Part 9

53 2 0
                                    

Akhirnya aku bisa disampingnya. Di sebrang, lebih tepatnya. Aku melawan arus, dan aku benar-benar melanggar aturan jalan. Tapi syukurlah, keadaan sepi karna disini memang jarang yang lewat.

Dia melirihku. Keningnya dikernyitkan, nampaknya dia heran. Sesekali aku menengoknya diam-diam. Takut menatap wajahnya, lebih tepatnya gugup.

Dia senyum.

Oh tidak. Dia benar-benar senyum.

Padaku kah?

Ternyata benar.

Dia senyum untukku

Aku membalasnya dengan senyum tipis.

Ini hal yang membingungkan, ku percepat saja langkahku.

Huh.

Huh.

Huh.

Akhirnya aku tiba di rumah. Kakek sedang menggandeng nenek, rupanya acara telah dimulai.

"Ini nek, dari kakek. Happy for you, and allah will make you smile everytime with him" aku memberikan bunganya. Kakek mengedipkan salah satu matanya. Aku tahu, pasti karna aku terlambat datang. Tapi untunglah, moment yang pas.

"Ya allah, thanks a lot dear. Yes, i wish like that too. Thanks you so much, the excellent husband. You are my future"  nenek memeluk suaminya, dan kakek mengecup mesra istrinya. Wow, so sweet.

Acara manis itu berjalan sebentar. Tetapi meninggalkan banyak moment bahagia, dan kesan di hidup aku. Cause aku tidak pernah melihat ini, paling-paling juga di film.

~~

Di kamar.

~~

"Huh, lelahnya" keluhku.

"Ehiya, tadi rangga senyum-senyum gitu ya? Itu beneran kan buat gue? Ih apasih, ge-er banget kali aja bukan gue. Hm, tapi gak ada orang di jalan. Masa iya dia senyum-senyum sendiri?" selama di kamar, rangga menjadi topik di pikiran. Badanku mondar-mandir senyum sendiri.

~~

Esoknya.

~~

"Lala.. Tunggu" aku teriak dari belakang badannya. Dia di depanku, aku segera nenyusul.

Lala menoleh ke belakang. Dia menungguku. Akhirnya kami sejajar.

"Tumben agak siang berangkatnya. Lo gak dianter?" tanyanya.

"Enggak, tadi gue naik angkot. Lagi pengen aja" kami berduapun masuk kelas.

~~

Di kelas

~~

Jessie melempari ku kertas.

Aku menengok ke arahnya. Ternyata dia minta diantar ke toilet. Seperti biasa, dia takut sendiri.

~~

"Yaudah yuk balik ke kelas" ajaknya.

"Yaudah, nanti kita ketinggalan banyak materi" cemasku.

Kami berlari, berisik sekali. Seolah-olah dunia ini milik kami berdua saja.

"Stooop" jessie menghentikan langkahku. Tangannya melebar ke sisi kanan kirinya, hingga menyentuh badanku. Aku diam, bertanya ada apa padanya.

"Lihat deh, ada rangga" tunjuknya

"Ya ampun jes, biarin aja. Kita kan emang satu sekolah, wajar aja kalau ketemu dia terus. Udah yuk" aku menarik tangan jessie, matanya masih mengarah ke lapangan. Karna rangga disana.

~~

Bel istirahat

~~

Bel pulang

~~

Aku, jessie, dan lala keluar bersama. Lala memintaku untuk menemaninnya di lapangan, ya ya karena rangga latihan basket seperti biasa. Sempat untuk menolak, tapi mau bagaimana lagi jessie juga menyuruhku seperti itu. Dan aku kalah.

Kami bertiga naik ke lantai 3 gedung sekolah.Cuma bisa mandang dari atas, karena tidak ada keberanian bagi kami bertiga. Semangat dan support tak bisa kami ucapkan dengan bebas. Meskipun, ada atau tidaknya kami pasti dia sudah melakukan yang terbaik. Kami tak bisa memberi pengaruh apa-apa, karena dia tak mungkin berpengaruh karena kami.

"Andai aja ya rein, gue bisa support dia dari dekat. Pasti enak kali ya?" lala memanyunkan bibirnya, mukanya me-melas

"Gak apa-apa la, dunia gak perlu tahu sama perasaan lo. Cukup lo yang tahu dan ngerasain. Akan ada massanya orang yang kita harapkan, menjadi sebuah kenyataan. Dan bangunin kita dari mimpi yang menyakitkan. Iya, menyakitkan. Sakit karna nunggu sebuah kepastian ada apa enggaknya hati yang dia kasih untuk kita" sebenarnya aku tidak tahu dengan apa yang aku katakan barusan. Mungkin sebuah ungkapan kecil untuk seseorang yang aku rindukan.

"Aduh-aduh, bahasanya rein tinggi banget deh sampe-sampe gue gak nyampe dan jatoh. Alasan kita kesini buat support tim rangga, bukan yang kayak gini." jessie mulai menggerutu.

"Heheh. Semangat rangga!!! Ayo, ayo, huuuuuuuu" kompak kami.

"Yeeah, masuk! Shoot-nya keren tadi tuh" ujar jessie

~~

Love Me If You Really Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang