Fier sedang membaca laporan penjualan saat pintu ruangannya dibuka seenaknya. Dia hanya melirik sekilas dan saat melihat yang datang adalah Donny, Fier kembali menatap laptopnya lagi.
"Ck, ck, ck. Kau benar-benar berdedikasi. Sampai-sampai sahabatmu datang tidak digubris sama sekali. Apa kau tidak merindukanku?" seru Donny dari ambang pintu.
"Jangan sekarang." kata Fier dingin. Matanya masih terfokus ke laptop di depannya. Pekerjaannya masih banyak. Dia tidak punya waktu untuk meladeni Donny.
Pengusiran terang-terangan itu membuat Donny kesal. Namun bukannya pergi, Donny justru duduk di atas meja. Memperhatikan Fier dari atas, sengaja mengganggu konsentrasi Fier. Seakan tidak terpengaruh, sahabatnya itu masih tetap tenggelam dalam kesibukan tanpa jeda. Bahkan membaca pesannya pun Fier tidak melakukannya. Padahal ponsel itu tepat ada di sampingnya.
Betapa menyebalkannya dia. Donny bahkan menyesal sudah mengkhawatirkannya.
"Kau tahu, aku berlari ke sini, meninggalkan rapat penting hanya untuk memastikan kamu masih hidup." kata Donny ketus. "Kau tidak perlu membalasnya jika tidak ingin. Tapi paling tidak, baca!"
Fier langsung mendongak. Kekesalan dari nada suara Donny tidak main-main. Sepertinya dia sudah berhasil membuat Donny marah. Kali ini Fier menyerah. Dia menutup laptopnya dan memeriksa ponsel yang tergeletak di sampingnya.
Ada 7 misscall dari Donny yang memang dia abaikan sejak tadi. Juga 14 pesan yang belum dia baca. Dia membaca pesan itu satu-satu. Benar dugaannya, tidak ada yang penting. Hanya ajakan keluar malam ini. Dan Donny sudah mengamuk di kantornya seperti istri yang menuntut perhatian.
"Kau pikir setelah kau menjebakku, aku bersedia keluar malam bersamamu lagi?" tanya Fier skeptis. Kejadian saat Donny memberikannya obat perangsang masih terekam kuat diingatan. Bersyukur dia masih bisa mengendalikan diri. Jika sampai dia kehilangan akalnya, mungkin sekarang dia sedang menghadapi masalah serius.
"Kenapa? Apa hubunganmu dengannya sedang ada masalah?" tanya Donny penasaran. Karena seharusnya Fier berterima kasih padanya. Berkat ide cemerlangnya, hubungannya dengan Lilian selangkah lebih maju. Mereka pasti semakin dekat.
Dengan santai, Donny mengambil globe kaca di meja Fier, melepas pengaitnya dan menimbang beratnya dengan tangan.
"Hubungan kami berakhir,"
Mulut Donny terbuka. Sedikit kaget dengan informasi yang Fier lemparkan. "Apa dia semarah itu?" tanya Donny merasa bersalah.
Fier menggeleng pelan. Bukan salah Donny. Hubungan mereka berakhir bukan karena kejadian malam itu. Tapi karena sudah tidak ada yang bisa dipertahankan lagi. Sejak awal Lilian memang tidak berniat bersamanya.
"Dia sudah punya kekasih." Fier akhirnya membuka masalahnya pada satu-satunya sahabat yang dia punya.
"Oh. Jadi kau meninggalkannya?"
"Tidak, dia lebih memilih kekasihnya."
Globe kaca yang di pegang Donny terjatuh, menggelinding menyeberangi ruangan lalu menghilang di kolong meja. Sedangkan Donny sendiri sudah ternganga di tempatnya. "Dia lebih memilih laki-laki lain dari pada dirimu?"
Fier mengangguk. "APA DIA BUTA?!" suara Donny menggelegar hingga Fierpun tersentak kaget dibuatnya. Dia tidak menyangka justru Donny yang terbawa emosi.
"Dia tidak buta." jawab Fier kalem.
Donny memperhatikan Fier diam-diam. Meskipun sepotong-potong, namun Donny seakan sudah bisa membayangkan bagaimana cerita Fier dengan wanita itu. Donny mencari jejak kemarahan, namun Fier terlalu tenang. Entah benar-benar tenang ataukah Fier menyembunyikan kemarahannya dengan rapi?
KAMU SEDANG MEMBACA
He (Fier)
RomanceFier ... laki-laki itu memang terlihat begitu sempurna. Tanpa cela. Ketampanannya, pembawaannya, ketenangnnya. Auranya begitu mendominasi hingga siapapun terintimidasi. Ya, laki-laki ini laki-laki paling sempurna yang pernah dia lihat. Tapi lepas d...