CRAWLING BACK: Bagian 7

37 10 1
                                    

"Siapa Tara?"

"Kembaran gue."

Radit menatap Krisan tanpa berkedip mencari pembuktian dari perkataan gadis itu.

"Ini seriusan?" tanya Radit.

Krisan mengangguk pelan kemudian memalingkan wajahnya menatap Rianza dan Jovan yang masih asyik bermain Go Kart.

"Kok bisa? Gue nggak tau lo punya kembaran," tanya Radit lagi.

"Karena kita memang beda sekolah sama Tara, sementara Andrean satu tempat les sama Tara."

"Tunggu. Jangan bilang—"

"Iya, Andrean mengira gue adalah Tara," potong Krisan sebelum Radit menyelesaikan kalimatnya.

Mata Radit terbelalak, mulutnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu namun dia masih menolak untuk percaya.

"Wah, ini sih lo gila!" ucap Radit pada akhirnya. "Terus kenapa lo nggak bawa si 'Tara' ini ke depan Andrean terus bilang 'Nih orang yang PHP-in lo.'"

Krisan tersenyum mendengar betapa canggungnya Radit menyebutkan nama Tara. Namun Krisan menggeleng sebagai jawaban, "Nggak bisa."

"Kenapa?" tanya Radit tak terima.

"Kemungkinan besar, gue malah buat Andrean patah hati lagi."

Radit tidak mengerti maksud Krisan, yang ia tangkap adalah sorot kesedihan di mata Krisan.

"Lo atau Andrean yang bakal patah hati?"

Radit dan segala ke-sok-tahuannya mencoba menebak pikiran Krisan. Krisan menatap Radit dengan raut wajah tak terbaca.

"Lo juga suka 'kan sama Andrean?" tebak Radit.

Krisan diam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya tidak ingin mengaku ataupun menjawab.

"Ngomongin apaan sih lo berdua? Serius amat." Jovan muncul diikuti Rianza yang berjalan di belakangnya.

"Eh, cobain Rumah Kaca, yuk!" ajak Rianza.

"Ayo!" sahut Jovan semangat.

"Ah elah! Lagi banyak duit ya lo!?" timpal Radit sambil merangkul pundak Jovan.

"Ayo, Kris!" ucap Rianza sambil menarik Krisan untuk menyusul Jovan dan Radit.

Krisan menghembuskan napasnya lega karena terbebas dari pertanyaan Radit barusan.

Semua murid SMA Jaya Persada berkumpul di lobby hotel karena pagi ini mereka akan pulang ke Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua murid SMA Jaya Persada berkumpul di lobby hotel karena pagi ini mereka akan pulang ke Bandung. Tak terkecuali Radit, Andrean, dan Jovan yang baru saja menikmati sarapan mereka. Radit menangkap sosok Krisan yang tengah berbincang dengan Rianza, hal tersebut mengingatkannya pada percakapan mereka kemarin malam.

Masih ada banyak hal yang ingin Radit tanyakan. Terutama mengapa Krisan menyimpan sosok Tara sebenarnya dari Andrean. Apa Krisan benar-benar menyukai Andrean hingga ia tidak ingin Andrean tahu kalau perempuan yang selama ini disukainya adalah kembarannya sendiri?

Radit bisa saja mengatakan semuanya pada Andrean, namun bukti apa yang bisa ia tunjukkan. Radit saja masih gamang antara percaya dan tidak pada Krisan.

"DIT!" pekik Jovan. "Ngeliatin apa sih?"

Radit menoleh sekali lagi pada Krisan dengan tatapan kesal sekaligus penasaran.

"Ngeliatin Krisan?" Tebakan Jovan tersebut membuat emosi Andrean berubah. Andrean ikut menatap Radit tajam seolah meminta penjelasan.

"Dre, lo beneran suka sama Krisan?" tanya Radit penasaran apakah Andrean benar-benar tidak tahu kalau Krisan punya kembaran.

Dahi Andrean berkerut, tidak menyangka pertanyaan seperti itu akan terlontar dari mulut sahabatnya sendiri. Andrean tidak mengerti mengapa Krisan dan Radit sama-sama meragukan perasaannya. Tanpa jawaban, Andrean meninggalkan teman-temannya.

"Lo gila, ya!? Jelaslah dia beneran suka, lo kira dia jomblo selama ini karena apa? Atau jangan-jangan lo ada rasa ya sama Krisan?"

"Apa sih lo!? Ya enggalah!" bantah Radit.

"Kalaupun lo suka, lupain perasaan lo. Jangan sampai temen makan temen."

"Udah gue bilang gue nggak suka!" pekik Radit kesal.

Radit melihat Andrean langsung memasuki busnya dan sepertinya laki-laki itu kesal dengan pertanyaannya.

Radit melihat Andrean langsung memasuki busnya dan sepertinya laki-laki itu kesal dengan pertanyaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andrean pikir, duduk di bus dapat menenangkan perasaannya sejenak. Sampai anak-anak sekolahnya mulai memasuki bus, termasuk Krisan. Andrean benar-benar lupa dengan fakta bahwa ia duduk dengan Krisan. Kini rencananya berubah untuk mendiamkan Krisan selama mungkin. Gadis itu harus tahu kalau ia sungguh-sungguh marah dan terluka dengan perlakuannya kemarin.

Krisan juga menyadari kalau Andrean sedang marah padanya. Aura yang dihasilkan oleh laki-laki itu benar-benar membuatnya tidak nyaman. Ia baru merasa bebas saat mereka berpisah di rest area untuk makan siang. Setidaknya perasaan Krisan sedikit terkendali ketika ia tidak berada di sekitar Andrean.

Radit menghampirinya ketika Krisan sedang mencuci tangannya sesudah makan. Laki-laki itu juga berniat untuk mencuci tangannya. Namun yang tidak diduga adalah Radit membisikkan sesuatu pada Krisan.

"Lo harus bebasin Andrean dari perasaannya. Lo nggak bisa biarin dia tersesat sama pemahamannya sendiri. Atau lo akan jadi orang jahat selamanya. Andrean nggak pernah baik-baik aja gara-gara lo dan kembaran lo."

Gara-gara lo dan kembaran lo.

Kalimat tersebut terus mengganggu Krisan dan mulai membujuk pikirannya sendiri. Apakah ia harus mengakui semuanya pada Andrean?

Crawling BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang