5. Pertandingan

13.7K 1K 1
                                    

"Jadi gimana gimana? kok lo bisa... kak Aldi, kak Iqbaal.. aduh gimana ya gue nanya nya," Salsha menggaruk tengkuknya. Ia jadi bingung sendiri harus menanyakan yang mana terlebih dulu.

Wirda menggeleng-gelengkan kepalanya. Wirda juga sama seperti Salsha, ingin tau apa yang terjadi kemarin. Namun jika di bandingkan, Salsha adalah kepo versi rusuh dan Wirda adalah kepo versi kalemnya. "Jadi sebenernya gimana kamu bisa di bilang makasih sama kak Aldi dan kak.."

"Iqbaal," sambung (Namakamu) yang mengerti akan kebingungan Wirda. Wajar saja Wirda tidak tau, karena seminggu kemarin ia absen untuk urusan nya di luar negeri.

Wirda mengangguk.

"Ya sabtu kemarin gue sama kak Aldi ngegym. Di gym malah ketemu kak Iqba--"

"KOK BISA?! kak Iqbaal ngegym? dia kan anak rohis! gak salah lo? pasti mata lo siwer deh." potong Salsha panjang lebar.

(Namakamu) menatap Salsha dengan ekspresi datar. "Makanya jangan potong dulu kalo gue lagi ngomong," ucap (namakamu) malas.

"Sals dengerin (namakamu) dulu." ucap Wirda lembut.

Salsha hanya menunjukan jejeran giginya dengan ekspresi tanpa dosa. "Sorry sorry, lanjutin." ucap Salsha.

(Namakamu) mengambil nafas lalu mulai melanjutkan ceritanya. "Kak Iqbaal ngajak gue makan, jadi gue lupa deh sama kak Aldi. Dan sampe sekarang gue gak enak banget, makanya tadi gue minta maaf.Tamat." (Namakamu) menutup ceritanya.

"Apa banget pake tamat. Eh tapi soal kak Iqbaal.."

'Tett...'

(Namakamu) tersenyum lega karena bell telah menyelamatkannya. Dengan cepat (Namakamu) menggandeng lengan Salsha lalu berpamitan pada Wirda. Karena memang kelas mereka berbeda. (Namakamu) dan Salsha berada di kelas X MIA 2 sedangkan Wirda berada di kelas X MIA 1. "Kita duluan ya Wir!" pamit (Namakamu) yang di angguki oleh Wirda.

****

Ada 3 kategori barisan di dalem kelas. Yang pertama, barisan paling depan. Biasanya di isi oleh anak-anak pintar, rajin angkat tangan, dan rajin bantu guru. Yang kedua, barisan ke dua dan ke tiga. Di isi oleh anak yang males tapi terpaksa fokus walau posisi mereka agak aman dari jangkauan guru. Dan yang terakhir, barisan ke empat. Barisan ini yang paling pas buat anak kayak (Namakamu) dan Salsha. Biasanya barisan ke empat di isi sama anak yang tak tersentuh oleh guru. Anak yang males, tidur pas guru nerangin, ngobrol, browsing, denger lagu dan tempat ini paling strategis buat orang yang simbiosis mutualisme pas ulangan (re; nyontek).

Dan kini terbukti. (Namakamu) dan Salsha yang duduk di belakang, lebih milih buat searching foto-foto terbaru cowok shirtless.

"Oemji Justin! damn, he's hot!" Salsha berteriak kecil seraya mengipas-ngipasi sekitar lehernya.

(Namakamu) melirik Salsha. "Jangan terlalu keras suaranya!" peringat (Namakamu).

"Oh my f*ckin' god! gila ini Shawn Mendes leh ugha." Salsha kembali berteriak kecil.

"Sha kan udah gue bilang pelan pelan!" (Namakamu) memelototi Salsha.

"Apanya yang pelan-pelan (Namakamu)?"

(Namakamu) membelalakan matanya ketika melihat seisi kelas tengah memperhatikannya. Oh astaga! Apa tadi suaranya terlalu keras?

(Namakamu) menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Enggak kok bu.." jawab (Namakamu).

"Coba jelaskan soal di depan!" perintah suara melengking milik guru matematika killer di depannya.

'Glek'

ABSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang