Empat

21K 1.2K 15
                                    

"Kak Azzam!" panggil seseorang nyaring di telinga Azzam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Azzam!" panggil seseorang nyaring di telinga Azzam. Azzam menoleh ke arah sumber suara. Sudah ada seorang gadis yang lebih muda 2 tahun darinya tengah tersenyum cengengesan.

"Iya?" tanya Azzam lembut.

"Kak Azzam nyanyi dong, bunda bilang bandnya gak jadi dateng malem ini. Sebagai gantinya Kak Azzam aja ya yang nanyi," pinta gadis itu. Dia adalah anak dari pemilik kafe tempat Azzam bekerja. Gadis itu bernama Raya.

"Kapan-kapan aja ya, Ray. Kak Azzam lagi banyak kerjaan ini," tolak Azzam halus. Ekspresi Raya berubah kecewa, ia mengerucutkan bibirnya kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kasir.

"Banyak kerjaan apanya, orang Kak Azzam dari tadi bengong mulu," omel gadis itu. Azzam terdiam dan baru tersadar bahwa ia melamun sejak tadi. Astagfirullah, apa yang Azzam lamunkan tadi? Ah ya! Dia melamunkan bagaimana cara ia mengembalikan ponsel milik teman sekelasnya itu, sedangkan gadis itu tak pernah masuk sekolah. Azzam takut hal itu malah menimbulkan fitnah.

"Maaf maaf. Kak Azzam cuma lagi banyak pikiran aja," jelas Azzam.

"Makanya, kak, supaya kakak gak banyak pikiran ayo kita nyanyi aja," ajak Raya sedikit memaksa.

Baru saja Azzam ingin menjawab, ia sudah segera di panggil oleh Mbak Cika—atasannya.

"Kak Azzam kesana dulu ya, Ray. Gak enak bikin Mbak Cika nunggu lama," pamit Azzam kemudian beranjak meninggalkan Raya yang mendengus kesal. Lagi-lagi ia gagal membuat Azzam menampilkan bakatnya. Raya selalu suka mendengar Azzam bernyanyi, bahkan gadis itu memang menyukai Azzam. Ia rela datang setiap malam ke kafe milik bundanya hanya untuk melihat Azzam bekerja. Tapi tentu saja Azzam tak tahu akan hal itu.

◈◈◈

"Jadi cewek itu ninggalin hpnya di kafe?" tanya Giffari memastikan. Azzam mengangguk pasti. Ini sudah memasuki jam pelajaran kedua, tapi gadis itu belum juga terlihat.

"Itu kode kali, Zam," celetuk Dandi. Azam dan dua pemuda lainnya mengernyit menatap Dandi. "Biasanya 'kan kalau cewek mau kenal sama cowok suka modus dengan ninggalin hpnya secara sengaja," jelas Dandi.

"Kebanyakan nonton sinetron lo," jawab Azzam disambut kekehan yang lain, namun tak lama yang lain kembali berpikir.

"Gue bingung deh, kenapa dia gak pernah sekolah ya?" tanya Azhar setelah diam beberapa detik. Tak ada yang menjawab, ketiganya malah mengedikkan bahu. Tak lama pintu kelas terbuka. Kelas yang tadinya ramai menjadi hening dan semua murid duduk di tempatnya. Mereka kira Mr. Budi 'lah yang masuk, bukannya guru bahasa Inggris itu sudah izin dan memberikan tugas? Tapi kenapa dia malah masuk sekarang?

Ah, betapa leganya anak-anak ketika mengetahui bahwa bukan Mr. Budi yang masuk. Melainkan seorang gadis cantik yang jarang sekali tersenyum, bahkan jarang sekali terlihat di sekolah. Rallyn Risyahab.

"Tumben lo masuk, Rall. Udahan mangkalnya?" teriak salah satu siswi di kelas. Dia Yoana, teman dekat Cindy, di mana Cindy merupakan musuh bebuyutan Rallyn.

Bismillah [completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang