Aku kembali lagi ke rumah sakit, nampaknya chris masih lemas di atas tempatnya. Dari kaca lah aku hanya bisa melihatnya. Sebab dokter hanya mengijinkan seorang saja untuk masuk. Dari sini aku melihat om rey yang terus memegangi tangan anaknya dan terlihat ada sebuah penyesalan. Entahlah itu apa, mungkin karna om rey terlalu sibuk hingga anaknya kurang perhatian darinya.
Tiba-tiba chris sadar dan membuka matanya. Dia menyebut nama rein, dan itu aku. Hah?
"Re...n"
"Chris, syukurlah kamu sadar. Papa di sini sayang" ujar om rey mengelus-ngelus rambut anaknya.
"Pa.. Pa"
"Iyah?" mata om rey berbinar-binar
"Rein mana pa? Aku kangen dia" suara chris yang samar-samar.
Om rey keluar dari ruangan dan memintaku untuk masuk.
"Chris?" aku masuk dengan cepat.
"Udah gak perlu duduk, lo tiduran aja. Masih sakit ya?" aku mengambil bantal kecil untuk tumpuannya di punggung. Agar tidak terlalu duduk.
"Nggak rein, lo kapan dateng?" obrolan kami berlarut panjang hingga ke berbagai mancanegara topiknya
"Chris? Gue benci lo!" chris diam dan mengernyitkan keningnya, pertanda dia heran
"Lo benci gue, rein?" matanya berbinar-binar
"Gue benci lo yang sakit kayak gini. Lo itu lemah, gak maco, bego, lemot, dan lo ga berguna!" ucapku
"Rein? Lo sadarkan sama pernyataan lo barusan?"Chris malah bertanya
"Iya, lo bilang kalo gue nemenin lo dan nginep di rumah lo, lo bakal sembuh gabakal sakit lagi. Dan kita akan main bareng lagi. Penipu besar" jawabku penuh kekesalan. Chris diam dan hanya menatapku
"Gue kangen lo! Gue sayang sama lo. Tapi gue juga benci sama lo. Gue pengen kemana-mana bareng lo, weeknd ini ga lucu" aku berusaha memeluknya dengan erat juga emosi. Om rey melirikku dari balik kaca ruangan
"Sorry rein, gue juga kangen tai sama lo" dia mengelus rambutku yang ada di dadanya. Dia sulit menyesuaikan diri dengan infusan di tangannya.
"Janji ya besok sembuh, bodo mesti janji" kepalaku melongo ke atas di wajahnya chris, hidung kami sempat bersentuhan. Tapi tidak, nyaris. Aku mengacungkan kelingkingku, berharap dia bersedia berjanji. Belum apa-apa, aku menarik kelingkingnya lalu di tempelkan ke jariku. Dia tersenyum dan nampak giginya yang gingsul.
Om rey masuk, dan bilang dia akan pulang mengajakku. Namun di bantah. chris malah menyuruh ayahnya pergi, dan aku tetap bersamanya.
"Ya tuhan, aku ini sahabatan. Bukan suatu hubungan yang intim, pacaran kah?" hatiku membatin, aku ke-geeran dan berusaha menjaga perasaanku agar tidak lebih dari sebuah persahabatn
"Rein gue mohon, gue butuh lo" dia melirikku juga menggenggam tanganku. Kekuatannya tidak kalah kuat saat sehat. Aku pun mengangguk
"Hm maaf ya om, om duluan aja. Om juga cape kan? Urusan chris mah gampang om, hehe"
~~
"Rein?"
"Hah?" jawabku.
"Gue sayang sama lo" ujarnya buatku kaget.
"Iya udah tau" jawabku, santai.
"Ah basi banget"
"Nggak, buburnya baru di beli ko. Anget malah"
"Bego" mendengus kesal.
"Ohiya chris, gue udah mutusin hal yang bakal gue pilih. Gue sih berharap itu bisa ngasih gue kebahagiaan. Demi ibu" aku mulai curhat
"So?" tanyanya.
"Ah gadanta, respond kek" gumamku
"Gue mau respond apa? Gue capek buat mikir sesuatu. Gak tau mau jawab apa" gayanya dengan sok cool. Aku cuma bisa diem, sikap nyebelinnya keluar.
"Gue pulang deh ya, percuma juga gue di sini. Lo kan cape, butuh istirahat juga.
"Yaudah, mau pulang ya pulang aja. Gue tidur dulu ya" ujarnya sambil membalik arah tidurnya
Aku pun keluar dari ruangan pasien gila itu. Sepanjang jalan bawaannya kesal terus jika melihat sikapnya
~~~
"Loh ko baju aku dikoper-koperin sih bu? Emang kita Mau kemana?" tanyaku heran melihat koper-koper besar dan sebuah taxi depan rumah
"Bukan kita, tapi kamu rein. Ibukan sudah bilang kalau kamu akan ke rumah nenek. Proyek ibu di percepat, dan kamu mesti segera berangkat" ibuku nyeloteh sambil kelimpungan membereskan semua keperluanku.
"Bu! Kenapa mesti sekarang? Aku belum kabari chris"
"Gampang, ntar ibu yang bilang!"
Masuklah aku ke taxi dan diantarkan ke bandara. Keberangkatanku penuh berat hati. Chris akan ku tinggalkan. Apakah dia akan mencariku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me If You Really Love Me
RomansaI love him, i wanna him. With him, i love my life. And i can't breath without him cause he is oxygen.