Berpisah(?)

446 11 4
                                    

Pukul 20.00 Senja telah berada dirumahnya, rumah besar tersebut terlihat sangat sepi bila dilihat dari luar.

Senja yang benar benar capek karena banyaknya masalah pada hari ini langsung menuju kekamarnya, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Aldo yang tertidur di sofa dengan televisi yang masih menyala.

Senja pun berganti arah menuju sofa, dia pun berjongkok dan wajahnya tepat didepan muka. Ia memerhatikan setiap detail dari muka Aldo, lalu tiba tiba saja jari telunjuknya mulai bermain main diwajah Aldo.

"Andai aja semuanya nggak sesulit ini Do, andai aja jujur ke kamu itu gampang"gumam Senja sambil terus meneliti wajah tampan Aldo.

Setelah puas memandangi Aldo, Senja segera naik kelantai dua, tepatnya kamarnya untuk beristirahat.

Di lain tempat, tepatnya di sofa. Aldo yang sebenarnya sudah terbangun ketika Senja membuka pintu, merasa bingung dengan apa yang digumamkan Senja.

Jujur? Memangnya kebohongan apa lagi yang Senja perbuat?, pikir Aldo.

Memikirkannya saja membuat Aldo kembali mengantuk hingga akhirnya ia berjalan menuju kamarnya untuk kembali tidur.

*****

Pagi ini sinar matahari tertutup oleh awan, menyebabkan langit mendung. Tak lama tetes tetes air hujan mulai turun ke bumi. Membasahi tumbuhan, jalanan dan juga membuat orang orang malas untuk bangun, ditambah lagi hari ini adalah hari minggu.

Lain halnya dengan Senja yang sudah bangun dan menikmati pemandangan hujan di pagi hari di balik jendela besar kamarnya.

Hujan, adalah salah satu kesukaan Senja dari kecil. Dulu ia sangat sering bermain hujan bersama ayahnya, lalu ketika tubuhnya mulai menggigil ayahnya dengan sigap segera membawa Senja kedalam rumah dan langsung disuguhi oleh coklat panas buatan ibunya.

Kalau boleh memilih ia, sangat ingin kembali ke masa kecilnya yang ceria. Yang bebas melakukan apapun, yang bebas tertawa dan tersenyum.

Sekarang untuk tersenyum saja susah kecuali dengan omnya. Senja terbawa dalam lamunannya, sampai akhirnya pintu kamarnya diketuk.

"Masuk aja bi"jawab Senja.

Lalu tanpa disangka bukan sosok perempuan paruh baya yang muncul, akan tetapi sosok pria yang menjulang tinggi dengan tatapan tajam yang muncul.

"A..aldo?"pekik Senja.

"Kita harus bicara Senja"kata Aldo to the point.

"Ba.. baiklah, silahkan duduk"kata Senja mempersilahkan Aldo duduk di sofa di dekat jendela.

Aldo pun duduk yang langsung diikuti Senja disampingnya.

'Ini kesempatan bagus untuk jujur Senja' batin Senja.

"Ada apa,Aldo?"

"Benarkah kamu akan meninggalkan aku?"tanya Aldo dengan suara parau.

Senja yang kaget tidak berkutik sama sekali.

'Darimana Aldo tau?' batin Senja.

"JAWAB SENJA!?"bentak Aldo yang membuat Senja berjengit.

"A..aku.. itu--"

"Bicara yang jelas Senja!Jangan seperti orang gagap!!"bentak Aldo lagi.

Senja pun menangis, gara gara bentakan Aldo yang membuat hatinya sakit. Kenapa? Kenapa Aldo selalu salah faham dan tidak membiarkan dia meluruskan?

"AHKKKKK, terserah Senja. Kalau kamu emang mau tinggalin aku. Silahkan!! Mulai sekarang kita cerai!!"teriak Aldo tegas, lalu berlalu dan membanting pintu kamar Senja.

Senja menangis histeris, tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Bagaimana mungkin Aldo tau penawaran tersebut. Lalu nama Bima tiba tiba saja terlintas di pikirannya. Ya, pasti Bima yang memberi tau Aldo. Tapi kapan?

*****

Aldo yang frustasi masuk kekamarnya dan langsung mengunci pintu. Sungguh ia tak percaya apa yang terjadi. Dia benar benar kaget ketika semalam Bima menelpon ketika ia hendak tidur.

Flashback

Aldo yang baru ingin terlelap lagi tiba tiba saja terbangun gara gara dering handphone menganggunya. Dilihat nama Bima tertera. Dengan malas sekaligus was was Aldo mengangkat telepon tersebut.

"Hallo?"sapa Aldo.

"Hallo Adikku sayang, apa kabar hah?"

"Mau apa kamu mas?"

"Oh oh oh, sabar dulu bro. Calm down. Aku cuma mau minta tolong bilangin ke Senja bahwa pesawat untuk ke Londonnya akan berangkat lusa jam 8 pagi. Tolong ya bro kasih tau Senja, soalnya aku telpon telpon nggak diangkat."

"Lo..london? Mau apa Senja kesana?"tanya Aldo, tetapi lebih kedirinya sendiri.

"Loh, Senja belum bilang? Duh duh duh tuh cewek, oke. Gini do, Senja tuh mau ikut aku tinggal di London."

"APA?!"pekik Aldo.

"Duh duh duh budeg nih Do, udah dulu ya Do jangan lupa sampein ke Senja."

Lalu sambungan pun terputus. Emosi Aldo sudah sampe pada batasnya, tetapi di dalam hatinya juga terdapat kesedihan yang mendalam mendengar berita tersebut.

Ingin rasanya ia menanyakan kebenarannya kepada Senja sekarang akan tetapi, bila sekarang pasti Senja sudah tidur. Dia tetap tidak tega untuk membangunkannya.

Akhirnya dengan terpaksa ia menunggu esok sambil menenangkan diri dengan berusaha tidur. Tetapi hasilnya nihil, hingga tengah malam ia masih terjaga.

Flasback off






Tbc..

Duhh Aldo, udah dikhianatin masih nggak tegaan aja. Jadi pengen punya suami kayak Aldo. Hihihi^-^

Part ini dikhususkan bagi pembaca setia My coldest wife dari part 1.

Thanks banget buat kalian, ninetrack jadi terharu huhuhu:"")

-Ninetrack



My Coldest WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang