Sepuluh

1.5K 120 0
                                    

Hari-hari berikutnya Riana masih setia membawakan makanan untuk Fachri. Entah itu makanan berat atau makanan ringan seperti cake. Kali ini ia datang ke kantor dengan membawa bolu coklat. Memang sih kemungkinan diterimanya tipis mengingat Fachri selalu membuang atau memberikan makanan pemberiannya pada orang lain. Tapi itu tidak akan menggoyahkan niat Riana demi mendapat sebuah maaf dari Fachri.

Dan kalian bisa tebak sendiri apa yang didapat Riana setelah memberikan bolu itu pada Fachri setulus hati. Yup! Bahkan untuk mencicipinya sedikitpun Fachri tak sudi. Ia keburu membuang bolu malang itu ke tempat sampah.

"Berhenti bertingkah bodoh seperti ini, Riana!" geram Fachri.

"Aku hanya membuatkanmu makanan. Bagian mananya yang kau sebut dengan bertingkah bodoh?" tanya Riana sesantai mungkin.

"Bagian dimana kau sudah tau akan berakhir sia-sia tapi kau tetap melakukannya." sahut Fachri mantap.

Riana tertawa sumbang sebelum berkata, "Hey, bukankah kau pernah berkata bahwa kau berhak melakukan apapun pada sesuatu yang sudah menjadi milikmu? Jadi kenapa sekarang kau berkata aku bertingkah bodoh? Tugasku disini hanya melakukan apa yang aku ingin lakukan. Jadi sekalipun kau membuang lagi dan lagi pemberianku maka itu hak mu."

Fachri menegang seketika. Kata-kata Riana sedikit banyak mampu membuat dadanya nyeri.

"Lebih baik kau keluar dan lanjutkan pekerjaanmu!" seru Fachri tanpa mau menatap Riana lagi.

"Baiklah." sahut Riana diiringi senyum tulusnya.

"Kau? Apa yang kau lakukan di dalam?!" tanya Lea tatkala mendapati Riana baru keluar dari ruangan Fachri.

"Tidak ada." sahut Riana singkat yang kemudian berlalu menuju mejanya.

"Ingat ya! Kau itu sudah tidak punya tempat lagi di hati Fachri. Jadi berhentilah mengejar Fachri! Dan lagi Fachri sudah bertunangan denganku dan sebentar lagi kita akan menikah." ujar Lea dengan nada angkuhnya.

"Oke. Kutunggu undangannya." sahut Riana santai.

"Kau?! Kenapa kau bisa sesantai ini, huh? Atau jangan-jangan kau sudah menyusun rencana picikmu untuk merebut Fachri dariku?!" tuduh Lea pada Riana.

"Merebut? Tidakkah kau ingat siapa yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk merebut Fachri dariku?" Riana menatap Lea tajam. Sungguh ia benci pada wanita ular di depannya ini.

"Jaga ucapanmu, Bitch!" seru Lea dengan tangan terangkat hendak menampar Riana. Namun Riana lebih cepat dengan menahan tangan Lea.

"Dan jaga juga tangan kotormu itu, Queen Bitch!" ucap Riana tajam.

"Ada apa ini?!" seru sebuah suara yang tak lain adalah suara Fachri.

"Aw, dia menyakiti tanganku, Sayang." dusta Lea sembari menunjukkan muka kesakitannya.

"Pendusta!" cerca Riana dengan sinisnya.

"Jaga bicaramu, Riana!" sergah Fachri.

Terlihat Lea tersenyum kemenangan sementara Riana hanya menampakkan ekspresi datarnya. Bahkan tak ada kata pembelaan yang meluncur dari mulut Riana. Itu semakin membuat Fachri yakin kalau Riana telah berubah menjadi gadis kasar sekarang.

"Masuklah, Lea!" perintah Fachri yang langsung disanggupi oleh Lea, "Aku tidak tahu kau bisa berubah menjadi sekasar ini." imbuh Fachri pada Riana yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang jelas tatapan itu bukan tatapan bersahabat yang sering Riana tunjukkan padanya.

"Kau tidak tahu apapun. Jadi berhentilah menghakimi!" ketus Riana.

"Tapi aku melihatnya. Kau..."

"Sudah kubilang kau tidak tahu apapun!! Kau terlalu naif untuk membuka matamu!!" potong Riana cepat.

"Riana!!" bentak Fachri.

"Berhenti menghakimiku, Tuan Fachri Wijaya Yang Terhormat!" tutur Riana penuh penekanan sebelum beranjak pergi meninggalkan Fachri.

RianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang