Andrean tetap terjaga sementara seluruh penumpang bus sudah tertidur dengan posisi mereka masing-masing. Tentunya kecuali sang sopir dan keneknya. Andrean melirik gadis yang duduk di sampingnya. Posisi tidurnya cukup unik, dengan ukuran tubuhnya yang ramping ia bisa menekuk kedua kakinya di atas kursi dan terlelap dengan memeluk kedua kakinya.
Andrean mendesah pelan kemudian memalingkan wajahnya ke jendela bus, menatap kegelapan. Perjalanan menuju Malang dari Bandung memang memakan waktu hampir 24 jam. Namun Andrean tak bisa memejamkan matanya, kilas balik masa lalu akan diputar kerap kali ia memejamkan mata membuat detak jantungnya menjadi tak beraturan.
"Berhenti pura-pura sama gue," ucap Andrean dingin.
Senyum yang tadi menghias wajah Krisan sirna seketika. Bagai taman yang di dera badai, keruh. Dahinya berkerut mempertanyakan apa maksud sikap Andrean tersebut.
"Kenapa, Dre?"
"Jangan lagi menganggap gue suka sama lo," ucap Andrean sambil menatap tepat ke manik hitam Krisan. "Karena gue udah berhenti dan gue nggak mungkin suka sama cewek seperti lo. Lebih baik kita jauhan aja."
Andrean memalingkan wajahnya kemudian melangkah jauh meninggalkan Krisan.
"AWW!"
Benturan yang dirasakan oleh Andrean di dahinya membuatnya membuka mata dan memegang dahinya. Pandangan beralih pada Krisan yang juga tengah mengusap dahinya. Pekikkan tadi jelas berasal dari Krisan.
Jadi barusan gue tidur?
Jalan yang tidak beraturan membuat bus bergoncang dan berujung pada benturan antara pelipis Andrean dan Krisan.
"Sorry, sakit?"
"Nggak apa-apa."
"Tadi gue ketiduran, sorry-sorry."
"Lo memang harus tidur."
Andrean terdiam menatap Krisan yang kini sudah menutup matanya lagi. Dia ingin mengucapkan banyak hal atau sekedar berbicara dengan gadis itu. Namun rupanya Krisan telah membangun tembok yang begitu tinggi. Hingga Andrean tak mampu melihat jauh, sedalam apa gadis itu membenci dirinya.
Setelah kejadian tersebut, Andrean tidak bisa terlelap lagi. Ia hanya terdiam dan memandang kegelapan di luar, sesekali ia menoleh ke arah Krisan. Namun gadis itu sudah kembali terlelap. Andrean memeriksa ponselnya namun batrenya habis karena sudah ia gunakan seharian.
Aneh. Padahal sudah setahun berlalu, Andrean tidak menyangka hari ini akan datang dan mengingatkannya kembali. Andrean pikir malam itu setelah meninggalkan Krisan, ia akan merasa hidupnya menjadi lebih tenang. Ternyata ia keliru, ia memang mengibarkan bendera permusuhan dengan Krisan, terkadang perasaan bersalah menggerogotinya bahkan malam ini kembali menghantuinya.
Raut wajah Krisan hari itu menjadi pengingat di setiap malam Andrean. Gadis itu bahkan ketakutan ketika melihat wajahnya tadi. Harusnya Krisan lari atau menolak ketika Pak Andi menyarankannya duduk di sebelah Andrean. Namun melimpahkan kesalahan pada Pak Andi pun tidak membuat perasaan Andrean menjadi lebih baik.
Delapan bus pariwisata yang membawa anak kelas duabelas SMA Jaya Persada tiba di Museum Angkut Malang pada pukul 10.32 pagi. Semua murid berlomba-lomba turun dari bus. Termasuk Andrean, ia ingin segera merenggangkan tubuhnya. Ia menunggu gadis di sampingnya turun, baru ia akan turun.
Gadis itu pun tampak ingin segera keluar dari zona canggung yang terbentuk di antara mereka. Andrean bisa melihat seorang gadis melompat-lompat di luar bus sambil melambaikan tangannya pada Krisan. Pasti itu temannya Krisan.
Sebetulnya, Andrean tak pernah benar-benar mengenal Krisan. Keduanya tidak pernah sekelas dan hanya dipertemukan di tempat les. Gadis itu unik dan dengan cara yang luar biasa telah membuat Andrean tertarik.
Mungkin Andrean sudah berhenti berharap, mengubur dalam-dalam rencananya, dan menggantinya dengan topeng lain. Ia pernah membenci Krisan, sangat benci. Namun yang mereka katakan tentang benci dan cinta hanya dipisahkan oleh tembok tipis itu benar adanya.
Ketika Andrean memutuskan untuk membenci Krisan, bayang-bayang tentang Krisan semakin memenuhi kepalanya dan menyesakkan rongga dadanya. Kebencian mengikatnya semakin erat pada Krisan. Sejak saat itu Andrean menyerah untuk terus marah pada Krisan karena dia harus melepaskan gadis itu dari hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crawling Back
FanfictionAndrean memang sudah cinta mati pada Krisan. Mau mengelak bagaimana pun juga Andrean masih akan terus mengharapkan Krisan. Krisan bisa mematahkan hatinya berulang kali. Dan ketika hatinya sembuh, ia akan kembali untuk Krisan.