KRINGGGG !!
Bel sekolah berbunyi sangat keras, hingga mengganggu gendang telingaku. Gue siswa baru disini dan ga mungkin gue telat di hari pertama gue sekolah.
Saat bel berbunyi, gue langsung masuk ke sekolah ini. Megah dan cukup besar. Fasilitas juga ga kalah bagus sama sekolah lain, gue suka ko. Apalagi kalo guru-guru nya baik, udah lah ya, kita liat aja nanti.
Gue masuk ke gerbang dengan terburu-buru karena bel berbunyi sudah 3 kali, yang mungkin untuk peringatan saja.Brugg...
"Duh maaf ga sengaja," tukas cewe itu terdorong kedepan karena bertabrakan.
"Iya ga apa-apa, maaf juga ya." Kataku sambil bergegas memasuki sekolah.
Mungkin dia udah ga kenal gue lagi
Gue ga nyangka Franda udah ga kenal gue lagi, secara gue udah pisah sama dia selama 10 tahun. Saat itu gue berumur 6 tahun, ayah bersikukuh untuk pindah rumah ke Jakarta, karena nenek gue lagi sakit parah disana. Sebenernya gue ga mau ninggalin sahabat kecil gue, tapi mau berusaha kabur pun gue punya apa? Masih bocah ingusan.
Selama 2 tahun nenek menderita penyakit jantung, nenek gue meninggal. Tepat di hari ulang tahun gue, saat itu ga ada acara tiup lilin atau sebagainya. Semua orang berbalut pakaian berwarna hitam, isakan tangis dan rasa kehilangan menghiasi hari-hari disaat nenek meninggalkan kami.
Dan saat itu gue berencana lagi pindah ke Bandung setelah lulus ujian nasional.
Gue pindah karena ayah lanjut kerja di Bandung lagi. Gue sama Franda udah lama kenal, bahkan udah kaya adik sama kakak. Oh iya gue lupa ngenalin nama gue.***
Aku masih duduk terpaku di samping kuburan ibu. Deraian air mata jatuh dari pelupuk mata. Saat itu usiaku 5 tahun tepat disampingku ayah sangat tersiksa, apa dayaku yang masih bocah ingusan.
Para peziarah yang sedari tadi datang menghampiri batu nisan yang masih belum lama tertancap sambil komat-kamit seraya mengirim doa, mulai menghilang dibalik pohon kamboja yang berdiri di pinggir gerbang selamat datang di akhirat. Yang tersisa hanya aku dan ayah.
"Ayo kita pulang," ajak ayah masih tersendu, rindu akan sosok wanita pujaan hatinya.
Aku termenung dan mengikuti segala perintah ayah "Baik ayah," tukas Ku sambil mengucapkan "good bye mom,"
Ayah meringis, ia berkata "Jagoan ayah ga boleh nangis," sambil memangku Ryan di punggungnya.
Saat itu hidup Ryan berubah drastis, setahun setelah ibunya wafat, ia kesepian. Hanya ditemani sahabat kecilnya.
"Kamu kenapa? Ayo main lagi," tukas sahabat kecilnya
"Aku kangen ibu," dengan raut wajah menahan rasa rindu dan pelukan ibunya
Franda memelukku, hangat. Kami berdua saling berpelukan dan menangis. Saat itu aku tidak tahu bahwa 2 bulan kedepan aku akan tinggal di Jakarta.
Di ruang makan
"Jagoan ayah harus makan banyak biar kuat," ayah tersenyum dengan masakan yang ada di depannya kini.
Ryan nampak bengong. "Yah, kenapa makanan ini mirip masakan yang ibu buat?" Tukas Ryan celeno karena belum paham ada apa sebenarnya.
Tidak biasanya ayah masak- masakan sebanyak ini, dan aromanya pun persis masakan ibundanya.
"Assalamualaikum," seseorang masuk ke ruang makan dengan membawa beberapa paper bag dan kantong belanja.
Ayah tersenyum, seraya menjawab salam "waalaikumsalam," ayah mempersalahkan wanita itu duduk.
Wanita cantik dengan tubuh tertutup hijab dan gamis berwarna hijau tosca dengan kerudung senada membuat wanita sholehah didepan Ryan ini tersenyum melihat Ryan.
Tapi Ryan tidak mengenal nya sama sekali.
"Siapa itu yah," bisik Ryan pada ayahnya yang sedang sibuk dengan bingkisan yang diberikan wanita itu.Ayah tak bergeming, ia memberi Ryan 2 paper bag, lalu dibukalah bungkus nya dan berisikan pakaian.
"Kenalkan, ini tante Zahra." sambil memperkenalkan wanita disampingku saat ini. Dia tersenyum.
"Tante Zahra pindahan dari Turki," lanjut ayah kembali. "Oh iya, masakan ini yang masak tante Zahra loh, kamu suka masakannya?" Ryan tak bergeming sedikit pun."Hallo namanya Ryan ? Kamu mirip almarhumah ibu kamu ya," perkataan yang dilontarkan wanita muslimah itu membuat Ryan sedikit menahan bendungan air mata.
"Oh iya, rencananya Ayah mau minta izin sama kamu nak, kalo ayah menikah lagi dengan tante Zahra bagaiman ?"
Ryan ternganga dengan sendok di hadapannya, ia turun dari kursi dan beranjak pergi menaiki anak tangga dirumah besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone [new update]
Teen FictionTiap tetesan keringat ini membuatku tahu apa itu artinya hidup. Dunia Ku penuh dengan tantangan, tanpa satu hal terkecuali hati. Aku terdorong untuk masuk kedalam dunia ini, terikat akan aturan yang mungkin orang lain bilang hidupmu terkekang. Tapi...