikejutkan dengan kenyataan bahwa Arda juga menaruh hati kepada Faiz, seperti dirinya. Seperti dirinya? Entahlah Ana masih bingung dengan perasaannya sendiri, apakah benar ia mempunyai perasaan kepada pemuda itu, atau tidak.

---

Assalamu'alaikum semua :)
Nambah ribet nihh cerita, tapi mudah-mudahan alurnya nggak ngebosenin dan gampang ditebak yahh.

Berharap juga saran dan kritinya {}

@almeera10

SkenarioNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang