Lima
Mimpi
"Jangan-jangan si Raka itu sebenernya anak haram lagi.."
"Iya bu, apalagi kelakuan si Raka itu bandelnya euh, minta ampun bu. tuh anak, udah mecahin kaca rumah Bu Abdul aja kemarin.. masa bapak-ibunya alim gitu, tapi kelakuan anaknya udah kayak anak setan aja sih bu..."
"Mungkin si Raka itu anak dari istri siri.. apalagi suami jarang pulang kerumah berarti ada apa-apanya di belakang tuh.."
"Aah... masa iya sih bu! Yang ada istrinya kali yang nikung sama orang lain. Suami jarang dirumah bisa aja kesepian, makanya nyari yang lain. Niatnya sih cuman coba-coba sebentar. Taunya eh... kebablasan sampai bisa punya anak kayak si Raka gitu.."
Plakkk...
Sebuah telur ayam mentah sukses mendarat di kepala salah satu dari tiga orang wanita yang sedang mengobrol itu.
"Eeeehhh.. kurang ajar ya ni anak! Gak sopan banget sama orang tua!" sebuah jeweran mendarat di telinga Raka yang kala itu berumur 8 tahun.
"Aku anak ayah sama bunda! Kalian semua ibu-ibu gak tahu diri! Jangan ngomong sembarangan!"
"Kamu itu anak haram kali! Mana ibu kamu hah? Masa ngajarin anak satu aja gak becus... mana ibu kamu?" wanita yang terkena lemparan telur itu kini ikut menjewer telinga Raka yang lain.
Raka meringis kesakitan. Kini kedua telinganya terasa semakin perih dan panas, apalagi ia tahu kedua ibu itu memang mencurahkan segenap kekuatannya untuk menjewer Raka. Tapi ia tidak bisa tinggal diam. Meskipun dirinya masih kecil, tetap saja Raka tak bisa terima orang tuanya menjadi bahan pembicaraan murahan dengan tukang sayur keliling sebagai saksinya.
Sebuah tangan tiba-tiba menarik tubuh kecil itu ke belakang.
"Maaf ibu-ibu... maafin Raka bu.. dia gak sengaja.. ini anak lagi bandel-bandelnya.. sekali lagi saya minta maaf ya bu.."
"eh bu Ratna.. kebetulan nih ibu ada disini. Liat bu, masa anak ibu ngelempar saya pake telor. Ini anak sekolahin yang bener bu! jangan cuma dibiarin keluyuran aja sendirian!"
"iya bu.. saya tahu.. sekali lagi saya mohon maaf.. nanti saya ganti uang buat laundry baju ibu ya... saya mohon maaf..."
Hari itu adalah salah satu hari dari sekian banyak hari yang takkan pernah Raka lupakan seumur hidupnya. Ia ingat betul wanita-wanita yang membicarakan ibunya. Terutama wanita yang Raka lempar kepalanya dengan sebuah telur. Wanita kurus dengan perhiasan diseluruh badannya. Wanita yang Raka ingat sampai sekarang adalah ular dengan mulut penuh kebohongan yang selalu membuat gejolak di keluarganya tak pernah padam.
Bahkan hingga saat ini Raka masih ingat dengan tampilan wanita bermulut ular itu. Raka masih ingat dengan sebuah tangan yang menarik paksa tubuh kecilnya untuk menjauh dan Raka akan selalu ingat dengan tangan itu pulalah ia terkurung seharian di dalam gudang rumah yang kotor dan gelap.
"Rak.. eh.. Raka... bangun... istigfar ka... nyebut..."
Buliran keringat dingin mengalir deras dari kening Raka hingga membasahi leher dan bajunya. Suara sayup-sayup dari kejauhan yang begitu dikenal Raka menarik dirinya kembali seketika kepermukaan diikuti sebuah guncangan keras yang langsung membuatnya tersadar secara paksa.
Mimpi. Itu hanya mimpi. Batin Raka
"ente kagak papa rak?"
"Lu kenapa sih ka? Gue kira lu lagi sakaw..."
Raka baru menyadari wajah pucat Mahmud dan Alex yang berdiri dihadapannya, seolah baru saja melihat sesuatu yang amat mengerikan.
"hah? Gue..gak kenapa-napa kok.. cuman mimpi aja."
Alex dan Mahmud berpandangan.
Mimpi? Mimpi apa Raka sampai wajahnya begitu pucat? Mimpi apa hingga ia bisa berteriak-teriak dalam tidurnya seperti itu dan dengan baju yang penuh peluh padahal ia hanya tertidur?
Bahkan Alex dan Mahmud sempat ketakutan melihat tubuh Raka yang sempat gemetar hebat ketika mereka datang menjenguk Raka.
Seburuk itukah mimpi yang dialami Raka?
###
Tbc
maaf ni, baru update lagi.. sedang banyak kesibukan dan berusaha mencari inspirasi dan kata-kata yang tepat :P
jangan lupa voment nya yaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka
Teen FictionBahkan seorang pencuri cilik pun bisa taubat dan jadi seorang ketua osis yang bertakwa sama Allah swt, yang disegani di seluruh sekolah, bahkan jadi calon suami idaman bagi semua cewek satu sekolah. "Emang cuman gue sih yang bisa lakuin itu!" Raka m...