Tak seperti malam-malam sebelumnya, lelaki itu merasa lebih dari sekadar gelisah hingga ia tak mampu memejamkan matanya barang sejenak untuk melepas kantuknya. Entah mengapa ia masih teringat akan gadis itu. Gadis yang ia lihat di sebuah club malam beberapa hari yang lalu yang ternyata adalah gadis yang sama dengan asisten baru kakaknya.
Setiap ia memejamkan mata, senyum gadis itu selalu tampak cantik terbayang di dalam kelopak matanya. Ini bukan pertama kalinya lelaki berusia dua puluh lima tahun itu merasakan jatuh cinta, namun untuk pertama kalinya ia mendapati seorang gadis yang membuatnya seperti orang gila yang tak henti-hentinya memikirkan gadis yang bahkan tak dikenalnya.
Matanya nyalang menatap langit-langit kamarnya. Hingga tak terasa cahaya pagi menelusup di balik tirai berwarna biru tua yang kontras dengan dinding berwarna putih yang mengelilingi kamarnya. Ia harus bergegas ke kantor. Ada hal yang harus ia selesaikan.
***
Derap langkah sepatu kulit berwarna coklat itu beradu dengan lantai. Membawa langkah terburu-buru lelaki itu dengan sejuta tanya yang tersimpan dalam kepalanya. Pagi tadi ia tak menemukan kakaknya di kursi ruangannya. Hingga ia putuskan, setelah makan siang segala pertanyaan di kepalanya harus segera terjawab.
Dibukanya pintu itu perlahan. Pemandangan mengejutkan menyambut kedatangannya. Gadis itu duduk di pangkuan lelaki itu. Bibir mereka berpagut dengan liar. Tangan lelaki itu merusak tatanan rambut hitam yang seharusnya digelung dengan rapi, sesuai dengan peraturan kantor.
Ia menghela nafas berat dibalik pintu. Tangannya mengepal menahan amarah. Ditutupnya kembali pintu itu tanpa mengganggu aktivitas sang pemilik ruangan. Lelaki itu berbalik dengan rasa kecewa menuju ruangan kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lie (TAMAT)
RomanceKenyataan memang tak selalu seindah apa yang telah dibayangkan. Perjalanan hidup yang cukup sulit menghadapkan seorang gadis pada sebuah pilihan. Pilihan yang seharusnya tak pernah ia pilih demi kebaikan semuanya. Pilihan yang merubah hidupnya...