Chapter 6

3.6K 433 60
                                    

'Kuharap itu terjadi.'
.
.
.
.
.

Jaebum berjalan memasuki apartemennya dengan keadaan kacau.

Ya, seharusnya ia tidak menuruti perkatan bambam tadi.

Dengan kasar ia melempar undangan itu.

"Argh!"

Tanpa izin sang pemilik. Airmata Jaebum keluar.

"Kenapa masih sakit?" Ucapnya.

Jaebum mendudukan dirinya disofa lalu menangis sejadi-jadinya.

Bahkan ia lupa. Sekarang ia tidak tinggal sendirian.

"Butuh teman?"

Jaebum mendongak saat mendengar suara Jinyoung. Ia hanya terdiam dengan airmata masih mengalir.

Jinyoung perlahan mendekati Jaebum. "Jika kau butuh teman, Ada aku disini. "

Jaebum masih terdiam menatap Jinyoung.

"Apa kau sakit?"

Jaebum mengangguk. "Ya, hatiku."

Kini giliran Jinyoung yang terdiam. Ia diam karena bingung harus melakukan apa.

Greb!

Jinyoung membulatkan matanya saat Jaebum memeluknya secara tiba-tiba. Jinyoung berniat melepaskan pelukan itu. Tetapi Jaebum menahannya.

"Kumohon, biarkan seperti ini sebentar."

Jiny tidak tega. Akhirnya ia memilih diam dipelukan Jaebum.

"Kenapa? Kenapa ia sengaja memberikan langsung padaku?" Lirih Jaebum.

Jinyoung hanya terdiam. Ia tau, bukan saat nya menjawab perkataan Jaebum sekarang.

"Kenapa? Apa ia sengaja? Apa ia belum puas membuat ku menderita?"

Bisa Jinyoung rasakan. Bahunya basah, basah karena airmata Jaebum.

"Hatiku sakit saat melihat ia tersenyum bahagia dan memberikan undangan itu dengan mudah."

Entah mengapa, Hati Jinyoung teriris mendengar ucapan Jaebum.

"Aku masih mencintainya, bahkan ia tau itu. Lalu kenapa? Kenapa ia memberikan langsung padaku."

Tanpa sadar, Jinyoung membalas pelukan Jaebum dan mengelus rambut Jaebum.

"Hentikan, Jangan diteruskan." Ucap Jinyoung.

Perlahan Jinyoung melepaskan pelukannya.

"Jaebum tidak lemah seperti ini." Jinyoung tersenyum tipis kearah Jaebum.

Jaebum terdiam saat mendengar ucapan Jinyoung.

"Yang kutau, Jaebum adalah namja dingin. Ah, apa ia es berbentuk manusia?"

Jaebum mendengus saat mendengar ucapan Jinyoung. Jinyoung hanya terkekeh.

"Tidurlah, sudah malam. Kau pasti lelah." Jinyoung tersenyum lalu berdiri berniat pergi meninggalkan Jaebum.

Greb!

Jinyoung menoleh saat merasakan tangannya digengam erat.

"Temani aku tidur, hanya malam ini." Suara Jaebum terdengar memohon.

Jinyoung terdiam sesaat. Sungguh, ia sebenarnya tidak mau. Tapi ia juga tidak tega melihat keadaan Jaebum sekarang.

Jinyoung menghela nafas. "Baiklah ayo. Kita tidur dikamar."

Philophobia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang