"Tolong, tolong" teriakan tsb terdengar dari luar.
"Siapapun kamu, tolong saya" lagi-lagi suara itu mengganggu telinga ku.
Akhirnya ku langkahkan kaki ini dengan goyah dengan pandangan yang sedikit kabur. Ku buka jendela, ternyata seorang lelaki yang sudah familiar sekali wajahnya. Ya,Chris. orang yang bener-bener konyol, apa adanya, dan cuek. Meskipun begitu, dia tetap teman baikku dan akan selalu menjadi yang terbaik.
"Astaga! Matahari belum nongol, ayam belum bangun, dan lo udah ada disini. Udah ah, gue masih cape. Mau bobo lagi"
"Heeeh tunggu.." pintanya.
Aku tidak memperdulikan chris. Dan aku segera tidur kembali.
"sepertinya dia sudah pergi, biarin deh"
Zzzzzz, beberapa lama kemudian aku terbangun karna jam sudah berisik. Segera bergegas mandi, dan mempersiapkan segala hal untuk sekolah. Dan aku pergi..
Di perjalanan, aku melihat chris berdua dengan sepedanya. Aku langsung tancapkan gayuhanku untuk membalap si chris.
"Wleeeeee" ku julurkan lidahku sepanjang mungkin untuk meledeknya.
"Awas aja" dumelnya.
Senang deh jika sesekali bisa meledeknya. Karna biasanya, aku selalu kalah dengan kejailan yang dia buat. Tapi untuk kali ini, kan ku tambah point kejailanku. Haha
*di kelas* ketika aku berjalan, chris menabrakku dari belakang. Aku kaget dan ku teriakkan namanya. Tapi dia tak menghiraukannya. Dia malah duduk santai di kursinya.
Bel berbunyi, pelajaran pertama hingga terakhir sudah aku ikuti. Saatnya aku pulang.
"Reinnnnnnn?" teriak chris dari jauh
"Iya?"
"Cari makanan yuk, laper" ajaknya.
"Gak bisa deh kayanya" aku berbohong menolaknya.
"Yah kenapa?Ayolah, gue traktir deh" sambil mengedipkan mata sebelah dengan mulut yang di manyunkan. rayuannya membuat aku tertawa didalam hati.
"Oke, lets go"
Akhirnya aku dapat merasakan makanan dari uang si chris semenjak 2 tahun lalu. Lucu sih memang kalo liat dia membujuk tadi, tapi gak apa-apa deh yang penting kenyang.
Kami menuju rumah masing-masing, dan tibanya aku sampai, lagi-lagi aku melihat ibu yang murung di ruang depan. Memang akhir-akhir ini dia sering seperti ini, dia tak mau cerita. Ketika aku tanya kenapa, dia selalu bertanya balik. Itu membuatku berada di posisi yang serba salah.
"Bu?Aku pulang" kurangkul bahunya.
"Bagaimana sekolahmu nak?Kamu senang hari ini?" tanyanya.
Aku hanya bisa mengangguk, padahal ada kesedihan yang tak bisa ku ceritakan. Yaitu air mata dirinya.
"Karein, boleh ibu bicara?" nampaknya ia serius
"Ya?"
"Kamu mesti tinggal bersama nenekmu sayang. Ibu akan pergi ke luar negri untuk beberapa bulan karna ada proyek yang harus diurus. Ibu harap kamu bisa menerima keputusan ini"
Aku kaget dengan lontaran yang baru ibu ucapkan seperti sambaran petir yang langsung mengenai jantungku.
"Ibu tidak bisa memutuskan begini saja, ini namanya memaksa. Sedangkan aku tak mau dipaksa"
Aku langsung pergi meninggalkan ibu. Aku tak memikirkan ibu, sebab ia juga tak memikirkan aku. Selalu saja pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan yang ia pilih ketimbang aku. Aku cape dijadikan sebuah pajangan di rumah. Di rawat hanya dengan uang saja. Ibu egois, tak seharusnya dia seperti ini. Mestinya dia bertanya padaku untuk setuju atau tidaknya. bukan langsung menetapkan begitu saja.
Tiba-tiba nama chris terlintas di pikiran ini, ku keluarkan sepeda ku dan ku arahkan ke rumahnya.
"Kriing kriing, chris" aku berusaha memanggil dengan suara keras.
"Hei rein, kenapa?Tumben datang kemari" tanyanya heran
"Gue tunggu lo di saung ijo, ada sesuatu yang mesti gue kasih tau"
Akhirnya dia sampe. Aku ceritain semuanya dan disitu aku nangis.
"Udahlah rein, mama lo gitu karna dia terlalu sayang sama lo"
"Lo beruntung rein, punya bidadari kaya dia"
"Dia tuh pengennya lo gak terlantar, biar ada yg ngurus, percaya sama gue rein. Seorang ibu gak akan meninggalkan anaknya yang gak bisa ditinggal. Kaya lo dan mama lo"
"Jadi, gue mesti pergi?" tanyaku.
"Hm, lo cari pilihan yang enaknya aja rein. Liat yang mana yang akan kasih kebahagiaan buat lo"
"chris, gue bahagia punya lo sebagai titik kebahagiaan di hidup gue. Jangan tinggalin gue meski akan ada saatnya keadaan yang memaksa"
Chris nganterin aku sampai rumah.Di sepanjang jalan, aku memeluknya erat-erat agar aku bisa lebih lega dan tenang.
"Udah ah turun, lo berat" ledeknya membuatku seperti anak ingusan.
"Makasih buat bahunya, juga ketenangan yang udah lo kasih barusan. Sekali lagi, makasih"
Dia tersenyum tipis saja.
Aku masuk ke kamar untuk merenungkan semuanya. Jujur saja, jika aku pergi, aku takut kehilangan chris, aku takut dia menggantikan posisi ku dengan orang lain, aku takut dia melupakanku, tidak akan mengenalku lagi. Aku takut semua akan hal buruk menimpa kita. Bagaimana jika dia mendapatkan sahabat baru?Apakah dia akan mengingatku? Chris, kamu membuat aku takut akan semuanya. astaga apakah aku jatuh cinta?Ahh mana mungkin .. Reiiiinn jangan mimpi
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me If You Really Love Me
RomanceI love him, i wanna him. With him, i love my life. And i can't breath without him cause he is oxygen.