(1): Reza the Burglar

450 32 4
                                    

Natasya's POV

"Fiuh... kenyang gue"

Lha si Andri malah mendengus kayak dwarf, "yaiyalah, gila kalo lo gak kenyang, ini yang ketiga kalinya lo nambah, rugi gue traktir lo, celeng lo"

"Eh anjir, kasar woi, inget tuhan woi, kerjaan ngatain orang aja dari tadi"

"Lha iya lah, handphone udah dapet, plus hardcase nya lagi, makan udah, nambah 3 kali lagi, kurangnya gue apa coba?" tanya Andri sinis.

"Plus bungkusin martabak yang large ya Ndri" kata gue nyengir

'Itung itung buat tutup mulut Theo, kan lagi jaman tuh gayz--maksud gue, martabak nya itu lhoo'

"Matre" ejek Andri.

"Biarin, yang penting gue happy"

.

Didepan rumah sudah ada Theo berkacak pinggang, siap untuk mengomel panjang kali lebar.

"Lo tinggal sama pacar lo?" tanya Andrian sarkastik.

Gue tertawa garing, "Ya kagak lha"

"makasih atas semua traktiran lo, haha, bhay" ucap gue dengan pose lebay, lalu keluar dari mobil nya.

.

Gue turun langsung masuk rumah tanpa ngelirik ke Theo lagi, "Anastasya"

Eh buset gila, bencana, gue lalu berbalik "iya, mas Rega?"

Gue sengaja make 'panggilan sayang' Theo pas kecil, sok sok di manis manisin gitu lho ceritanya.

"siapa?" tanya Theo sok misterius.

Dengan tampang polos gue ngejawab, "siapanya apanya siapa?"

Berbelit belit.

Theodore Regalia Campbell, sekarang kuliah di University Camber, gue akui Theo orangnya ganteng (yaiyalah abang gue), dan jarang kasar sama cewek, jelas, Theo bukan seorang player, beda dengan Kak Em.

Theo melepas kacamata nya, "Itu siapa-nya Tasya? Pacar baru?" Sengaja ditekankannya kata 'pacar'.

"Yaelah, mas Rega kan tau kalau Tasya cintanya cuma sama mas Rega" kata gue menjijikan, duh kebanyakan kata mas kali ya.

Kali ini Theo mengeluarkan suara seperti chipmunk kejepit, "Tapi mas Rega cintanya cuma sama Teh Kyra, wlekk"

"Yah, gak ada yang sayang sama Tasya" gue menunduk sedih.

"Ada kok" kata Theo tersenyum penuh arti yang katanya bisa meluluhkan hati cewek cewek disekitarnya,
"Eza sayang kok sama Tasya".

Gue merebahkan diri di sofa, denger nama Reza disebut aja gue udah bete, "apaan sih, mas. Tasya bete denger nama dia."

Aaa, plis tuhan, Tasya gak mau ketemu Reza sehari ini aja.

Theo ikutan duduk disamping gue, "Tasya ditinggal lagi sama Eza?" Tanyanya sambil ngusap pucuk kepala gue lembut.

Mungkin kalo gue bukan seorang Anastasya Pricilia Campbell, gue bakalan baper dan terbang jauh ngedenger Theo ngomong selembut itu, tapi oke, bener, gue baper, hanya sedikit, gak lebih.

"Lagi, udah berapa kali coba Tasya ditinggal, Reza tuh penghancur segalanya, salahin dia kalo Tasya gak pernah pacaran, yah, pernah sih beberapa kali, dan itu pun rata rata putus gara gara dia juga, ya tuhan kenapa Tasya harus bernasib sial gini" ujar gue berujung curcol lebay.

"Siapa yang lo bilang penghancur segalanya?" Terdengar suara berat yang sangat familiar dari belakang gue

Gue berbalik malas kearahnya, "Ya Lo, Reza Rodriguez, orang paling nyebelin yang pernah gue temuin"

My Precious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang