14 - Kisah si Anak Betawi

15 0 0
                                    

Namanya Mahmud.

Nama lengkapnya Mahmud Ahmad Al-Khatiri bin Zulfikar Ahmad Karim bin Zainal Ahmad.

Anak ke 2 dari 5 bersaudara.

Status half blood (turunan betawi-dan entah setengahnya lagi turunan mana).

Hobinya godain ayam tetangga sama godain engkong di rumah.

Prestasi yang pernah diraih yakni juara satu adzan sekampung.

Makanan favorit yakni ketoprak, dan segala jenis makanan berbahan dasar tepung kanji.

Alamat Rumah Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sengaja disamarkan oleh Mahmud biar keren).

Motto Hidup "aku tersenyum agar kau juga tersenyum" (ceilee.. gaya bener lu tong).

Ini adalah kisah Mahmud sang anak betawi yang katanya turunan saudagar Arab Saudi.
Meskipun tidak sepenuhnya benar.

###

"Ka.. Ntar ente sama mereka langsung ke rumah aje ye... Nanti ane mau ke Alpamaret bentar mau beli titipan konsulat Arab Saudi dulu."

Raka mengangguk. 9 tahun dirinya berteman dengan makhluk ajaib yang baru saja berlari itu, dan Raka sudah fasih menerjemahkan setiap kalimat Mahmud yang belibet.

Marsha mengernyitkan dahinya.
Butuh suatu proses mencerna kalimat Mahmud barusan.

"Dia mau beli titipan kakeknya dulu ke minimarket." jelas Raka seraya menerjemahkan maksudnya.

Bibir tipis wanita disampingnya itu kini membulat sempurna.

Hari ini rencananya mereka akan mengadakan rapat untuk acara tabligh akbar yang sebentar lagi akan diselenggarakan sekolah Raka. Sebagai ketua Osis dan Mahmud selaku ketua Ekskul Rohis, mau tidak mau harus sering berkumpul lebih daripada biasanya. Meskipun mereka berdua pada dasarnya memang sering kumpul bareng.

Tidak lama kemudian beberapa anggota Rohis dan Osis mulai muncul menghampiri Raka dan Marsha yang berdiri dipelataran masjid sekolah.

"Assalamualaikum.." Danang yang merupakan bendahara Rohis datang bersama beberapa anggota ikhwan lainnya, mereka menjabat tangan Raka bergantian.

"Waalaikumussalam..." jawab Raka dan Marsha bersamaan.

Beberapa anak laki-laki sempat tersipu malu melihat Marsha.. Dan Raka yang sadar akan hal itu segera menyela pandangan mereka dengan tatapan 'Jangan diliat! Bukan pajangan.'

"Ya udah. Karena semuanya udah kumpul, kita langsung aja ke rumahnya Mahmud." seru Raka.

Dan rombongan itupun pergi meninggalkan sekolah.

Butuh waktu 15 menit dengan berjalan kaki santai menuju rumah Mahmud.

Saat mereka tiba disana, suasana rumah betawi jaman dulu menyambut mereka. Rumah Mahmud cukup mencolok, karena satu-satunya rumah adat betawi yang ada dilingkungan tersebut.
Halaman depannya luas dan ditumbuhi berbagai pohon buah. Mulai dari mangga, kesemek, jambu air, rambutan, dan nangka. Bahkan terdapat sebuah gazebo  sederhana yang dapat menampung belasan orang.

Kedatangan rombongan itu disambut dua anak perempuan yang tengah bermain bola bekel di gazebo samping rumah.

"Assalamualaikum.. Rana-Rani." sapa Raka menghampiri mereka.

"Waalaikumussalam.. Eh. Ada bang Raka. Kok rame banget bang? Ada apaan sih? Mau main ya?" kedua anak perempuan yang tidak lain dan tidak bukan adalah adik kembar Mahmud itu langsung mencium tangan Raka bergantian.

RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang