-11-

122 5 0
                                    

Adrienna POV

"Lo- siapa?" Tanyaku pada cowok berambut coklat yang duduk di sampingku.

Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman.

"Gue Erlanda. Anak baru di sini." Ucapnya.

Aku pun bersalaman dengannya. "Adrienna. Lo kelas berapa?"

"Gue kelas 10-1 IPA." Jawabnya.

Aku hanya mengangguk mengerti, tidak tahu lagi apa yang mau dibicarakan.

"Tadi lo nang-"

TIINNGG!!!

Ucapannya terputus karena bel yang tiba-tiba berbunyi, huh beruntung deh.

Jadi gak perlu jawab pertanyaannya, karena aku tahu dia mau nanya apa.

"Eh, Land, udah bel nih. Gue ke kelas duluan ya! Bye!"

Saat aku berjalan, sesuatu telah membuatku berhenti.

"Ad, kalo ada apa-apa, lo bisa cerita ke gue kok." Ucap Erlanda sambil tersenyum.

Aku menoleh, lalu tersenyum padanya.

"Thanks, Land."

Aku berjalan lagi, dan masih dengan bibir yang mengembang.

Baru beberapa menit mengenalnya,

Entah kenapa dia begitu nyaman untuk seorang teman.

Semoga aku bisa bertemu dengannya lagi.

BUUG!

"AW!"

GILA! GUA NABRAK APAAN NIH SAMPE JATOH BEGINI. TOLONGIN KEK!

"Ya ampun nanaass!"

Yailah, pupus harapanku.

Ku kira cowok ganteng yang tiba-tiba gendong aku terus dibawa ke unit kesehatan, gitu.

Eh, yang aku tabrak ternyata si monyet kunyuk.

Ya, dia ganteng sih.

Tapi, ah nyebelin.

"Ihh, lo apa apaan sih nabrak gueeee!?" Teriakku sambil berdiri dan membersihkan rokku dari debu.

"Maaf, Nanaaas. Gue kan nyariin lo tadi, jadi gak fokus jalannya. Tapi gue seneng akhirnya gue ketemu lo!" Ucap nya dan langsung memelukku tanpa izin.

Dia gak nyadar apa kalo lagi di sekolah?

Main meluk aja lagi.

"Co, ini di- sekolah, lo- ngapain sih me- meluk gue!?" Ucapku terbata-bata karena dia memelukku dengan erat sampai aku sulit bernafas.

"Gue kangen sama lo, Caa!"

"Ih, gue tau. Tap- tapi lep- pasin gue dulu, ra- sa- nyah gu-e ma-u ma-ti!" Teriakku sambil memukul punggungnya.

"Eh sorry sorry. Jangan mati dulu dong, Ca!" Ucapnya sambil cemberut.

Marco kenapa jadi kayak anak kecil, sih?

"Lah tadi lo yang bikin gue hampir mati, Coco!" Ucapku sambil memutar bola mataku kesal.

"Maaf, Caa. Kalo lo mati, nanti gue nikah sama siapa, dong?"

"Dih, gue masih hidup juga ogah kali nikah sama lo." Ucapku lalu pergi meninggalkannya.

Dia berlari mengikutiku sampai akhirnya aku berhenti karena dia berkata sesuatu.

"Yah, ayolah nikah sama gue, Ca. Kan gue sayang sama lo!"

DEG.

Aku berhenti berjalan, tubuhku kaku, dan lidahku terlalu kelu untuk menjawab ucapan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADRIENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang