Tiga

249 26 12
                                    

Warning!!! Typo bertebaran. Part ini masih baru perkenalan ya.
Happy reading.. ^^

°•°•°Mars pov °•°•°

Seseorang tolong siram aku dengan air dingin!!

Aku bersumpah indra pendengaranku tak pernah salah dengar separah itu. Aku mendengar Venus mengatakan mencintaiku? Tapi sejak kapan?

Mungkinkah ini hanya halusinasiku?
Tapi masa iya sih?

Bukankah Venus dengan si kutu kupret itu? Siapa namanya? Leo-leo itu lah pokoknya.

Haha, lo bego banget sih Mars. Udah jelas tadi Venus ngigau. Dia gak sadar apa yang dia ucapin. Jangan anggap Venus serius, Mars.

Semoga mimpiku saat itu tak menjadi kenyataan. Ya, semoga saja.

Mimpi bahwa aku dan Venus tak bersama lagi. Ia menjauh dan hilang dibalik kabut yang tebal. Tapi hei, itu hanya mimpi kan?

Awalnya kukira kami akan berpisah karena beda perguruan tinggi, dan tentu saja, komunikasi via sosial media takkan bertahan lama. Tapi tidak. Buktinya kami satu sekolah lagi. Dan alasan untuk kami saling menjauh semakin sedikit.

Jujur saja, aku masih tidak bisa berpikir bagaimana jadinya jika aku tak bertemu Venus saat itu. Saat ku sedang dalam keadaan sangat tidak baik, setelah perginya Marissa ke LA.

Kehadiran Venus sedikit mengurangi bebanku tentang Marissa. Venus seperti adikku yang menghiburku. Atau ia memang cocok menjadi adikku? Umur kami berbeda 2 tahun.

Jangan kira aku tidak lulus 2 tahun, sehingga aku dan Venus satu angkatan seperti ini. Tapi Venus yang mungkin kelewat cerdas. Ia mengikuti akselerasi saat SMP dan SMA.

Skip. Lupakan tentang kecerdasan Venus yang sangat menyindirku.

Besok malam, maksudku nanti malam aku akan menyiapkan kejutan untuknya. Bukan tanpa alasan aku memberinya kejutan. Tapi hari ini adalah hari dimana aku bertemu dengannya. 12 Desember. Bukan saat disekolah tentu saja. Aku telah melihatnya jauh hari sebelum ia menabrakku di koridor. Saat di cafe Alaska.

*Flashback on*

"Permisi.." Aku mendongakkan kepalaku dan melihat seorang gadis berdiri didepanku sambil menujukkan senyumnya. "Ya, ada apa?"

"Ehngg, sebenarnya saya hanya ingin mengambil clutch saya," ucapnya sambil tersenyum malu. "Dimana?" saat aku duduk disini aku tak melihat sebuah clutch di meja maupun kursi.

"Eh, anu itu.." ucapannya terhenti saat seorang gadis meneriakkan namanya sambil berjalan cepat kearah kami.

"ARINAAA!! LO NGAMBIL TAS AJA LAMANYA SEABAD! GILA!" Gadis itu langsung melongok ke bawah mejaku dan mengambil clutch berwarna biru langit.

Mars And VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang