7. Sisi Lain

13.2K 1.1K 7
                                    

from : your future husband

soal permintaan. gue mau lo jadi pacar gue. dan gue gak nerima penolakan;)

Ini... serius kan?

(Namakamu) tersenyum. Dengan cepat jarinya mengetikan balasan untuk Iqbaal.

for : your future husband

siapa yang mau nolak?

"It's the best day ever in my life"

****

06.55

Gawat! (Namakamu) harus segera buru-buru karena hari ini ia akan berangkat menggunakan angkutan umum. Apalagi jarak dari rumahnya ke sekolah membutuhkan waktu 30 menit jika menggunakan angkutan umum, sedangkan jam 07.15 saja gerbang sudah di tutup.

(Namakamu) segera memakai tasnya lalu bergegas bangkit untuk pergi.

'Tap tap tap'

"Kamu baru turun?" suara Ibunya menyambut ketika ia sampai di bawah.

Di meja makan terdapat Ibunya dan Bily yang sedang sarapan. Pasti ayahnya telah berangkat terlebih dahulu. "Bu, aku langsung berangkat yah. Udah telat." (Namakamu) menyalimi tangan Ibunya lalu Bily.

"Nih bawa rotinya, makan di jalan." Ibunya memberikan dua buah roti yang telah dilapisi selai cokelat.

Kening (Namakamu) berkerut. "Kok dua?" tanya (Namakamu) bingung.

"Satu nya lagi buat pacar kamu di luar, kasian dia nunggu dari tadi. Udah ibu suruh masuk tapi gak mau." jelas Ibunya dengan rinci.

'uhuk'

Bily sengaja batuk. "Cie punya pacar cie.." ledek Bily.

(Namakamu) semakin bingung. Siapa? tidak mungkin kan kalau...

"Kita udah telat."

(Namakamu) menengok ke arah pintu. Di dapatinya Iqbaal yang tengah bersender. Dan bukannya segera menghampiri, (Namakamu) malah diam dengan mulut yang sedikit terbuka.

Iqbaal mendengus geli. Dengan cepat Iqbaal menghampiri (Namakamu) lalu menggandeng lengannya. "Saya pergi dulu tante, bang.." Iqbaal mencium lengan Ibu (Namakamu) dan Bily secara bergantian lalu menarik (Namakamu) pergi.

"Sejak kapan kak Iqbaal nungguin?" tanya (Namakamu) seraya berjalan cepat, agar bisa sejajar dengan Iqbaal.

Iqbaal melepaskan genggaman tangan (Namakamu) lalu menaiki motornya. "Yakin lo mau tau?" tanya Iqbaal yang malah membuat (Namakamu) semakin penasaran.

(Namakamu) mengangguk dengan cepat.

"Sejak lo bangun terus teriak teriak maki maki alarm lo yang gak nyala."

****

Iqbaal memarkirkan motornya. Selama 15 menit di perjalanan tadi (Namakamu) hanya diam saja, sehingga membuat Iqbaal kebingungan. Iqbaal menggenggam jari (Namakamu). "Lo kenapa?" tanya Iqbaal lalu mulai menariknya lembut.

(Namakamu) diam. Pipinya malah memerah.

Iqbaal menatap (Namakamu) cemas. Ia menempelkan tangannya pada dahi (Namakamu). "Lo sakit?" tanya Iqbaal khawatir.

(Namakamu) memegang tangan Iqbaal lalu menurunkannya. "Gue gak sakit, cuma.... malu." suara (Namakamu) mengecil pada akhir kalimat. Aduh, kemana nih (Namakamu) yang selalu jaim dan cool di depan lelaki? sepertinya sifat itu hilang semua ketika berhadapan dengan Iqbaal.

Iqbaal tersenyum geli. Tanpa merespon, Iqbaal kembali mengaitkan telapak tangannya lalu berjalan bersama menuju kelas (Namakamu).

Koridor yang masih agak ramai membuat mereka menjadi pusat perhatian. Apalagi setelah pertandingan panas kemarin, nama mereka semakin terkenal satu sekolahan.

ABSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang