Bagian 12 - Bertemu kembali

36K 3K 344
                                    

alhamdulillah sampai part 12. untuk part selanjutnya udah bisa ditungguin notifnya. 

=======================================================

Sudah beberapa minggu berlalu dan Lilian tidak pernah melihat Fier lagi sejak laki-laki itu meninggalkan rumah sakit. Fier sudah tidak pernah antar jemput dokter Fiandra lagi, sehingga otomatis komunikasi mereka terputus seketika.

Awalnya Lilian lega. Karena kemarahan lilian pada kata-kata terakhir Fier masih teringkas dalam ingatan. Dia tidak tahu apakah dia marah kepada Fier yang berubah kurang ajar ataukah kepada dirinya sendiri yang diam-diam menikmati.

Semakin lama di pikirkan akhirnya Lilian sampai pada satu kesimpulan. Untuk melupakan dan menganggap malam itu tidak pernah ada.

"Lagi mikir apa sih?" Ali mengacak rambut Lilian yang sudah acak-acakan. Ini hari liburnya dan dia ingn menikmati hari ini dengan santai.

Lagi pula dia sedang bersama Ali. Laki-laki itu selalu bisa menerima Lilian apa adanya. Lilian tak pernah memusingkan dandanan jika didepan Ali. Dia sudah terbiasa acak-acakan didepannya. Seperti sekarang. Bangun tidur, rambut awut-awutan, belum mandi. Itu pemandangan yang selalu Ali lihat pertama kali di awal pagi.

"Pusing mikirin dokter Haykal." Lilian berbohong lagi. Rasanya dia merasa bersalah memikirkan laki-laki lain saat bersama kekasihnya ini. Lilian memeluk tubuh cungkring Ali. Ali memang kurus sekali. Walaupun makannya banyak, tapi tubuhnya terlalu kurus menurut Lilian. Dia teringat saat gossip tentang dirinya menyebar beberapa temannya mengejek Ali kurus kering. Kurang ajar!

Apa mereka tidak tahu, walaupun kerempeng begitu, tapi bahunya lebar. Lilian suka saat menyender di sana. Rasanya tenang dan nyaman sekali. Seperti sekarang.

"Sabar aja. Nggak usah ngeluh terus. Ntar malah tambah lama kerasanya. Dibawa santai."

Lilian mengangguk saja. "Udah sarapan?" tanyanya. Ali menggeleng. "Giliran aku yang masak ya?"

Saat Ali mengangguk, Lilian pun bangkit lalu berjalan menuju dapur. Perutnya juga sudah minta diisi.

Sebenarnya Lilian memang tidak pintar masak. Hanya bisa masak mi instan, telur dan masak air. Lumayan bervariasi. Dia akhirnya memutuskan memasak telur mata sapi dan memanggang roti. Cukup untuk sarapan mereka berdua. Anggap aja sarapan ala orang kaya. Sarapan ala ratu.

"Mau minum apa?" tanya Lilian.

"Teh manis aja deh." Lilian tertegun. Biasanya Ali memintanya membuatkan sirup jeruk. Kalau buat teh, bagaimana mencampurkannya nanti?

Tangan Lilian meraba laci diam-diam. Saat dilihatnya Ali sedang di sofa menonton tv, Lilian membuka laci itu hati-hati tanpa suara. Dia meringis saat derit laci terdengar. Tapi langsung bernafas lega saat melihat Ali masih melihat tv tanpa terganggu.

Lilian menggigit bibir saat mengambil tabung obat kecil dari sana. Satu senyum evil tersungging di bibirnya sambil melirik ke Ali. Entah kenapa dia seperti tokoh antagonis di sinetron yang sedang meracuni orang lain.

Tapi tenang saja, ini bukan racun. Walaupun Lilian calon dokter tapi dia tidak berani macam-macam dengannya. Kalau kalian tahu, ini cuma obat cacing!

Lilian bingung sekarang. Biasanya Ali memintanya membuat sirup jeruk. Dua kali dia tak membuat benar-benar sirup. Hanya air putih yang dicampur sirup obat cacing rasa jeruk. Dua kali Lilian melakukannya dan walaupun Ali agak curiga saat meminumnya karena tercium bau obat, tapi selalu habis hanya tersisa sedikit. Lumayan.

He (Fier)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang