Little Girl

725 13 7
                                    

"Aaakkkk, siapa kamu?" Aku berteriak histeris saat melihat sosok gadis kecil berdiri di depanku. Rambutnya panjang terurai hampir menutupi wajahnya yang pucat itu, tangannya yang mungil menggenggam tanganku yang sudah mengeluarkan keringat dingin. "Ane-chan, tolong aku"

****

"Aaaakkkk"

Aku terbangun dengan keringat membasahi tubuhku. Oh sial, aku memimpikan gadis itu lagi. Sudah beberapa hari ini aku selalu memimpikan hal yang sama, gadis kecil menyeramkan di toilet. Mimpi itu benar-benar terasa nyata, bahkan aku dapat merasakan dinginnya tangan gadis itu. Aku menghela nafas, lalu mengalihkan pandanganku ke arah jam weker di atas meja belajarku yang terletak tepat di sebelah kasurku. "Astaga aku telat." Buru-buru aku mandi, dan bersiap berangkat ke sekolah.

****

"Baiklah anak-anak, pelajaran kita lanjutkan di pertemuan berikutnya"

Aku merapikan bukuku dan memasukkannya ke dalam tas. Hari ini aku sama sekali tidak dapat mengerti apa yang dijelaskan guruku, entah kenapa aku merasa gelisan hari ini.

Aku berjalan ke luar kelas, menuju toilet yang berada 'tak jauh dari kelasku. Kubasuh mukaku supaya lebih segar.

"Huhuhuhu"

Aku mendengar suara tangis anak kecil. Aku mencari sumber suaranya, yang berasal dari salah satu bilik toilet. Kudekati pintunya dan perlahan dengan tangan bergetar kubuka pintunya.

"Aaakk," kulihat sosok anak kecil berdiri di dalam tolet itu, kulitnya pucat, mirip dengan gadis kecil di mimpiku. Enrah kenapa, aku merasa wajahnya terlihat famikiar bafiku. Matanya menatap tajam ke arahku. Aku mundur beberapa langkah sampai punggungku menabrak tembok di belakangku. Sungguh, aku takut, keringat dingin mulai bercucuran di dahiku, tanganku gemetar, aku--

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, aku menoleh dan mendapati Aira, temen sekelasku berdiri di ambang pintu sambil menatapku heran.

"Hanabi-San ...," ucapnya, "kamu ...."

"Ah, Aira-San, hmm, aku harus pergi, bye." Aku keluar dari toilet, bergegas menuju kelasku.

Entah yang tadi itu benar-benar nyata atau hanya imajinasiku saja, yang pasti tadi itu benar-benarmengerikan.

****

Aku berjalan cepat meninggalkan perpustakaan. Ini sudah jam lima sore, dan aku masih berada di sekolah karena harus menjalani hukuman dari guruku, yaitu merapikan perpustakaan.

Kejadian tadi siang di toilet benar-benar membuatku takut dan tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik, sehingga memvuatku dihukum karena tidak memperhatikan penjelasan guruku.

Cur ...

Terdengar suara air yang mengucur dari arah toilet yang berada di kananku. Hmm, apa masih ada orang di sekolah? Kurasa tidak, karena seharusnya anak basket yang hari ini ada jadwal club pun sudah pulang sejak jam setengah lima tadi.

Penasaran, aku membuka pintu toilet perlahan. Sebenarnya aku masih takut, tapi sepertinya rasa penasaranku jauh lebih besar dari ketakutanku. Pintu terbuka, aku memasukinya. Kosong, tidak ada siapapun, bahkan tidak ada keran yang menyala.

Brak

Tiba-tiba pintu di belakangku tertutup dengan sendirinya. Aku segera meraih gagang pintu dan mencobanya, tetapi tidak bisa, ini terkunci.

Lampu tiba-tiba padam membuatku tersentak karena kaget. Aku tidak dapat melihat apapun di sini, ini gelap, terlampau gelap, tidak ada cahaya sedikitpun yang masuk.

"Ane-chan." Aku menoleh ke asal suara, mendapati gadis kecil yang kulihat tadi siang berdiri di pojok ruangan. Wajah pucatnya penuh luka, tangan mungilnya menggenggam pisau daging.

Jantungku berdetak tidak beraturan. Cepat ... sangat cepat, lebih cepat dari biasanya. "Sapa kau?" ucapku takut.

Gadis itu menyeringai ke arahku. Seringaiannya terlihat mengerikan.

"Kau tidak perlu tahu," ucapnya dingin. Suaranya serak dan menyeramkan.

"Apa yang kau inginkan?" Aku terus melangkah mundur, sampai punggungku menabrak dinding di belakangku, dan gadis kecil itu masih terus melangkah mendekatiku.

"Aku hanya ingin kau mati, seperti kedua orang tuamu."

Orang tuaku? Apa mungkin dia juga penyebab kematian orang tuaku setahun yang lalu?

Gadis itu semakin mendekat denganku, tangan mungilnya mengayunkan pisau yang digenggamnya ke arahku, menusukkannya dua kali ke arahku. Satu tusukan mengenai perutku, dan satu tusukan lagi tepat mengenai dada kiriku.

Aku jatuh tergeletak di lantai toilet sekolahku yang dingin. Pandanganku kabur. samar-samar aku melihat gadis itu tersenyum puas. Sebelum semuanya menjadi benar-benar gelap, aku menyadari satu hal. Dia, gadis kecil itu adalah adikku. Adik yang tidak sengaja ku tinggal di hutan saat kami sekeluarga piknik.

"Gomen ne, ane-chan"


Tentang Teror Dari Negeri Di Seberang LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang