Part 8

45 4 0
                                    

Lapangan saat ini terlihat ramai, di sebelah barat terlihat barisan anak kelas X dan disambung kelas XI dan XII.
Franda yang sedari tadi berdua dengan Gibran kini mereka terpisah, Franda duduk diantara kelas X-2 dan X-4. Saat Franda menempati tempatnya ia tersadar bahwa sedari tadi ia tidak melihat Reinna.

Seseorang mengarah kearah microfon.
Dengan kemeja dan jas hitam melekat di lehernya dasi berwarna cokelat, membuat semua siswa dan siswi mengalihkan pandangan. Pria berjas ini kepala sekolah kami. Namanya bapak Alex Santoso.  Ia memberi pengarahan dan hal yang penting lainnya.

Sementara itu terlihat Reinna yang tergesa-gesa berlari kecil kearah Franda.

"Reinna lo Kemana aja sih ? Lama banget sini duduk," pinta Franda setelah melihat Reinna berlari kearah nya.

Tanpa ada basa-basi sedikit pun, Reinna duduk dibelakang Franda dan menatap lurus kedepan.
Melihat teman sebangku nya terlihat dingin Franda berbalik badan dan menanyakan apa yang ada dipikirkannya.

"Lo kenapa Reinna ?" Tanya Franda dengan membalikkan badan berhadapan dengan Reinna

"Gue gapapa ko," tukas Reinna kalem dan santai to the point.

"Yang bener nih, lo kalo ada masalah curhat aja sama gue,"

Ssstt ...

Tegur seseorang dipinggir mereka berdua, Reinna tetap mengarahkan pandangannya kedepan sementara Franda berbalik badan dan terlihat ke posisi semula.

Setelah selesai pidato kepala sekolah, hari sudah semakin siang. Franda melihat Reinna pergi tanpa dirinya, sementara Franda terlihat bengong di pinggir lapang.
Seseorang menghampirinya dan tersenyum seraya bertanya.

"Lo masih disini?" tanya Gibran

"Iya, gue bentaran lagi juga pulang ko, lagi mager (males gerak)" tukas Franda dengan tatapan kosong

"Lo sakit ? Gue anter ke UKS ya," Gibran meraih tangan Franda dan berniat membawanya ke UKS

Dengan sepersekian detik Franda melepaskan cekalan Gibran dari tangannya. Franda berlari kearah gerbang sekolah dan meninggalkan Gibran tanpa sepatah kata pun.

***

Franda sudah berada di halte bus, dan ia tinggal menunggu bus datang menghampirinya.

Clak ...

Tetes demi tetes air hujan menyelimuti sore hari ini, tetesan air yang jatuh kian merambat ke arah Franda. Tapi Franda tak bergeming sedikit pun, ia memejamkan matanya dan menarik dagunya kearah atas melihat titikan air hujan yang membasahi tubuhnya.

Biarkan ...
Hujan ini menjadi pereda ku saat ini
Aku ingin susasana seperti dulu
Saat sahabat ku tidak meninggalkan ku
Sendiri disini..

Franda membuka matanya ia tersadar, hujan. Ya hujan ini menyadarkan ku.
Seseorang yang ia temui di sekolahnya, yang entah siapa namanya dia sahabat kecilku.

"Franda ngapain lo hujan-hujanan disini ?" Suara Gibran membuat Franda mengalihkan pandangan padanya.

"Gue nunggu bus datang, lo kenapa belum balik ?" Tanya Franda, sambil mengusap mukanya yang penuh dengan air hujan.

Gibran menarik lengan Franda dan membawanya,

"Cepet naik, bus gaakan datang. Ini udah sore banget," tukas Gibran yang sedari tadi berdiri di hadapannya, kehujanan.

Franda langsung melepas kembali cekalannya, ia berlari sekencang angin tanpa melihat sedikit pun kepada Gibran.
Gibran melihat punggung gadis cantik itu yang kian lama telah menghilang dari pandangannya.

Dan tiba-tiba suara yang tak beraturan ini membuat Gibran mengalihkan pandangannya, ia melihat tas Franda masih berada di tempatnya tadi, suara telepon berdering.
Gibran berlari mengejar Franda, dan melihat Franda terbujur kaku di jalan beraspal dengan darah yang bercucuran.

"F R A N D A!!!!"

Kilat petir saling menyambar, Franda tergeletak tak karuan, ia ditabrak lari.
Gibran memeluk erat gadis ini, mungkin akan ada keajaiban. Suara erangan Franda membuat Gibran tak bergeming, ia kesakitan. Gibran pun tak kuasa menitikkan air mata.

"Lo harus bertahan Franda, lo ga boleh ninggalin gue. Gue sayang sama lo,"

Wiuwiuwiuwiu.....

Suara sirine ambulans terdengar seantero jalanan. Beberapa orang RS membopong nya masuk kedalam ambulans.

Sementara....

Someone [new update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang