Kami jomblo
Kami butuh cinta. Bukan quotes.
Quotes tidak dapat membuat kami jadi taken
--G.G.Cinta itu kotak, adil di tiap sisinya
Cemburu itu segitiga,tajam di tiap sisinya
Rindu itu lingkaran, tak berujung
--R.D..
"Kayaknya Anna tau Bang Eja dimana"
"Dimana, An?"
"Kemungkinan di rumah kami yang ada di Bogor"
Sepintas kenangan melintasi benakku, dahulu,sewaktu Om Rifqi, bokap Reza masih ada, kami sering main ke Bogor, atau setahun sekali keluarga kami sering pergi Ke Bogor hanya untuk menyambangi Makam Om Rifqi.
Masuk akal jika Reza kabur kesana, tapi dengan alasan apa?
Banyak pertanyaan pertanyaan tak terjawab muncul di pikiranku.
Tanpa pikir panjang, gue langsung mengemasi pakaian dan seperti mengerti keadaan, bokap dan nyokap gue ngeizinin asal gue gak sendirian, alhasil gue bawa Malvin.
.
"Permisii" gue mengetuk pintu mansion putih itu, terdengar balasan dari dalam, seperti suara perempuan.
Awalnya gue pikir, Ah mungkin juga pembantunya.
Tapi yang sedang berdiri dihadapan gue sekarang adalah sosok yang sangat familiar dan gak bisa gue lupain.
"Ara?" Malvin yang pertama kali membuka mulut.
Tampak senyum manis mengembang diwajahnya, "Hai Kak Malvi, lama gak ketemu"
Pandangan kami bertemu, gue dapat melihat rasa tidak suka bercampur geli disorot matanya.
"Anastasya ya? Wah kamu udah gede" spontan, gue berdecak mendengarnya.
"Jangan sok sopan, ra. Reza mana?" Kata gue to the point.
Gue gak salah ya kan? Gue cuma gak suka ngeliat dia disini, dirumah Reza, dan penampilannya yang hanya memakai tank top item ketat dan celana super pendek itu membuat gue risih, cabe lama.
"Kamu masih galak kayak dulu ya, Nat. Gak ada pelukan hangat untuk sahabat kecilmu gitu?"
"Ogah"
Ara menghela nafas, "Yaudah kalian masuk aja dulu, Reza ada di dalam kok, lagi tidur, kecapekan kali"
Entah gue orangnya spontanan atau gimana gue gak tau, tapi gue langsung mendengus geli mendengarnya. Capek ngapain coba? Orang si Reza nya udah mabal seminggu, gak mungkin dia malah jadi kuli bangunan disini.
"Mau minum apa?" Tanya nya sesampai kami diruang tamu, gue dan Malvin hanya menggeleng.
Seingat gue gak ada yang tinggal disini lagi semenjak Om Rifqi wafat, tapi Mansion itu terlihat sangat terawat, bahkan lebih rapi dari rumah gue.
"Eh dek, Ara emang tinggal sama Reza ya?" Bisik Malvin saat Ara pergi.
"Mana gue tau, Kak. Orang gue juga baru tau ada Ara disini"
"Bukannya dia masih di Jerman? Terus gimana masalahnya? Reza gak kapok apa dijerat ama tikus pengerat gitu"
Gue terkekeh mendengar perkataan Malvin, "Yakali Kak, Ara disamain sama tikus pengerat, cocokkan sama kuda nil bunting kali"
Dan kami pun tertawa, tak lama, Ara kembali dengan raut wajah sedih (dibuat buat tentunya).
"Duh maaf ya Kak Malvi, Natasya. Reza nya gak mau diketemu orang dulu"
Bohong, entah kenapa gue pinter soal baca akting orang. Tapi gue ikutin aja alurnya,tar kesian authornya kalo gue bongkar.
"Yah, gimana, Tas?" Tanya Malvin.
"Gimana kalau kalian nginep disini aja?" Tanya Ara sok baik.
"Boleh t--"
"Gak deh makasih, kami udah janjian nginep sama temen nyokap"
Malvin memelototi gue gak terima tapi langsung gue bales dengan tatapan diem-dan-ikut-aja.
"Oke, nanti aku bilang ke Reza ya"
Kamipun pamit pergi, sumpah, gue gak tahan satu ruangan sama dia.
.
"Ngapa ditolak sih Tas, kan kalo kita nginep disana jadi lebih mudah bujuk Reza nya" ujar Malvin setelah kami menginggalkan pekarangan mansion megah itu.
"Ya elah Kak, gue aja gak tahan satu ruangan sama dia lebih dari 15 menit, apalagi tidur satu atap sama ntu pengerat"
Gue bersyukur punya nyokap yang koneksinya luas, jadi mudah kalo butuh bantuan wkwk. Kayak kali ini, kami numpang nginep di rumah Tante Vivi, salah satu temen model nyokap dulu.
.
Reza's POV
Gue merutuki kebegoan gue yang percaya gitu aja sama Ara. Yaelah, kan gue kangen Natasya, kasian juga dia capek capek dateng kesini malah diusir. Kan, Ara kamps.
"Yaelah Ra, lo bego apa bego sih, kan gue tadi bilangnya suruh mereka tunggu, gue mau mandi"
"Tadi mereka bilang mau buru buru, soalnya mau nyari penginapan"
Gue memutar bola mata, "ngapa gak lo suruh nginep sini aja sih"
"Udah, Za. Mereka nya gak mau, katanya gak mau ngerepotin"
Gue gak habis pikir, Natasya itu orangnya suka gak peduli kalo orang repot gegara dia, apalagi kalo gue yg direpotin.
"Bae, temenin aku shopping yaa" Ara bergelayut manja dilengan gue.
Dan gue gak habis pikir juga, kenapa gue bisa kejebak lagi sama ni cewek. Tapi gue iyain aja permintaan dia.
Azzahra Meileena Kins, first love gue, first kiss gue, first ex gue, bitch-nya gue, masa lalu gue yang gak bakalan jadi masa kini.
Karena masa kini dan masa depan gue adalah Anastasya Pricilia Campbell.
Orang yang bakalan jadi true love gue, last kiss gue.
Aih omongan gue makin ngaco, kalo kata Ricky, gue kayak orang dimabok cinta.
.
Bagi yang gak terima Reza nya CLBK sama Ara, mohon vote dan comment.
Bagi yang gak terima juga Andrian gak muncul disini, mohon vote dan comment.
Bagi yang punya unek unek buat cerita ini juga mohon vote dan comment
#MODUS
Best Regards,
ScarletteZia💋
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Love
Teen FictionJust like people says, "Patah hati adalah proses menuju kedewasaan. Sering patah hati tidak berarti kita harus putus asa mengejar cinta. Cinta butuh perjuangan. Perjuangan untuk mempertahankan kenyamanan"