Andai bisa kucuri lagi hatimu

759 46 9
                                    

Mingyu berhenti didepan rumah jeonghan, taxi yang ditumpanginyapun berlalu pergi setelah mendapat upahnya, mingyu melangkah masuk kehalaman yang ditanami bunga-bunga yang tidak begitu istimewa, kaki panjangnya berhenti tepat didepan pintu yang tengah tertutup rapat, tak ada cahaya lampu yang menyala, hanya terdengar samar-samar suara tangisan dari dalam rumah.

Mingyu mengetuk pintu itu, mencoba mengharapkan sautan dari penghuni rumah. Serasa diabaikan mingyupun makin memperkeras ayunan tangannya menggedor pintu yang tak bersalah itu, hingga suara tangisannya berhenti sejenak dibarengi suara langkah dan cahaya nyala lampu yang mulai terang.

Pintu didepan mingyu terbuka, menampakan wajah lugu nan sendu mengadu didepan matanya, pemuda umur tiga belas tahunan itu berhambur memeluk teman kakaknya dengan mengharu biru, isak tangisnya menukik ditenggorokannya sepatah demi kata adik jeonghan menceritakan tragedi yang menimpah ayahnya, ia mengajak mingyu untuk mengantar dirinya ketempat ayahnya dirawat.
Mingyu justru membawa pemuda yang masih menyisahkan air matanya untuk masuk kedalam rumahnya, pemuda tinggi itu menaruh semua bawahan belanjaannya dimeja dapur, satu persatu isi kantong plastik minimarket itu dikeluarkan isinya, dengan telaten mingyu menata dikulkas dan sebagian bahan makan dibiarkan tetap dimeja.

Mingyu menoleh kearah woozi yang tengah menatap sendu diatas bidang meja sambil melipat kedua lengan tangannya. Sayuran dan beberapa bahan lainnya ia angkut kewastafel, mingyu menggigit bibir bawah bagian dalam, mencoba menahan lelehan rasa haru yang menyerbak dihatinya, jari-jari panjangnya ia gunakan untuk memirit sela-sela batang sayur dan pangkal daun diguyuran air kran.

Tarikan nafas panjang terhembus dari paru-paru mingyu saat melihat tubuh kecil dari adik temannya tengah terlelap diatas meja makan, dengan pelan mingyu menaruh masakannya didepan anak itu, mingyu menepuk pelan bahu woozi yang mensipukan lengannya pada meja sebagai bantalan sisi wajahnya.

Kelopak mata woozi perlahan mulai membuka menampakkan sembab diarea matanya, ia mencium betapa harumnya masakan didepan meja, perutnya mulai bereaksi mengeluarkan suaranya dan tak lama kemudian tangan kecil itu menggapai sendok untuk melahap hidangan yang telah membuatnya melupakan sejenak kesedihannya.

Mingyu tersenyum kentara, lesung pipinya melekik bahagia, ia hapus diam-diam air matanya yang lolos begitu saja.
Setelah mencuci perabot masak yang dipakainya, mingyu membawa woozi kerumah sakit.

Diruang resepsionis mingyu mengajak adik jeonghan meminta informasi tentang keberadaan kamar sang ayah, woozi menggenggam jemari mingyu dengan gemetar, perasaannya bercampur aduk membayangkan keadaan ayahnya yang berlalu lalang melintas diangannya.

Mingyu dan woozi berjalan cepat tatkala petugas itu memberitahu nomer kamar orang yang dicarinya.
Melalui lorong-lorong kamar dan taman kecil yang agak gelap hanya lampu taman sebagai pelitanya, mingyu dan woozi terus meliwati jalan batako setapak menuju deretan ruang inap untuk pasien saraf khususnya korban kecelakaan.

Mingyu berdiri dibelakang woozi membiarkan tangan kecil anak itu membuka sendiri pintu kamar ayahnya.
Dan betapa terperanjatnya pandangan mata dari kedua orang yang baru saja membuka pintu itu, seorang pria dewasa tengah terbaring diranjang dengan lilitan perban disekitar kepalanya, serta luka-luka lecet diseluruh tubuhnya.

Mingyu masih diambang pintu, membiarkan woozi berlari memeluk kakaknya, kakinya mundur menatap tak percaya pada apa yang tengah ia lihat.
Jemari tangan kekasihnya mengukuh digenggaman namja lain berpenampilan kumuh diseberang ranjangnya, saat kaki jenjangnya ingin segera beranjak meninggalkan kenyataan, namun batinnya tak ingin pergi sejengkalpun dari ambang pintu itu, mingyu memilih menghampiri jeonghan yang tengah menoleh kearahnya, tubuh lesu namja cantik itu seakan menunggu kekasihnya memeluknya, mata sembab jeonghan memaafkan apa yang telah dilihat oleh mingyu, genggaman erat jemari jeonghanpun mulai renggang terlepas dari tangan namja yang telah menolong ayahnya.

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang