20

6 0 0
                                    

Cowok itu lagi, sebenarnya siapa sih dia kami terus saja ketemu, entah itu karena kami satu sekolah atau rasanya Aku pernah melihatnya di suatu tempat. Aku berlalu begitu saja tanpa memperhatikan lagi apa yang akan ia katakan karena kami terlau sering bertemu dan membuatku merasa 'kurang baik', tak lama setelahnya aku bertemu dengan Dion, dia pun merangkul bahuku dan membawaku pergi, ia menatap pria tadi dengan tatapan yang mengancam.

setelah sekian lama aku pun kembali ke apartemen kakak untuk mengambil beberapa barangku yang ketinggalan di sana, aku merasa terkejut melihat keadaan kamarku yang kacau balau, baju-bajuku berceceran di lantai, danjuga beberapa hiasan kamarku yang hancur berantakan, seperti habis kerampokan namun tidak ada yang hilang, aku merasa takut lalu ku telpon kakak agar segera bergegas ke sini, namun kakak tak juga mengangkat telponnya membuatku semakin merasa khawatir, lalu akhirnya aku pun menelpon Dion.

"Dion.." Panggilku dengan suara yang bergetar.

"Hei ra, aku udah di depan apartment kakak kamu nih, suara kamu kenapa kayak gitu? Kamu nangis."

Tak lama setelah itu terdengar auara bel, tanpa bertanya pun Clara sudah tahu bahwa yang datang adalah Dion, lalu, ia pun segera berlari dan memeluk Dion dan menangis di pelukannya.

"Hei, kamu kenapa?"

"Aku takut Dion"

Tak lama kemudian, Dion pun menyadari kondisi apartment itu dan langsung memeluk Clara, mencoba untuk menenangkannya.

"I'm here, don't worry."

Setelah kejadian itu entah bagaimana aku selalu dekat dengannya Dion tidaklah buruk menurutku, ia anak yang baik. Belakangan ini aku merasa mataku selalu mencari sosok Dion dimanapun aku berada, aku tak tahu lagi harus bagaimana menghadapinya, menghadapi perasaan tidak karuan ini.

Hari ini seperti biasa aku pergi keluar untuk berjalan-jalan namun aku menabrak seseorang yang tidak seharusnya aku temui di hari yang indah ini, orang yang begitu ku lihat wajahnya langsung mengubah suasana hatiku, annetthia.

"Jalan pakai mata dong!!" Bentaknya padaku. jelas-jelas dia yang salah jalan sambil liat isi tas, masih menyalahkan orang atas kesalahannya, tidak di sekolah ataupun di luar sama saja kelakuannya. Walau bedanya sekarang ia tak mengenali aku.

Jalan pakai kaki kali. Gumamku

"Apa katamu??" Ucapnya dengan nada kesal yang mendalam.

"Tidak, maaf ya, saya yang salah gak liat mbak, mbaknya pendek sih!" Lalu aku berjalan meninggalkannya yang kesal dengan perkataanku.

Baru beberapa langkah kulangkahkan kakiku, aku melihat Dion, lalu dengan senang aku berlari ke pelukannya, sekejap saja aku sudah melupakan si rubah itu, entahlah belakangan ini jika aku melihat wajah Dion aku suasana hatiku menjadi sangat baik.

kalau diibaratkan aku ini perempuan paling jahat sedunia, aku sudah menolaknya mentah-mentah namun aku memeluknya seperti ini, aku merasa bersalah atas perlakuanku yang lalu.

Apakah ada yang aneh kalau aku memeluknya seperti ini? Sebenarnya aku masih takut, setiap aku melihat wajahnya seperti ada rasa bersalah yang tersirat dalam matanya. Kadang aku berpikir, apa benar yang di katakannya itu adalah rasa cinta, atau ada hal lain yang ia sembunyikan dariku, ku harap kalau pun iya jangan sampai itu tentang perasaannya padaku.

Aku sudah terlanjur memberikan hatiku padanya, karena itu aku takut kehilangannya, walau aku adalah perempuan yang sangat lambat menyadari perasaannya,  aku berharap jika hubungan kami akan baik-baik saja, dan ia memang benar mencintaiku.

Hatiku gelisah memikirkannya.

Keesokan harinya, aku bertemu lagi dengan lelaki yang sudah kutabrak waktu itu dan ternyata Ia adalah ketua futsal di sekolah kami, pantas saja bila aku pernah melihatnya ternyata Ia adalah lelaki yang populer di sekolahku, ia telah mencetak berbagai prestasi dengan memenangkan banyak piala futsal di berbagai pertandingan, namanya adalah Rafael adimas sanjaya,  banyak yang memanggilnya Rafael,  namun teman dekatnya memanggilnya Dimas.

"Yo." Sapanya singkat padaku,  seperti biasa, setiap aku bertemu dengannya ia selalu terkesan dingin dan kaku, aku tidak terkejut dengan kata-katanya yang singkat padat dan jelas.

Aku hanya menatapnya datar. Kami tidak sedekat itu sampai harus sapa menyapa kan? Apalagi aku tahu bagaimana sikap Dion padanya. Karena aku mengabaikannya, ia hanya tersenyum kikuk.

Hari ini aku pulang ke apartment sendiri karena Dion yang sedang ada urusan dengan mamanya, aku masih suka takut jika pulang ke aprtment yang sepi seperti ini, takut kejadia n itu terulang,  sampai sekarang aku masih tidak tahu apa yang hilang.

"Kak Steve!" Panggilku yang tak dapat jawaban, tadi ia mengabariku bahwa ia akan ada di apartemen, tapi kenapa ia justru tak ada, tak lama setelah panggilanku aku mendengar suara teriakan kak Steve, ia terlihat frustasi.

"Sudah kukatakan berulangkali tidak usah menghubungiku lagi! Hubungan kita itu udah SELESAI! Paham?" Ucapnya mengakhiri panggilan itu.

"Kak, are you okay?" Tanyaku memastikan kondisinya, ia terlihat frustasi dengan rambut acak-acakan, dasi longgar dan baju yang sudah lecek, aku pun menghampirinya dan menekan- nekan bahunya berharap rasa lelahnya berkurang. Sepertinya panggilan yang baru di terimanya bukanlah soal pekerjaan tapi MANTAN pacarnya, aku dapat melihat dari matanya bahwa ia masih mencintai wanita itu.

Tapi kalau soal hati aku juga masih ragu dengan perasaanku jadu aku tak bisa memberi saran pada kakakku, lalu aku pun berjalan keluar dan membuatkan es teh untuk mendinginkan kepalanya yang panas itu.

"Kak, kakak masih belom move on dari cewek yang kemaren dateng ke apartment?" Ucapku seraya meletakkan es teh ke meja untuknya.

"Keliatan banget ya ra?" Tanyanya yang di balas anggukan olehku, bukannya apa tapi jujur,kenapa harus wanita yang dandanannya gak banget itu, iueh!

"Sebenernya ra, kakak juga ga tau siapa orang yang kakak cintai, kakak bingung ra." Ucapnya

Lha, kok jadi gini? Bingung gimana? Kan jelas mantan kakak kan yang kakak belom move on? Kok aku di buat pusing ya? Batinku, lalu menaikkan sebelah alisku tanda kalau aku bingung.

"Dia orangnya, tapi bukan dia yang kakak cintai." Tuturnya.

Ini kok aku tambah bingung ya? Apa bahasanya terlalu dalam. Batinku.

"Aku mungkin emang gak ngerti masalah kakak, tapi kak bukannya kakak yang selalu kasih tau aku dari kecil, ikutin kata hati kakak, kalau memang kakak suka sama dia, kejar, kalau bukan dia orangnya, move on. Simple kan?" Ujarku bagai tukang ceramah.

"Hehehe, di ceramahin ama ade sendiri, gak cool  banget ya kakak kamu ini." Balasnya sambil menyentuh dadanya mencoba merasakan detak jantungnya, dan memjamkan mata, mencoba membayangkan wajah gadis yang mencuri hatinya.

"Makasih ya ra, sepertinya kakak tahu siapa yang ada di hati kakak." Ucapnya girang melompat-lompat bagaikan anak SD, sepertinya ia sudah mendapat pencerahan.

Sepertinya Clara Daviedward bisa menjadi dokter cinta, muncul smirk di wajah Clara.

Dokter cinta yang tidak bisa mendiagnosis isi hatinya sendiri.

Clara masih ragu dengan hubungannya dan Dion, lalu tak lama ia mendapat panggilan dari Dion.

Dion calling...

Masih ada yang mengganjal, aku tak tahu apa, namun dapat aku rasakan belakangan ini Dion sering menatapku aneh, tidak seperti dulu, ia menatapku seperti ada yang ia sembunyikan dariku.

~Bersambung~

You Are My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang