Part 7

62 7 0
                                    

Pengumuman!
Buat kalian, hari ini bakalan ada kumpul di lapangan outdoor. Setelah jam ini selesai, jangan ada yang ngaret ya. Sekarang kalian boleh merapikan kelas dan pergi meninggalkan kelas masing-masing. Makasih atas perhatiannya.

Gibran memberikan pengarahan kepada kelas X-3, ia tidak tahu bahwa kelas ini adalah kelas Franda. Gibran yang saat ini sedang melirik kearah Franda tersenyum dengan lesung pipinya.

Mendadak semua orang bersiap-siap dan pergi satu-persatu dari ruang kelas. Tampaknya Reinna masih menyibukkan diri melihat Gibran. Ia tampak terpesona melihatnya.
Franda mengalihkan pandangannya. Dan menatap teman sebangku nya yang terlihat aneh.

"Reinna, ga akan keluar kelas?" Franda bertanya karena melihat Reinna yang terus berkutat menatap pesona indah wajah Gibran ketua OSIS tampan itu.

Reinna terbangun dari tatapannya, ia melihat Gibran sedang mengobrol dengan Agung sobatnya.

"Iya Franda? Emm sorry tadi lo bilang apa?"

"Ayo keluar kelas, tinggal kita berdua nih," jelas Franda melirik kearah bangku-bangku yang kosong

"Oh iya? Sorry tadi gue ngelamun," jawab Reinna dengan sibuk membereskan power bank dan aneka barang lainnya. "Kalo lo mau duluan sok aja,"

"Oke gue duluan ya," Franda menggendong tas miliknya dan keluar kelas.

Tiba-tiba Gibran mengikuti di belakangnya, sedangkan Agung masih membuntuti Gibran kemana pun ia pergi.

"Ngapain sih lo ngikutin ni anak ? Oh gue tau lo mau nem--" Gibran menghentikan langkahnya dan menutup mulut ember sahabatnya ini.

"Agung, ssssstttttt," Gibran memperingati.

Franda yang semenjak tadi memandang lurus kedepan akhirnya menengok ke arah belakang.

"Gibran,"

"Ehh-- emm Franda, hai." Gibran terlihat kaku dan membeku.

"Nah loh, tegang kan. Yaudah si ya, gue cabut duluan," Agung tertawa jahil menggoda sahabatnya.

Franda memerah.

"Gausah dianggap, Agung emang gitu," Gibran memulai.

Franda tertawa lucu.

Gue jadi tengsin gini ngeliat dia ketawa kaya gitu, manis.

Mereka akhirnya saling bertatapan dan tersenyum. Seperkian detik kemudian Franda tersadar dan mulai angkat bicara.

"Emm.. Gue udah ngaret ke lapangan apa belom ya ?" Ia bertanya pada Gibran yang masih tersenyum menatapnya.

Franda BAPER

"Eh, emm belom ayo ke sana aja bareng," pinta Gibran seraya tersontak kaget karena ia sadar telah menatap Franda lekat-lekat.

Mata itu. Ya terlihat hangat. Kornea mata yang lo punya menyihir gue buat masuk ke dunia lo. Dari awal gue ketemu, mata itu ga pernah berubah. Berwarna cokelat tua kehitaman dengan bulu mata lentik, hangat. []

Mereka berdua pergi berbarengan, tanpa disadari Reina yang sedari tadi melihat mereka berdua terlihat kikuk dan meneteskan air mata. Franda sudah mengetahui bahwa ia terlihat suka pada Gibran, tapi tidak bisa di pungkiri Franda pun bisa suka bahkan jatuh hati pada Gibran. Tapi Gibran ? Franda sendiri tidak mau tertipu oleh cowo yang membuatnya akhir-akhir ini tersenyum kaku.

Ia tahu diri, mana mungkin Gibran si murid teladan sejak kelas X yang dicap sebagai murid pintar nan teladan oleh guru dan semua temannya. Bisa jatuh hati pada adik kelas nya yang memang bisa diakui tidak cantik, tapi dia punya kharismatik dan otak encer.  Kulit sawo matang, mata indah, tubuh tinggi berisi membuat pipinya seperti bapau. Lucu.

Tapi bukan main, selain prestasi akademik nya, Gibran juga jago banget main biola sama piano. Secara dia juga punya banyak fans di sekolahnya, tapi dia ga sombong ko, dia baik. Lagian dari dulu banyak cewe yang mau dapetin dia tapi dia ngehindar, gatau kenapa. Dan yang anehnya, kenapa dia harus baik seperti malaikat. Sering menolong siapa pun yang kesulitan.

Someone [new update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang