8

28 2 0
                                    

Reynaldi dion admajaya

Huh? Dimana aku pernah melihat namanya ya?

Ah... aku ingat, aku melihat namanya pada loker yang dekat dengan lokernya stefanny.

Nama depannya itu mirip dengan namanya rey, tapi rasanya tidak mungkin dengan nilainya yang hanya benar 1 dari 5 soal, sedangkan rey adalah anak yang cerdas.

"Bagus banget nilainya." Ucapku

"100 ya?" Ucapnya bangga

"Iya dibagi 5." Ucapku

"20 donk..." Katanya. Aku hanya tersenyum paksa menanggapinya.

Setelah selesai belajar ia bertanya tentang kakiku dan juga keadaanku, aku hanya membalasnya dengan jawaban singkat

"Ra, kakimu ga papa kan?" Tanyanya.

"Udah baik-baik aja kok." Ucapku

.........

"Clara! Ada yang liat clara gak?" Teriak seseorang.

"Ga tau, ga keliatan dari tadi." Kata seorang murid menjawab.

Ia tampak sedang berpikir lalu seringai licik terlihat di wajahnya.

Aku sedang asyik mengobrol dengan stefanny, sampai tiba-tiba ada suara pemberitahuan dari ruangan audio

"Kepada saudari clara daviedward diharapkan untuk ke ruang audio sekarang juga! Sekali lagi kepada saudari clara daviedward dari kelas 2-A diharapkan ke ruang audio sekarang juga! Pacar anda yang tampan menunggu anda di sini."

"WHAT?! Memalukan! Aku tidak punya pacar!" Ocehku tiada henti sambil berjalan ke ruang siaran meninggalkan fanny.

Sebelum memasuki ruang siaran seseorang keluar dari sana, ketika ia melihatku ia langsung menghindar dariku, aku menatapnya tak percaya, memangnya aku setan? Kenapa ia pergi ketakutan gitu. ini membuatku kesal.

Aku membuka pintu itu dengan bantingan yang cukup keras, yang kulihat hanyalah dion yang sedang duduk santai.

"Kau! Kau yang membuat siaran memalukan itu?" Tanyaku berapi-api yang dibalas anggukan santai darinya.Tak bisakah ia membaca raut wajahku yang sedang kesal? Kenapa ia santai sekali.

Akupun berjalan mendekatinya bersiap untuk memarahinya

"Apa kau tahu? Gara-garamu semua orang akan...." kata-kataku terhenti karena ia memasukkan makanan ke dalam mulutku. Lalu ia tersenyum.

"Ayo... makan siang bareng, daripada lo ngoceh mulu." Ucapnya, lalu menarik tubuhku untuk duduk di sebelahnya.

Baru saja kutelan makananku dan bersiap mengucapkan sumpah serapah padanya, ia menyuapiku lagi. Ugh.... ia benar-benar membuatku emosi. Aku menatapnya dengan tatapan ingin membunuh, sedangkan ia menatapku dengan senyuman.... manis. Aish..... ini benar-benar membuatku gila.

Sebelum ia menyuapiku lagi segera kurebut makanan itu dari tangannya dan melahapnya dengan kasar. Lebih baik aku memakannya sendiri daripada disuapi olehnya!

"Ra, kakimu udah mendingan kan?" Tanyanya

Pertanyaannya benar-benar membuat telingaku panas, ini terjadi bukan karena pertanyaannya, tapi karena dalam seminggu ini ia sudah menanyakan hal yang sama setiap harinya, bahkan tak dapat kuhitung sudah berapa kali ia menanyakan hal yang sama. Aish....

"Ra, kapan gue private lagi?" Tanya dion.

"Hari minggu aja." Ucapku

"Oke deh." Sahutnya

You Are My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang