Dua belas

15.3K 1K 16
                                    

"Sebenernya lo mikir apa sih waktu itu, Zam?" tanya Azhar langsung pada intinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenernya lo mikir apa sih waktu itu, Zam?" tanya Azhar langsung pada intinya.

Azzam menghela napas gusar. "Gak tau," jawabnya kemudian.

"Emang sih, gue juga sebagai cowok ngerasa malu karena ngebiarin cewek berantem kayak gitu, kalau gue gak keduluan Azzam juga gue bakal ngelakuin hal yang sama," timpal Dandi tak membantu. Ia malah menambah beban Azzam sekarang.

"Gue blank waktu itu, yang gue tau gue cuma gak suka liat dia berantem, dan gua khawatir sama dia," aku Azzam.

"Jujur ya, Zam. Gue kaget waktu liat lo tiba-tiba emosi gitu," ujar Dandi lagi.

"Semenjak kenal Rallyn, lo berubah banyak, Zam," timpal Giffari tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Kenapa ya, tiap kali gue deket dia, gue selalu ngerasa sesuatu yang ngebuat gue pengen ngejaga dia, gak mau liat dia terluka, intinya gue pengen lindungin dia," jelas Azzam.

"Mungkin karena kesan pertama lo, atau kita, ketemu sama dia itu waktu dia lagi babak belur, jadi bisa jadi lo ada trauma yang ngebuat lo gak mau liat dia terluka," jawab Azhar menjelaskan.

"Bisa jadi, gue agak merinding tadi waktu liat Cindy tiba-tiba keliatan frustasi kayak gitu, apa yang di omongin Rallyn ya sampe bikin Cindy kalah telak?" Azzam hanya diam kala mendengar pertanyaan Dandi, padahal jelas sekali bahwa Azzam tau semuanya, hanya saja ia tak mau membongkar aib seseorang, apalagi Rallyn.

"Gitu-gitu juga mantan lo, Dan," sahut Giffari, sementara Dandi bergidik ngeri.

◈◈◈◈

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam ketika Rallyn baru saja menapakkan kakinya di lantai rumah. Rallyn ingin pulang dan tidur di rumah malam ini, ia ingin menemui Rivat. Saat membuka pintu, dilihatnya lampu ruang tamu yang masih menyala. Juga yang membuat Rallyn terlonjak adalah seseorang yang tengah duduk membelakangi Rallyn di ruang tamu.

"Rallyn? Kamu udah pulang?" Orang itu berbalik menghadap Rallyn, Rigo. Tahan emosimu Rallyn.

Rallyn tak menjawab, ia hanya menghampiri Ayahnya dan duduk di seberangnya. Tak biasanya jam segini Ayahnya sudah di rumah.

"Rallyn, Papa mau ngomong sama kamu," kata Rigo memulai pembicaraan.

"Hm?" gumam Rallyn acuh tak acuh.

"Tentang Cindy." Gigi Rallyn bergemelutuk menahan emosi mendengar nama Cindy disebut, tiba-tiba memar di pipinya terasa kembali. "Papa tau kamu sudah tau tentang Papa dan Cindy sekarang, dan jujur Papa gak tau kalau Cindy itu temen kamu."

"Dia bukan temen Rallyn," potong Rallyn.

"Ya terserah kamu soal itu, tapi Papa mohon sama kamu, jangan sampai kamu bocorin rahasia ini. Kamu tega mempermalukan Cindy kayak gitu?" Rallyn berdecak kesal sekaligus meremas telapak tangannya sendiri. Kadang sosok Azzam dibutuhkan sekarang, untuk menenangkan Rallyn dalam emosinya.

Bismillah [completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang