-5-

89 8 0
                                    

Vomments dulu ya, baru baca.
Eh gadeng, bercanda. Hehe.

10-januari-2016.

****************

"Jadi temen lo." Dia langsung pergi meninggalkanku.

Jantungku berdegup kencang, seluruh tubuhku kaku seketika. Aku hanya mematung sambil melihat dia yang kian lama menjauh.

Maksudnya apaa?

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, menampar pelan pipiku berharap kalau ini hanya mimpi. Tapi, ternyata tidak. Ini nyata, buktinya para fans kak Marco masih berada di sekelilingku. Memperhatikanku dengan tatapan membunuh.

Siap-siap deh dikeroyok sama mereka.

"Riennaa!!" Kayra berteriak di hadapanku.

"Apa?"

"Duhh, ini gak mimpi kan? Sumpah ya, lo kok beruntung banget sih!!" Kayra masih berteriak histeris.

"Beruntung kenapa?" Tanyaku dengan tampang polos.

"Bolot lu, ah!" Kayra mendengus kesal lalu pergi meninggalkanku.

Et deh, ini kenapa pada suka banget main ninggalin sih?

Aku mengikutinya dari belakang, aku tau dia masih kesal padaku karena bersikap konyol padanya. Pipiku tiba-tiba memanas saat mengingat kejadian tadi. Entah harus senang atau tidak, lagipula aku juga masih tidak mengerti apa maksud kak Marco.

Lebih baik aku menunggu dia memberi penjelasan padaku. Ya, mungkin akan begitu.

"Kayra!" Aku mempercepat langkahku, dia beneran kesal atau tidak sih?

Aku sedikit berlari mengejarnya, tapi tak ku sangka dia tiba-tiba berhenti. Belum sempat aku berhenti, aku malah bertubrukan dengannya. Untung aja, dia masih bisa menahan tubuh aku.

"Duh! Kalo mau berenti ngomong dulu kek, Kay." Racauku.

"Kak Leo?" Kayra tidak menghiraukan omonganku, dia malah diam sambil memperhatikam cowok di depannya.

Kak Leo.

Oh ya, dia anggota osis yang membuatku bertemu dengan cowok es itu yang pertama kalinya. Ingatkan? Saat dia menyuruh anak-anak meminta pita pada sesama anggota osis?

"Kayra ya?" Kak Leo bertanya pada Kayra.

Lah, aku gak ditanyain juga?

Ngarep lo, Rien.

Oke oke. Aku tau, cowok tampan seperti dirinya tidak akan menanyakan hal itu pada cewek jelek kayak aku. Jelas, aku sangat berbeda dengan Kayra. Dia cantik, kulitnya putih, dan tak jarang anak seangkatanku mengenal Kayra. Berbeda dengan aku, hanya segelintir orang yang mengenal aku.

Tidak, aku tidak begitu jelek amatlah.

Pede.

"Eh- iya, kak. Kenapa?"

Aku berpikir sekarang aku seperti kambing conge', hanya memperhatikan mereka bergantian. Diam, dan hanya mendengarkan.

"Lo temennya Adrienna?"

Lah, jadi aku yang ditanya. Aku mengernyit bingung, termasuk Kayra. Aku dapat melihat Kayra yang sepertinya susah kali menelan ludahnya melihat ketampanan kak Leo. Sepertinya dia tidak menghiraukan pertanyaan itu.

"Hah? Eh- ooh Adrienna. Nih di sebelah gue, kak." Aku ingin tertawa melihat Kayra yang terlihat gugup itu. Tapi, aku urungkan niatku. Lebih baik aku menahannya, dan menunggu jawaban dari kak Leo.

ADRIENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang