Duapuluh tiga

13.9K 917 8
                                    

Penjelasan materi tentang Integral Tentu dari Pak Dindin di depan sana sama sekali tak bisa Rallyn cerna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penjelasan materi tentang Integral Tentu dari Pak Dindin di depan sana sama sekali tak bisa Rallyn cerna. Otaknya dirasa penuh oleh seseorang yg duduk dua bangku lebih depan darinya. Dengan menatap punggungnya seperti ini pun Rallyn sudah merasa senang. Ia menyalurkan kesenangannya dengan tersenyum meski Helen-teman sebangkunya-beberapa kali menegurnya untuk fokus pada penjelasan guru killer itu. Entahlah, Rallyn rasa semua guru akan menjadi killer jika muridnya tak patuh, maka dari itu Pak Dindin tetap sama seperti guru lain di mata Rallyn.

"Woy, gak kenyang lo liatin Azzam mulu dari tadi?" tanya Helen setengah berbisik. Rallyn melirik kesal ke arah Helen.

"Sirik aja lu," balas Rallyn seraya mencebik.

"Beda ya yang lagi jatuh cinta," goda Helen diselangi kekehan.

"Haha. Sa ae lu," balas Rallyn seraya menaik turunkan alisnya. Helen hanya memutar bola mata dan kembali fokus pada pelajaran, sementara Rallyn kembali memperhatikan Azzam yg kini tengah sibuk memindahkan catatan di papan tulis ke buku catatannya.

***

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Sebenarnya bukan karena lapar Rallyn ingin buru-buru keluar kelas, tapi karena kapasitas otaknya yg sudah tak mampu lagi mencerna pelajaran. Rallyn dan Helen berjalan keluar kelas mendahului Azzam dan teman-temannya. Mereka tahu bahwa empat pemuda tampan itu pasti pergi ke mushola terlebih dahulu untuk melaksanakan sholat sunah dhuha.

Sudah sepuluh menit rasanya Rallyn dan Helen duduk di kantin, namun kehadiran Azzam dan teman-temannya belum jug-

Nah, baru saja dibicarakan akhirnya muncullah orangnya. Para kaum hawa penghuni kantin mulai tebar pesona, sementara Rallyn hanya bisa menahan tawa karena melihat usaha mereka yg bahkan sia-sia. Empat cowok itu melihat kecantikan perempuan dari hatinya, bukan wajahnya, ingin sekali Rallyn meneriakan kalimat tersebut.

Empat pemuda itu duduk di dekat stand soto ayam tak jauh dari tempat Rallyn duduk, mereka memesan kemudian mulai melahap makananya dan mengobrol.

"Samperin yuk!" ajak Helen tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Siapa?" tanya Rallyn heran seraya mendongak menatap Helen.

"Mereka," jawab Helen sambil menunjuk tempat Azzam duduk dengan dagunya.

"Ogah ah."

"Kenapa?"

"Malu."

"Cih, kayak punya malu aja lu!"

"Tau aja sih lu!"

"Ayo buruan, Rallyn."

"Gak mau, Len."

Bismillah [completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang