(5): Selamat Tinggal yang tiba tiba

229 26 4
                                    

When someone from the past come back to your life and make you not sure with your choice in the future, that's a problem
--N.D.

Di hamparan langit senja, di tengah temaram lampu kota, aku hanya ingin kita saling jatuh cinta
-- T.I.

Kali ini author diem aja lah yha
.

Gue mengeratkan pegangan ditas, berusaha terlihat tenang, "Ada perlu apa ya?"

Salah satu preman itu memegang tangan gue yang dengan cepat gue tangkis, langsung memasang kuda kuda yang pernah di ajari Theo, "don't touch me, you son of bitch".

"Eits, jangan galak galak neng" mereka tertawa, tawa yang menjijikkan.

"Permisi, saya mau lewat" masih berusaha menahan emosi.

"Perlu abang anter?" Gue langsung mengeluarkan suara orang muntah.

"Gak makasih" Gue bergerak mundur tapi seketika tangan gue dikunci.

Nih preman pernah belajar judo kali ya.

"Gue bilang jangan pegang pegang, ngerti gak lo!"

Gue menghentakkan kepala gue ke kepala preman yang nyaris diluar jangkauan gue.

Mau migran abis ini juga bodo ah.

Si preman lain emosi dan langsung membekap mulut gue, yang langsung gue gigit.

Biarin pada mikir gue ganas, yha, dripada gue diem aja.

"Anjing, slow aja neng"

Dan saat preman itu mendekat lagi, sebuah motor menabraknya, gue shock, astojim.

Tebak siapa yang ada dibalik helm item itu-- Andrian astaga, bukan berarti gue berharap Reza Tayi.

Bagai pangeran berkuda hitam (yha motornya hitam euy) ia datang menyelamatkanku (sok puitis gitu)

"Lo gak papa?" Tanya dia dengan raut cemas, pastinya setelah preman preman itu pergi.

Gue hanya mengangguk, kayaknya ekspresi gue aneh banget sampe sampe dia ketawa.

"Haloo, dengan Andrian Prakarsa disini, Bisa bicara dengan Anastasya Pricilia?" Katanya sambil melambaikan tangan didepan gue.

Sontak wajah gue memerah, "Iya dengan Anastasya Pricilia disini, ada yang bisa saya bantu?"

"Ikut gue kuy"

"Kemana?"

"Ngademin kepala" mau tak mau (sebenernya mau) gue iyain aja.

.

"Terus kok lo bisa ada disana, Bang?" Gue memasukkan sepotong pizza lagi kemulut gue, laper cuy.

Dia terkekeh melihat tingkah gue, lalu mengambil tisu membersihkan wajah gue yang celemotan.

Lagi, wajah gue memerah.

"Neng, baper yak?" Perkataan Andrian membuat wajah gue berubah masam.

"Iye baper bang, barusan diselamatin sama pangeran berkuda item" kali ini, wajah Andrian yang memerah, KETJEH BETT GAYZ!

"Bukannya pangeran berkuda putih?" Gue terkekeh.

"Yha kan tadi Bang Andri pake motor item, jadi pangeran berkuda item"

Mendengar ceplosan gue, wajahnya bertambah merah, "jadi itu gue?"

Gue mengangguk, "emang siapa lagi?"

"Reza R?"

Gue berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala, "ga mungkin, malahan gegara Si Tayi itu gue diganggu preman"

Sontak raut muka Andrian berubah marah, "gara gara dia?"

"Nggak nggak, tapi aku makasi lho gegara dia jadi bisa ketemu ama Bang Andri" mendengar perkataanku raut mukanya melunak.

"CIYE PAKE AKU BUKAN GUE"

"YHA TYPO NDRI, TYPO"

"Tadi pake bang, sekarang Ndri aje"

"Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang"

Tawa kami pun lepas

Berada didekatnya, mengajarkanku, apa artinya kenyamanan, kesempurnaan, cintaaaaa

"Jadi..."

Gue menautkan alis, "jadi apaan?"

"Lo mau gak jadi tuan putri nya gue?"

.

"Lo mau gak jadi tuan putri nya gue?"

Wajah gue kembali bersemu saat mengingat pertanyaan Andrian.

"YHA MODUS LO" gue tertawa kikuk.

"Beneran, Nat, Will you be my princess?" Andrian menjulurkan buket mawar putih sambil bertekuk lutur.

Gue menerima buket bunga nya, "bunga nya gue terima, tapi Bang Andri nya enggak, wlekk" gue menjulurkan lidah.

Andrian speechless beberapa saat, lalu tertawa lepas, "Lo bener bener deh Nat"

Gue tertawa riang sambil berlari kecil memasuki rumah.

Di sofa, ada Malvin yang menarik kerah Reza sedangkan Theo yang berusaha melerai mereka.

"Busett, gue ketinggalan apaan nih?"

Sontak pandangan mereka beralih ke gue, Malvin langsung menghampiri gue, "Tasya abis dari mana? Sama siapa? Kenapa ga nelpon kakak? Itu buket dari siapa?"

Theo juga ikutan menghampiri gue dengan pertanyaan yang sebelas dua belas.

Sedangkan Reza tersenyum sinis dengan sudut bibirnya yang berdarah, gue tebak di anak abis ditonjok Malvin, MAMPOS, "jadi lo sengaja ninggalin cafe karena ada janji sama Andrian? Hotel? Apa club?"

Perkataannya membuat gue terperanjat, emosi langsung menjalar hingga ujung kepala.

"WEI KEPARAT, LO TAU KAGAK, TADI GUE PERGI KARENA LO KACANGIN, DAN LO KAGAK NGEJAR GUE, DIJALAN GUE DIGANGGUIN PREMAN, LO KEMANA? UNTUNG ADA ANDRIAN NYELAMETIN GUE, KALO GAK ADA DIA COBA LO PIKIR, PALING GUE PULANG TINGGAL NAMA, BRENGSEK LO, GA TAU DIRI"

Gak peduli dengan pandangan cemas Malvin dan Theo, ataupun wajah Reza yang cengo.

Kali ini Theo yang memukul Reza, Malvin gak berusaha mencegah, dan Reza juga gak berusaha melawan.

"LO SEMUA BISA DIEM KAGAK SIH, GUE CAPEK, DAN BUAT LO REZA RODRIGUEZ, GUE GAK MAU LIAT MUKA LO LAGI, JANGAN PERNAH LO NGINJAKIN KAKI DI RUMAH GUE--sekarang pergi" kata gue berusaha mengendalikan emosi.

Reza pun mengambil jaketnya dan berkata, "Sorry, My Lady" sebelum benar benar pergi.

Gue buru buru masuk kamar sebelum ada yang melihat gue nangis, kami memang sering berantem, tapi kali ini dia bener bener udah kelewatan, gue capek, gue lelah letih lesu lemes loyo.

Lelah fisik dan batin, kagak ada yang ngertiin.

Gue bergumam, "Mungkin Andrian bakal ngerti" lalu tertidur pulas.

.

Sejak hari itu, Reza tidak pernah datang ke sekolah

.

Hello everyone

Kembali lagi bersama Zia disini, chapter hari ini gue buat sedikit 'baper' menurut gue, karena akhir akhir ini gue lagi mudah baper *EAK

Kira kira Reza nya kemana yak? Uwaah, misteri nyahahaha

Best Regards,
ScarletteZia💋

My Precious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang