Ayah

546 42 4
                                    

Dipagi buta cheondung menggaduhi kamarnya dengan suara batuk yang tak kunjung jua berhenti, dadanya kembang kempis serta rasa sesak menghimpit paru-parunya, keringat dingin mulai bercucuran dipelipis, tengkuk dan punggung belakangnya, cheondung mencoba bangun dari ranjang yang ia baringi, namun tenaganya tak cukup kuat untuk meraih ponsel yang tergeletak diatas meja kecil disamping ranjangnya yang terus berdering.

Ia biarkan panggilan itu berlalu begitu saja demikian pula dengan panggilan yang kedua, namun saat telepon kecil dan jadul itu berdering untuk yang ketiga kalinya, barulah cheondung memaksakan diri mengambil ponsel itu, tapi tubuh jenjangnya tersandung pada kaki kursi didepan meja kecil, dengan susah payah pria pesakitan itu meraih teleponnya sambil tetap mengesot dilantai.

"Hallo..."

"Ini saya, polisi kang"

"Oh, tuan kang.. Bagaimana? Apakah anda sudah menemukan pelakunya?"

"Nanti siang anda kekantor, biar aku ceritakan semuanya"

"Baik, tuan.. Terima kasih atas kerja kerasnya"

"Apakah kesehatan anda makin membaik tuan yoon?"

"Iya, tuan"

"Ya sudah, sampai jumpa dikantor"

Setelah menutup sambungan teleponnya, cheondung melepas bekaman mulutnya untuk mengeluarkan batuk yang ia tahan.

Pagi yang berat untuk pria tampan dua anak itu, ia sengaja tidak membangunkan putra-putranya, cheondungpun mengepel muncratan untahan yang keluar dari mulutnya, ia mencoba menetralkan rasa sakit yang ia derah dengan semangat untuk tetap bisa melakukan aktivitasnya dipagi itu.

Yoon cheondung memakai seragam kerjanya sebagai pekerja proyek bangunan, ia membangunkan anak-anaknya saat sarapan sudah siap dimeja makan.

Jeonghan selalu protes kalau ayahnya yang repot-repot menyiapkan sarapan, ia tak ingin ayahnya capek.

"Anak ayah sekarang sudah menjadi pegawai tetap dikantor yang besar, bagaimana perasaanmu nak?"

Tanya cheondung saat mereka tengah duduk bertiga dimeja makan dengan menyantap dua tumpuk sandwich yang berisikan sayur mayonais dan keju.

"Tentu saja aku senang sekali ayah, tuhan memang tidak meninggalkan kita meski kita hidup serba kekurangan, tuhan masih memberikan secerca kebahagiaan disela-sela kesedihan kita, dan aku bersyukur pada tuhan yang telah menjaga ayah untuk kita sampai saat ini"

"Ayah sayang kalian nak, sebab itu ayah ingin tetap bersama kalian meski kondisi ayah semakin hari makin memburuk"

"Ayah.. Bolehkan jeonghan meminta satu permohonan pada ayah?"

"Kalau ayah mampu kenapa tidak nak"

"Berhentilah bekerja diproyek, bukankah aku sudah perjanji pada ayah, bila suatu hari aku resmi menjadi pegawai tetap maka ayah tidak usah bekerja lagi"

"Iya ayah, perkataan kakak benar"

Saut ozi adik jeonghan disela-sela pembicaraan, cheondung menghentikan makannya, ia taruh kembali sandwich yang hendak ia gigit dipiring.

"Tidak untuk saat ini, nak..
Ayah masih kuat untuk menafkai kalian"

"Menurut ibu jang toko buku sebelah akan dijual, bila ayah berminat ayah bisa mengolah toko itu"

"Bisa makan saja kita sudah bersyukur nak, mana ada uang untuk ayah bisa membeli toko buku itu"

"Bila ayah berminat aku bisa pinjam uang dari temanku"

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang