Pagi yang cerah dimana Mahmud dan Raka sedang menikmati semangkuk bubur ayam di kantin sekolah.
"Rak, ente tau sendiri kan si Alex entu anaknya nyeremin. Ngapain ente mau nyoba deket-deket ama si Alex? Gak ada manfaatnya, rak!" Jelas Mahmud yang kini mulutnya penuh dengan bubur.
"Rak - Rak - Rak, emang aku ini rak buku apa?! Emang kenapa sih? Sekolah kita kan, tersohor dengan berita negatifnya, ya aku cuman mau ngebantuin mulihin nama baik sekolah kita aja. Kagak salah kan?" Raka menyuapkan sesendok bubur lagi ke dalam mulutnya. Tentunya dengan irama dari sendok Mahmud yang sedang beradu dengan sendok di tangan Raka.
Maklum, semangkuk berdua. Romantis juga ya si Raka.
"Salah sih enggak! Cuman bego iya! Pikir-pikir dulu kek, kalo ente mau ngerubah orang! Alex ntu anak geng motor! Gabungnya aja sama pembalap liar yang suka minum-minum! Bisa-bisa ente kehilangan nyawa!" Jelas Mahmud dengan agak emosi.
"Lah, udah abis lagi!" Sambung Mahmud.
"Alhamdulillah, lumayan lah. Mud kayak biasa 50-50!" Jelas Raka seraya mengeluarkan uang 3 ribu rupiah dari sakunya.
Gini nih, kalo misalkan Raka kagak sarapan di rumah. Raka lebih milih sarapan romantis berdua bareng Mahmud, tentunya dengan patungan.
Kayak hari ini aja, semangkuk bubur ayam dihajar habis oleh mereka berdua.
"Udah deh! Terserah! Aku gak peduli sama wejangan kamu! Yang pasti aku punya cara sendiri buat naklukin Alex. Sini mud!" Jelas Raka dengan santai sambil terus membisikan rencananya kepada Mahmud.
"Ah... ente beneran gile ye? Bisa-bisa ente ntar celaka, rak!" Mahmud melotot. Gak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Hidup dan mati kan ada di tangan Allah. Gapapa kan, kalo aku berkorban buat ngemajuin agama kita? Nambah pahala lagi, terus kamu juga dapet pahala juga mud, soalnya kamu udah sukarela mau ngebantu aku buat ngebalikin Alex ke jalan yang benar." Timpal Raka yang masih santai.
"Yaah. Terserah ente lah! Ane kagak mau tanggung jawab kalau ntar ente kenapa-kenapa!" Mahmud pasrah, gak tau apa yang harus dia lakukan untuk mencegah Raka dari ide begonya itu.
°°°
.Malam harinya.
Mahmud dan Raka datang ke tempat balapan dimana Alex dan kawan kawannya selalu mangkal (dikira tukang ojek kali ya) dan balapan motor di sana.
Nyampe di sana, Raka langsung menemui Alex secara langsung. Tau gak, apa yang dipinta Raka?
"Hah? Lu mau ngapain? Balapan sama gue? Ga salah nih? Ketua OSIS tercinta kita nantangin gue balap motor?" Alex tertawa keras.
"Gak nyangka ya! Ternyata kamu takut kalah balapan sama aku lex!" Raka mulai memancing emosi Alex.
"Oke. Lu yang minta balapan." Alex rupanya berhasil terpancing dengan teknik murahan Raka.
"Tapi... Kayaknya bakal lebih seru kalo kita taruhan." Sambung Alex.
Raka hanya diam.
"Rak! Jangan, rak! Inget lagunya bang Rhoma! Taruhan itu sama kayak judi. Dosa, rak!" Bisik Mahmud yang lagi gemeter di samping Raka.
"Boleh juga! Tapi, kalo aku menang, kamu harus nurutin apa pun permintaan aku. Tapi, kalo aku kalah, aku bakal ikutin cara hidup kamu. Apapun atau gimanapun itu."
Mahmud melongo dengan perkataan Raka.
'Serius tuh? Si Raka pengen cepet-cepet di kuburin apa gimane?'
Mahmud cuma bisa mengusap-ngusap dadanya. Apalagi ia baru ingat kalau motor yang akan dipakai Raka adalah motor vespa miliknya (aslinya sih milik kakeknya).
'Waduuh... bisa kempes nih motor ane!' Batin Mahmud.
Pertandingan dimulai
Begitu bendera hijau diangkat, Alex langsung melaju cepat dengan motornya. Sedangkan Raka? Dengan motor vespa Mahmud? Melaju santai tanpa ada hambatan, walau sesekali motor Mahmud agak sensitif di tengah jalan. Tapi, Raka santai-santai aja tuh.
"Gak perlu ngebut-ngebut. Asal selamat aja sampai di tujuan!" Jelas Raka dengan senyuman santainya kepada Mahmud sebelum pertandingan.
'Kalau kagak ngebut itu mah bukan balapan, rak!' Batin Mahmud kesekian kalinya. Gemas juga dia melihat Raka yang sesantai itu.
Satu jam kemudian.
Raka baru saja sampai finish.
Kalau Alex? Udah nyampe dari dulu tuh.
Tentunya tau lah siapa yang menang. Alex pastinya.
"Sebenernya rencana lu tuh apa sih? Kok lu masih bisa masang tampang santai kayak gitu? Harusnya lu tuh sadar! Lu baru aja kalah balapan dari gue!" Alex mencibir.
Raka sih emang tenang-tenang aja, toh memang ini yang diharapkan Raka sesungguhnya.
"Sory aja... kalah balapan dari kamu bukan hal surprise tuh buat aku." Raka hanya tersenyum santai menanggapi perkataan Alex.
Dan tentu saja perkataan Raka makin membuat Alex geram.
"Diem aja lu! Karena gue yang menang taruhan, lu harus mulai ngikutin cara hidup gue. Dan lu juga harus nurutin semua permintaan gue." Alex teriak, agar semua gank motornya bisa mendengarnya.
"Oke. Gak masalah!" Raka kembali tersenyum dengan santainya. Karena ini memang sesuai dengan apa yang ia rencanakan.
Rencana pun berlanjut. Mahmud pergi dari tempat itu dengan perasaan senang yang luar biasa bercampur rasa khawatir, karena ia tahu harus meninggalkan Raka sendirian di sana.
Sepeninggal Mahmud, Raka tetap berusaha menjalankan misinya seorang diri. Dan tentu saja dengan kemenangan Alex, susasana di tempat itu semakin menggila.
Teman-teman kawanan Alex mulai bertindak liar. Mereka berpesta ganja dan minuman keras di mana-mana. Padahal banyak diantara mereka yang masih berusia dibawah 18 tahun termasuk Alex sendiri. Dan bahkan, Raka dipaksa minum oleh Alex.
Namun, tetap Raka menolaknya. Mencium bau alkohol saja, ia ingin muntah. Apalagi harus meminumnya, cacing-cacing di perut Raka sudah demo duluan menolak kedatangan minuman keras itu.
Tapi, tetap saja Alex memaksa. Raka bahkan dikeroyok oleh 5 orang hanya untuk memaksanya minum. Tentunya, keadaan kelima orang itu lebih atau bahkan sama parahnya dengan Alex.
Raka berontak. Ia berhasil menghajar habis kelima anak buah Alex. Dan Raka juga berhasil menyeret Alex pergi dari tempat itu.
Alex yang kini lagaknya seperti orang teler stadium 4 (yang artinya udah parah) mulai melakukan tindakan pemberontakan terhadap Raka. Apalagi saat Raka mulai mengikat Alex dengan tali yang baru saja dibawakan oleh Mahmud.
Ya, Mahmud tadi sempat pergi sebentar dan menunggu di parkiran sepi sekitar sana dengan sebuah mobil VW kodok tua.
Selesai Raka mengikat Alex dengan tali, Raka kemudian menyumpal mulut Alex dengan kain lap dapur yang memang sengaja dibawa oleh Mahmud, lalu mulailah rencana dimulai. Mereka menggotong tubuh Alex dan memasukkannya kedalam mobil VW kodok Mahmud (aslinya mobil kakeknya).
Tapi rasanya Raka kok sadis banget ya, sama Alex.
'Biar kayak di film-film action gitu'. Jelas Mahmud.
"Cabut yuk, mud!" Jelas Raka sambil menepuk-nepuk jaketnya yang penuh dengan tanah.
"Hah? Apanya yang cabut?" Tanya Mahmud polos. Maklum, lagi rada BuDi (budeg dikit) gara-gara knalpot vespa nya yang bernyanyi sangat nyaring sehabis dipakai Raka balapan.
"Udahlah, ayo!"
Mahmud, Raka dan Alex pun langsung pergi dari tempat itu..Masjid Al-Ikhsan.
Alex digotong dan dilempar ke kamar mandi masjid. Dan dengan kejam bin sadis, Raka mengguyur Alex dengan air dingin terus-menerus, tanpa peduli apakah Alex sudah menggigil ataupun belum.
"U-udah! S-stop!!!!!" Alex mencoba bicara kepada Raka dengan mulut dan tubuh yang menggigil.
"Mampus lu!" Mahmud puas. Mulai keluar deh preman nya.
Raka sendiri hanya melirik Mahmud. 'Tumben ' batin Raka dalam hatinya.
Alex mencoba berontak tapi tak sanggup. Tangan, kaki, leher, bahkan kepalanya pun telah diikat dengan kuat oleh Mahmud dan juga Raka. Maklum simpul tali yang dibuat Mahmud memang cukup kuat. Dan seolah tanpa rasa belas kasihan sedikitpun, Alex terus diguyur oleh Raka. Tujuan nya hanya satu.
Membuat efek alkohol hilang dari kepala Alex.
"Sekalian aja dimandiin terus udah gitu disolatin bareng-bareng." Celetuk Mahmud.
"Emang kita mau praktek solat jenazah apa?" Raka gak habis pikir.
"A-ampun... gu-gue... bakal nur-utin.. ap-apa-pun per-mintaan lu..elu pada... Mp-lep-pasin gue... mpuuun..." Alex tampak pucat.
'Udah ampe batas ni anak!' Raka dan Mahmud saling bertatapan.
Kasian juga sih ni anak.
°°°Sesuai apa yang dikatakan Alex, maka Raka dan Mahmud pun melakukan apa saja yang mereka mau terhadap Alex.
Dan sebagai perintah pertama, Raka menyuruh Alex untuk selalu ikut shalat berjamaah bersama Raka dan Mahmud.
Tentu saja hal ini mustahil bagi Mahmud dan tentunya Alex. Bagaimana mungkin orang setengah sadar seperti Alex bisa ikutan shalat berjamaah.
Tapi bagi Mahmud Raka adalah orang yang paling tidak sadar diri. Namun, ia akan tetap percaya pada Raka. Ya... seperti saat ini saja.
Orang yang dipercaya Mahmud itu justru malah tertawa terkekeh sendiri mencoba menahan tawa yang justru malah meledak menjadi tawa yang semakin kuat.
"Si Raka kenapa sih? Kumat lagi ya?" Alex berbisik ke telinga Mahmud yang sedang berdoa di sebelahnya.
"Ane kagak tau tuh.. Stres kali!" Jawab Mahmud yang ternyata mulai terganggu dengan tawa Raka yang meledak-ledak itu.
Jujur saja, saat ini mereka bertiga masih berada di masjid sekolah seusai shalat jumat.
Tapi entah kenapa, di tengah doanya Raka tiba-tiba saja teringat dengan peristiwa tiga tahun lalu, saat dirinya dan Mahmud bocah SMP yang masih ingusan mencoba menjadi pahlawan super dengan mengubah Alex Sang Pembalap Jalanan menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada Tuhannya. Memang, selama perubahan itu banyak hal lucu nan menggelitik yang terjadi sehingga Raka kini tak kuat menahan tawanya. Memang melelahkan bagi Raka karena tak jarang pula ia harus memberikan sedikit jurus karate terhadap Alex yang selalu mencoba kabur darinya. Tapi itu tak masalah.
'Ya Rabb... Engkau yang menciptakan kami, Engkau Yang Maha Mendengar doa-doa kami. Hamba mohon padaMu bantulah hambamu ini Ya Rabb... Bantulah agar hamba tetap bersyukur atas segala jalan yang telah engkau pilihkan untuk hamba. Bantulah agar hamba tetap berpegang teguh kepada Mu. Amin'
Sesaat Raka melihat ke arah Alex yang kini sedang belajar membaca Al-Quran bersama Mahmud.
Doa yang Raka lantunkan seusai shalatnya itu semakin membuat dirinya tersadar. Betapa besar rupanya ia telah mengubah Alex menjadi lebih baik lagi dalam waktu yang sesingkat itu.Bandung,
11 Desember 2010(Cerita yang takkan pernah terlupakan olehku)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka
Teen FictionBahkan seorang pencuri cilik pun bisa taubat dan jadi seorang ketua osis yang bertakwa sama Allah swt, yang disegani di seluruh sekolah, bahkan jadi calon suami idaman bagi semua cewek satu sekolah. "Emang cuman gue sih yang bisa lakuin itu!" Raka m...