Tigapuluh enam

13.1K 806 7
                                    

Waktu menunjukkan pukul 2 siang ketika Rallyn dan Ayahnya sedang menonton serial kartu Garfield di televisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul 2 siang ketika Rallyn dan Ayahnya sedang menonton serial kartu Garfield di televisi. Itu karena Rallyn tak ada kelas hari ini dan ayahnya memutuskan untuk dia benar-benar pensiun dari pekerjaannya. Rallyn memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya ketika ia mendengar suara bel rumahnya yg nyaring.

"Rallyn aja yg bukain, Pah," ijin Rallyn kemudian bangkit untuk membukakan pintu.

"Reza? Wah masuk-masuk, Za," ajak Rallyn sumringah mengajak Reza untuk masuk. Reza mengangguk kemudian mengikuti langkah Rallyn menuju ruang tamu.

"Wah ada Reza, kapan ke Jakarta, Za? Kok baru main ke sini lagi?" ujar Ayah Rallyn yg memang mengenal Reza, namun ini kali pertamanya ia benar-benar bicara pada Reza, mengingat dulu ia tidak pernah ikut campur kehidupan Rallyn.

"Halo, Om. Baru dua hari yg lalu Reza ke sini, Om tumben ada di rumah," ujar Reza yg kini duduk di sebelah Ayah Rallyn sementara Rallyn membuatkan minuman di dapur. Reza yg memang tahu kehidupan Rallyn dulu dan hubungannya yg kurang harmonis dengan sang Ayah agak bingung melihat hal ini.

"Iya nih, om udah pensiun, lagi menikmati masa tua," jawabnya diselangi kekehan. Rallyn sudah kembali dengan nampan berisi tiga gelas minuman, ia taruh minuman itu di atas meja kemudian duduk di sebelah Reza.

"Jadi, om, sebenarnya Reza ke sini mau ajak Rallyn jalan, boleh gak?" ijin Reza pada Ayah Rallyn, sementara Rallyn mengerutkan keningnya heran.

"Oh boleh boleh, asal jangan pulang terlalu malem." Reza mengembangkan senyumnya senang. Sementara ia menunggu di ruang tamu, Rallyn mengganti bajunya di kamar.

***

"Azzam," panggil seseorang, Azzam tahu siapa dia. Pemuda itu menghentikan langkahnya kemudian berbalik, menyunggingkan senyumnya mau tak mau. "Kamu gak ada kelas lagi hari ini?" tanyanya. Siapa lagi kalau bukan Riri.

"Gak ada, ada apa, Ri?"

"Em.. Temenin aku makan ya, mau gak, Zam?" pinta Riri. Azzam menimang-nimang ajakan Riri, namun pada akhirnya ia menyetujuinya.

***

"Kemana nih kita? Lagian tumbenan banget lo ngajak gue ke mall, mau belanja lo?" Reza terkekeh mendengar Rallyn yg tak habis-habisnya bicara sejak tadi.

"Udah lo diem aja. Lo berisik kalo lagi laper." Rallyn mem-pout-kan bibirnya. Reza selalu tahu apa yg ia inginkan.

Mereka sampai di salah satu tempat makan di dalam pusat perbelanjaan. Rallyn dan Reza berjalan beriringan masuk, namun tiba-tiba Rallyn menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Reza heran.

"Enggak, kita cari tempat lain aja, gue gak suka makanan di sini," bual Rallyn. Reza tak ambil pusing, hanya mengikuti ketika Rallyn mengajaknya keluar dan mencari makanan lain.

***

"Zam, abis ini temenin aku ke toko souvenir dulu ya, aku mau beli kado buat sepupu aku," pinta Riri pada Azzam. Pemuda itu hanya mengangguk meng-iyakan. "Maaf ya, Zam, ganggu waktu kamu terus, soalnya aku bingung harus minta temenin ke siapa lagi," lanjutnya. Sebenarnya Riri adalah gadis yg baik, ditambah lagi ia cantik dan pintar, juga sopan dalam hal berpakaian maupun bertingkah laku, bukan seperti gadis centil lainnya di kampus, hanya saja Riri sedikit manja.

"Gak apa, selama kamu gak minta bayarin," gurau Azzam. Riri tertawa renyah menanggapi Azzam, entah sudah berapa lama ia semakin jatuh hati pada Azzam.

***

"Rall, lo bengong mulu dari tadi, kenapa sih?" tanya Reza heran, karena semenjak mereka duduk di restoran ini sampai kini mereka tengah makan Rallyn masih saja melamun seakan memikirkan sesuatu.

"Uh? Apa? Emang gue bengong? Enggak juga," bual Rallyn. Pastilah ia melamun, karena sedari tadi ia memikirkan sesuatu, atau seseorang. Seseorang yg tadi berada di tempat makan yg ingin Rallyn kunjungi sebelumnya. Seorang pria yg sedang duduk berhadapan dan terlihat sangat akrab bersama seorang wanita. Azzam. Rallyn yakin orang itu pasti Azzam. Tapi dengan siapa dia? Apa Azzam sudah punya pacar? Rallyn tersadar, untuk apa dia peduli lagi, toh Azzam sudah bahagia.

"Tuh 'kan bengong lagi, cape deh gue dianggurin mulu," keluh Reza lagi menyadarkan Rallyn. Rallyn tersenyum kemudian meminta maaf. Mencoba mengajak Reza mengobrol dan lebih memfokuskan dirinya pada Reza. Mungkin sudah saatnya ia berpindah ke lain hati.






TBC
Dua chapter lagi menuju epilog. Insyaallah. Semoga ide gak tiba-tiba ilang dan bikin mentok, amin.
Vomments jangan lupa. Jangan sider ya ya ya ya.:))

Bismillah [completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang