Satu

50.3K 1.8K 54
                                    

Ayam mulai berkokok bersautan dari titik yang berbeda, sang surya masih enggan menampakkan sinarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayam mulai berkokok bersautan dari titik yang berbeda, sang surya masih enggan menampakkan sinarnya. Awan malam masih menyelimuti angkasa. Senandung merdu nan menghangatkan sayup-sayup terdengar, lantunan ayat suci Al-Quran mulai melantun menyambut waktu Subuh. Udara dingin masih menusuk siapa saja hingga satu selimut tebal tak mampu menghangatkan siapapun yg tengah terbaring menikmati anugrah Tuhan, mengistirahatkan tubuh setelah lelah beraktivitas seharian.

Termasuk gadis bermanik hitam tajam ini. Rambut lurusnya yang panjang tergerai hingga menutupi sebagian wajah cantiknya. Ia mendengkur pelan. Tubuhnya kedinginan karena tertidur hanya berbalutkan tanktop dan hotpans. Gadis itu menarik selimut hingga ke leher dan mengeratkan pelukannya pada guling, berharap tubuhnya yang kedinginan akibat udara yang masuk lewat ventilasi udara agak menghangat.

PRANNGGG!!!

Dia membuka matanya dalam sekejap. Umpatan kasar mengutuki si pembuat keributan tak bisa dihindari. Malang, ia bangkit dari tidurnya dan melirik jam wakker di atas nakas.

"Oh shit! Ini baru jam empat pagi, tapi mereka udah ribut!" pekiknya saat melihat jarum jam. Gadis itu kembali berniat merebahkan tubuhnya, namun suara ribut di bawah semakin menjadi.

Tak henti-hentinya gadis itu melontarkan kata kasar. Setelah mengikat rambutnya asal, ia turun ke sumber keributan, masih dengan pakaian tidur minim bahannya.

Cklek!

Satu langkah keluar kamar, ia dikejutkan dengan kehadiran anak laki-laki berusia 16 tahun di depan kamarnya.

"Kak Rallyn mau kemana?" tanya anak laki-laki, suaranya serak dan parau, khas bangun tidur.

Gadis yang akrab disapa Rallyn itu diam, menatap sang adik dengan tatapan iba. Kembali mengutuki dua manusia yang membuat keributan di bawah, hingga membuat ia dan adiknya terbangun dini hari.

"Ke bawah, lo tunggu disini."

"Rivat ikut, kak." Remaja bernama Rivat itu kini sudah sepenuhnya sadar. Ia menatap kakaknya dengan serius, seakan-akan bisa mencegah kakaknya melalui tatapan.

"Gak usah! Lo tidur di kamar gue aja, bentar lagi lo harus sekolah. Gue marah kalo lo bolos sekolah," perintah Rallyn. Aura dingin menyelimuti gadis cantik ini. Begitulah dia, tak mau repot-repot menunjukkan kasih sayangnya terhadap setiap orang, cukup menjaganya dari bahaya saja. Itu sudah cukup bagi Rallyn.

Rivat terlihat seperti ingin membantah, namun ia tahu bahwa perintah kakaknya tak bisa dibantah. Rivat masuk ke dalam kamar bertuliskan 'Rallyn Risyahab' di pintunya. Ia memutuskan mengikuti perintah sang kakak.

Setelah memastikan bahwa Rivat benar-benar masuk, Rallyn akhirnya kembali meneruskan langkahnya menuju sumber keributan. Samar-samar ia mendengar isakan di tengah percakapan.

Sesampainya di ujung anak tangga, Rallyn menghentikan langkahnya dan menatap dua orang yang berusia hampir paruh baya tengah bersitegang. Pemandangan yang sudah biasa. Sangat tak asing bagi Rallyn melihat kedua orangtuanya bertengkar setiap waktu. Bahkan Rallyn sudah biasa dengan gosip yang berseliweran di kompleknya yg mengatakan bahwa keluarganya jauh dari kata harmonis. Fakta, keluarga kecil Rallyn sangat jauh dari kata harmonis. Tak ada kasih sayang, apalagi cinta. Sampai detik ini, ia selalu menyesali kenapa harus terlahir dari keluarga ini.

Bismillah [completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang