Sebelas

204 14 4
                                    

Warning!!! Typo bertebaran.
Happy reading.. ^^

°•°•°Mars pov°•°•°

"AAAAAAA..!!!" aku merasakan tubuhku jatuh dan kepalaku sukses mencium lantai marmer yang dingin. Aku mengusap-usap bagian kepalaku yang terasa berdenyut. Aku mengerjapkan mataku, berusaha beradaptasi dengan cahaya di ruangan ini.

"Kenapa sih, Nus? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja," gerutuku.

"Kenapa gue ada di-- LO! PAKE BAJU LO! PAKEE!!" aku menutup kedua telingaku.

"Sumpah ya, Nus. Baru kali ini aku liat ada orang bangun tidur, iler masih basah, ketek masih ada, tapi udah teriak-teriak kaya monyet." aku menyambar kausku yang menggantung dan langsung memakainya.

"Lagian kenapa sih? Aku biasanya renang juga shirtless, malah kemarin aku tidur juga shirtless kamu biasa-biasa aja tuh. Kenapa sekarang kamu histeris kaya habis liat Zayn Malik shirtless?" gerutuku kesal. Venus hanya terdiam menatapku datar. Ia masih bingung.

"Apa lagi?" ia menggelengkan kepalanya sambil menatap sekelilingnya.

"Kok gue disini?" tanyanya menaikkan salah satu alisnya. Aku menghembuskan nafasku

"Semalem kamu ketiduran di mobil. Aku minta kunci kamar kamu ke resepsionis katanya gak bisa. Jadi ya udah, daripada kamu aku geletakin depan kamar kamu, mending aku bawa kesini," ujarku duduk disampingnya.

"Lo bego apa gimana sih, Mars?"ujarnya memajukan bibirnya. Aku hanya menaikkan alisku bingung. Emang dia mau ditaruh depan kamar?

"Lo kenapa ga minta kunci kamar gue ke papa sama mama?" ujarnya kesal. "Lo kenapa ga bangunin gue aja sih? Kalo gue bangun kan gue bisa ambil kunci di tas," gerutunya.

"Aku semalem udah panggil² nama om sama tante depan kamar mereka sambil gendong kamu, berat tau. Mereka ga bukain pintu. Boro-boro bukain pintu, nyautin aja engga. Kayaknya belum pulang," jelasku.

"Lagian punya tas pake kode-kode segala. Clutch seuprit aja isinya apa sih sampe dikunci kaya gitu," cibirku. Bukan apa-apa, tapi biasanya Venus tidak seperti ini. Dia tidak membawa tas saat pergi, kalaupun bawa, itu hanya tas selempang kecil yang isinya charger, powerbank, earphone, dompet, dan ponsel.

Ia menghembuskan nafasnya panjang, sedetik kemudian ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan ini berkali-kali. Aku mengerutkan dahiku, dia ngapain?

"Kulkas lo dimana?" tanyanya sambil turun dari ranjang dan berjalan ke arah dapur.

"Di deket toilet, nyelip di wastafel. Kecil kok kulkasnya."

"Ada ice cream gak?" tanyanya menyembulkan kepalanya dari balik dinding dapur. Aku menggeleng menjawabnya. Ia mendengus kesal.

"Cepet mandi, kita beli ice cream dibawah sekarang," ucapku sedikit berteriak. Tidak ada jawaban. Mungkin dia mandi? Entahlah.

Aku meraih ponselku yang tergeletak tak berdaya di atas nakas. Maksudku tak berdaya dalam artian sebenarnya. Baterainya habis dan aku lupa tidak mengisinya semalam.

Bunyi desisan tiba-tiba masuk ke telingaku. Aku mengangkat kakiku, meletakkannya diatas ranjang takut kalau nantinya ada sesuatu yang datang ke arahku.

Satu detik.

Tiga detik.

Lima detik.

Tidak terjadi apa-apa.

Aku memberanikan diri melihat kebawah kolong tempat tidurku. Berharap-harap cemas tidak menemukan apapun. Aku menunduk, melongokkan kepalaku agar bisa melihat kolong tempat tidurku. Mengedarkan pandanganku, namun nihil. Tidak ada apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mars And VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang