(8): Kembali ke awal

168 19 1
                                    

Hal yang paling menyakitkan adalah melihat orang yang kau cintai, mencintai orang lain
--T.I.

Gue mah kalo cemburu liat lo ama dia, kaya flatshoes, iya, gak berhak
--T.I.

.

Natasya's POV

"Andrian?!"

Gue syok saat mendapati Andrian dengan cengiran khasnya didepan panggangan roti Tante Vivi.

"Good Morning, Buffalo"

"Good Morning ndasmu, kok lo bisa ada disini?"

Dari arah tangga, tampak Malvin yang masih setengah tidur memeluk gulingnya, "Apaan nih ribut ribut"

"Penyusup, Kak. Stalker gue" omongan gue dihadiahi lemparan kain lap, wangi sih.

"Oh dia, tadi malem dia ngetuk ngetuk pintu rumah, gue kira maling, katanya dia khawatir sama lo jadi dia nyusul kesini, udah deh gue bolehin masuk, kan lo nya lagi tidur, jadi karena gue kakak yang baik, gue suruh aja dia nginap disini, yeay gue hebat" Malvin mengakhiri ceritanya dengan tepukan tangan sendiri, how weird.

Andrian mengiyakan perkataan Malvin, lalu lanjut memanggang roti.

"Terus lo tau gue disini dari mana?"

"Katty" hmm, sudah gue duga.

Gue merebahkan badan di sofa, untungnya Tante Vivi berangkat keluar kota kemarin, jadi gue bisa bebas bebas, asiqq.

"Gue ngapain kesini? Ngapelin lo" seketika wajah gue memerah.

"Gak nanya" kata gue menutupi malu.

Andrian tertawa, "Ciee blushing, lucu deh, pengen gue jitakkin"

Gue menjitak kepala Andrian, "Makan tuh jitakkan"

Malvin berdeham, "Kamcong jualan cangcimen nih"

Kami pun terbahak, pagi yang cerah untuk memulai hari penuh badai.

.

Gue mengetuk pintu mansion Reza sekali lagi, hari ini Andrian menggantikan posisi Malvin yang katanya kecapekan habis perjalanan jauh (read: Malvin Lebay).

"Tunggu" gue bersyukur saat tau yang membuka pintu adalah Reza, bukan Ara.

"Emm, Hai"

Suasana menjadi cukup canggung, ditambah kejadian kemarin yang katanya Reza gak mau ketemu gue.

"Kami gak dipersilahkan masuk nih, tuan rumah?" Suara Andrian terdengar malas, ia mengusap wajahnya.

"Eh iya, silahkan masuk"

"Ara mana Za?"

Reza tampak syok saat denger gue nanyain Ara, "Gak tau, masih dirumahnya kali"

"Loh, dia gak nginap disini?" Reza menggeleng.

"Apa cuma gue yang gak tau siapa itu Ara?" Tanya Andrian kesal.

"Pacarnya Reza"

"Teman" ralat Reza.

"Iya teman, teman tapi mesra alias TTM" Reza tampak kesal, sedangkan gue tersenyum puas.

Makan tuh masa lalu, batin gue.

Andrian berdeham, "Jadi, gue to the point aja ya, lo mau balik ke Bandung apa kagak?"

"Kalo Natasya nyuruh gue balik, gue mau balik" Reza tersenyum sinis, tampak kilatan diantara mata mereka berdua.

Andrian menggertakkan gigi nya, "Manja amat jadi laki"

"Udah udah udah, yaudah Za, gue mau minggu depan lo udah sekolah, ini perintah"

Reza memberi hormat kearah gue dan mengangguk mantap, "Yes, Sir"

"Babe" gue bergidik mendengar suara Ara dari arah pintu, benar saja, itu dia, dengan kantong belanjaannya.

"Eh, Hai Nat, dan ini?"

"Andrian Prakarsa"

"Azzahra Meileena, pacarnya Natasya?" Refleks, gue menggeleng dengan cepat, menimbulkan efek kecewa dari Andrian.

Ara duduk disamping Reza, memandangi gue dan Andrian bergantian, antara dia syok gue masih mau balik kesini lagi atau terpesona dengan kadar kegantengan Andrian yang jelas diatas Reza.

"Jalan yukk" Ara bergelayut manja dilengan Reza, menimbulkan efek risih pada gue maupun Reza atau Andrian.

"Tuh cewek cabe ya, Nat? Kegatelan amat keliatannya" Tanya Andrian berbisik ditelinga gue.

"Garukin sana, Ndri" gue terkekeh.

Andrian bergidik, "Ogah gue mah, ga doyan cabe yha"

"Ga doyan tapi dipake juga" gue mendengus geli.

"Buset Nat, itu cewek apa pakaian dalam?" Gue terbahak mendengar ucapannya.

Reza menatap kami bingung, "Lo kesini cuma numpang ketawa?"

Gue tersenyum sinis, "Kami disini cuma numpang nonton liveshow"

Wajah Reza memerah, Reza jarang blushing, gue tau itu.

"Yaudah Za, Ra. Kami pulang dulu ya, ntar Kak Em bawel"

Reza seperti ingin mengatakan sesuatu tapi dengan cepat ia mengurungkan niatnya.

"Yaudah, hati hati ya" terdengar nada mengusir pada ucapan Ara, pengen gue lakban tuh mulut.

.

"Ndri, mampir ke mall ntar ya, mau beli makan buat pulang besok"

Andrian hanya mengangguk, ntah kenapa mood ni anak mudah banget berubah.

Gue inget pertama kali gue ketemu dia, Andrian yang songong tiba tiba bisa jadi care gini.

The power of gue.
The power of Anastasya Pricilia.
And...
The power of love

.

Waw, done beibeh, gue baruu aja dapat ide buat ngelanjutin ini.

Update nya ga tentu dan mungkin alur nya kadang lambat kadang cepet, kayak orang balap karung.

Gue sedang mencoba ngebuat cerita yang gak akan gue sesali atau gue bilang "kenapa gue buat cerita gini?", ataupun cerita yang endingnya (masih lama kyknya) labil.

Dan ini kayaknya bakal slow update sampai gue abis ujian, doain gue sukses, amin!

Best Regards,
ScarletteZia💋

My Precious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang