3 hari baru

57 0 0
                                    

"KAMU SERIUS RI?"

"i-iya hehe.."

"ko 'hehe' sih..?"

Aku hanya meringis tertahan mendengar pertanyaan dari lina, reaksi nya sudah kuduga sejak awal, sebenarnya aku juga tak ingin nenceritakan ini semua pada nya, tapi berhubung lina merupakan sahabat ku satu-satunya, dengan berat hati aku akan menceritakan pada nya.

"rikka... Kamu sendiri gimana?" tanya nya sambil mengusap pundakku lembut.

"hah? A-aku?...aku ngga apa-apa ko lin, lagipula kan dia anak nya sahabat papa, jadi kayak nya kita udah kenal sejak kecil deh" jawab ku ragu.

"ko 'deh' sih? Kamu tuh gimana sih ri? Dari tadi ko jawaban mu ga tentu mulu?" hardik lina, sambil membetulkan letak kacamata nya dengan jari telunjuknya, saat dia sudah mulai membetulkan kacamata nya sepeeti itu, itu tanda nya dia sudah mulai serius.

Aku yang tidak tahu harus bagaimana hanya bisa menundukkan kepalaku dalam-dalam.

"ha-habis nya aku ga tau harus apa, aku sayang banget sama oma lin" jawab ku lesu.

"rikka aku tau kamu sayang banget sama oma, tapi kalo misalkan keinginan nya menghambat masa depan kamu, kenapa kamu ga protes aja?" aku hanya menggeleng pelan pasrah, jika saja aku protes memang nya semua ini akan berubah? Entah tapi gara-gara kecelakaan itu aku jadi kehilangan sebagian memoriku, dan seringkali potongan ingatan-ingatan kecil itu muncul secara acak di kepalaku, rasanya pun seperti bom yang meledak dikepalaku, sakit sekali, dan untuk sekarang aku ingin mencari potongan memori dari sini, mulai sekarang.

"ya udah deh terserah kamu ri, yang penting pesan ku ya ri, jangan terlalu memaksakan apapun seenak nya, karena kadang yang kita pilih dan menurut kita baik itu tidak selalu berjalan mulus, kadang kamu juga harus merasakan sakit dulu sebelum mendapatkan apa yang kamu ingin, jadi kalo misalkan kamu perlu bantuan, aku selalu ada buat kamu ko ri" jelas lina, aku hanya tersenyum kecio pada nya mengiyakan ucapan nya, aku benar-benar sangat beruntung memiliki teman seperti nya, aku memeluk nya erat untuk mengucapkan salam perpisahan ku padanya, karena mulai besok nanti aku sudah harus mulai bersiap untuk kesiapan ku ke jepang nanti.

"jaga diri baik-baik disana ya ri"

"iya lina, ya udah yu anter aku beli bapau sama air mineral buat raka, dia masuk grand final sekarang"

"iya ayo-"

"KA RIKKA!" suara raka membuat ku dan lina karena tiba-tiba datang dari balik pintu yang iya gebrak dengan keras, nafas nya yang pendek-pendek dan keringat yang terlihat sangat banyak membanjiri kaos merah tanpa lengan bernomorkan kosong satu itu.

"raka? Kenapa disini?" tanyaku heran melihatnya yang kehabisan nafas dihadapan ku.

"kaka ngga cek hp?"

"hp? Emang nya kenapa? Astaga!!" apa ini 25 panggilan tak terjawab dari oma dan 12 panggilan tak terjawab dari nomor tak di kenal, ah ada 7 pesan juga.

"rikka kamu masih disekolah? Pulang nya masih lama"

"rikka oma sebelum nya minta maaf, tapi seperti nya keberangkatan mu dimajukan jadi besok pagi"

"sebenar nya oma juga kaget, tapi karena pekerjaan paman yato yang menumpuk, jadi dia harus berangkat besok pagi"

"rikka kamu dimana sayang?"

"rikka..."

"oma menyuruh shigure untuk menjemputmu, jadi kau segera bersiap ya, maaf jiga mendadak sekali rikka, tapi kau tenang saja kalau urusan sekolah semua nya sudah oma siapkan disana" dan begitu lah pesan oma berulang kali sebelum aku membaca pesan terakhir dari nomor yang tak dikenal.

WasurerarenaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang